Senin, 23 Desember 2013

FF Endless Love PART 3 (End)

FF Endless Love PART 3



Author :

Laras Anindita

Cast :

Kai (Kim Jongin)

Jangmi -OC
Etc


Baru saja 20 menit aku membaringkan tubuhku di kasur tiba-tiba ponselku berbunyi.
Give me XOXO L.O.V.E

You’re my XOXO L.O.V.E

nawah eeseul ddae nuhn pyunahnhae


shido ddaedo ubtshee jangnahnhae

hayan ooseum ooseul ddae mada ah

Kulihat tertera ada nama ”Beloved Kai”.
“Yoboseyo Kai” kataku
“Yoboseyo, apa ini kerabat Kim Jongin?” kata orang yang menelponku, suaranya tidak seperti Kai.
“Iya, saya kekasihnya.” Kataku.
“Maaf sebelumnya, kekasih anda sedang berada di rumah sakit In’ah karena kecelakaan.” Seketika aku terdiam dan terpaku, ponselku terjatuh begitu saja, air mataku menitik seketika. Aku bergegas, menuju rumah sakit, bahkan aku lupa berganti pakaian dan masih memakai gaun yang tadi kupakai. Aku menelpon segera taxi, untuk menjemputku. Aku menuruni tangga dengan tergesa-gesa dengan air mata mengalir di pipiku. Aku juga tidak berpamitan pada eommaku yang saat ini sudah tidur. Lalu taxi datang menjemputku.
“Cepat pak, ke rumah sakit In’ah” kataku pada tukang taxi.
Aku hanya bisa menangis sambil menggigit jemariku karena cemas akan keadaan Kai. Sampai-sampai aku lupa menghubungi kedua orang tua Kai. Segera aku menghubungi appanya Kai.
“Yoeboseyo ajeossi. Saya Jangmi.” Kataku
“yoeboseyo, owh Jangmi, ada apa?” tanya Appanya Kai
“ada kabar buruk ajeossi, Kai kecelakaan.” Kataku
“Apa? Di rumah sakit mana dia?” tanya Appanya Kai.
“di rumah sakit In’ah” kataku.
“Ghamsa Jangmi, ajeossi akan segera ke sana bersama eommanya Kai.” Kata Appanya Kai.
“Ne.” Kataku
Dengan perasaan cemas aku menuruni taxi dan memasuki rumah sakit. Aku menuju administrasi dan menanyakan pasien yang baru masuk bernama Kim Jongin. Ternyata dia masih berada di IGD. Dengan langkah seribu aku berjalan menuju ruang IGD. Kulihat seorang dokter baru keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat aku menanyakan keadaan Kai peda dokter tersebut.
“Bagaimana keadaan Kim Jongin dokter?” tanyaku cemas

“Keadaannya benar-benar parah, dia mengalami gagar otak yang sangat parah dan pendarahan di otak. Dia harus segera dioperasi, jika tidak ini akan membahayakan nyawanya.” Kata dokter, yang semakin membuatku kalut dengan keadaan.
“tetapi saya tidak berhak memutuskan untuk operasi atau tidak, orang tuanya sedang perjalanan menuju ke sini. Itu mereka” kataku sambil menunjuk appa dan eommanya Kai.
“Bagaimana keadaannya dok?” tanya Appanya Kai.
“Maaf pak, keadaannya sangat parah, tuan Kim Jongin mengalami gagar otak dan pendarahan. Kita harus segera mengoperasinya. Tetapi kemungkinan Kim Jongin selamat hanya 40%.” Kata Dokter
eomeo Kai, bagaimana ini bisa menimpamu. Baiklah operasi saja.” kata Appanya Kai. Ku lihat eommanya Kai hanya bisa menangis karena mendengar keadaan Kai seperti itu. Aku juga hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil berdoa agar Kai bisa diberi terselamatkan. Kai pun dibawa ke ruang operasi, aku melihat Kai hanya terbaring tak sadarkan diri dengan bercucuran darah di kepalanya. Tangisku semakin deras saja melihat keadaan Kai yang penuh darah.
            3 jam aku menunggu proses operasi, lalu dokter keluar dari ruang operasi, dengan pakaian operasinya. Perasaan takut dan cemas bercampur aduk dalam benakku. Apakah operasinya berhasil aku juga tak tahu. Aku hanya bisa berdoa berharap yang terbaik untuknya. 
“Syukurlah operasinya berhasil, tetapi sekarang kita harus selalu memantau tuan Kim Jongin agar stabil dan bisa melewati masa kristisnya.” Kata dokter
“Ghamsahamida dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk anakku.” Kata appanya Kai.
Perasaan bahagia sekaligus was-was meliputi diriku sekarang, ya rasa senang karena operasinya berhasil, tetapi rasa was-was karena apakah Kai akan kuat melewati masa kritisnya. Semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.

            Hari demi hari kulewati dengan menemani Kai di rumah sakit untuk melewati masa kritisnya. Hari ini, ya tepat hari ini adalah hari ulang tahunnya, 14 Januari 2014. Aku datang ke ruang ICU dengan membawa sekotak hadiah yang sudah kupersiapkan sejak lama. Meskipun dia masih terbaring kritis di kasurnya, tapi aku selalu menemaninya meski tidak di dalam ruang ICU, karena ruang ini harus steril dan pengunjung selalu diberi waktu jika memasuki ruang ICU. Aku melangkahkan kakiku mulai memasuki ruang ICU yang sangat dingin. Sudah terlihat Kai yang terbaring dengan perban di kepalanya dan oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya dengan tak sadarkan diri, terlihat kepalanya yang gundul karena operasi kemarin yang mengharuskan dirinya untuk digundul. Juga terlihat 2 perawat yang selalu berjaga di ruang ICU duduk di dalam ruang ICU tapi tidak terlalu dekat dengan kasur Kai. Aku menyapa 2 perawat tersebut dengan tersenyun dan sedikit membungkukkan badan. Aku duduk di sebelah kasur Kai, dan bercakap-cakap dengannya seakan dia sudah sadarkan diri. Ya kata eommaku, orang yang kritis atau koma harus sering diajak mengobrol agar jiwanya kembali ke raganya dengan segera.

“Anyeong Kai..” sapaku pada Kai
“Kai apa kau tidak bosan berada di sini? Apa kau tidak ingin makan malam denganku hari ini? Hari ini kan ulang tahunmu” tanyaku pada Kai, meski Kai tidak menjawab. Tetapi terlihat ada pergerakkan pada matanya. Air mataku mulai menitik lagi, rasa rindu akan Kai yang dulu mulai meliputi diriku.

“Kai.. kau pasti mendengarku kan? Aku tahu itu. Kai kau harus bertahan, kau harus sembuh dan melewati masa kritismu.” Kataku sedikit sesenggukan. Lalu aku memeluk perlahan perutnya. Air mataku sampai menetes diperutnya yang terbalut selimut. Kurasakan detak jantungnya yang masih berdetak. Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang membelai lembut kepalaku, lalu kupegang tangan itu yang ternyata itu tangan Kai.

“Kai kau sudah sadar..” kulihat matanya yang mulai terbuka dan mulutnya yang tersenyum padaku, meskipun agak samar karena tertutup oleh oksigen. Lalu kupeluk dia sambil kupanggil perawat untuk mengecek keadaan Kai.

“Perawat, sepertinya Kim Jongin sudah sadar” seruku pada perawat,  sambil memeluk Kai. Tapi sepertinya kurasa detak jantung Kai semakin melemah lalu berhenti seketika, aku yang saat itu sedang terpejam sambil memeluknya tiba-tiba terbelalak. Monitor dpenunjuk detak jantung juga tiba-tiba berbunyi. 
Tit.......

“Perawat cepatlah kesini!” kataku memanggil perawat dan melepas pelukanku di tubuh Kai.

Dengan cepat perawat menangani Kai, sambil menggunakan alat pengejut. Perawat satunya menyuruhku untuk keluar. Aku keluar dengan berat hati.

“Ada apa?” tanya appanya Kai
“Kai kritis sekali ajeossi.” Kataku cemas
“oemoe Kai, apa lagi yang terjadi padamu.” Kata Appanya Kai bergumam.
Aku menunggu dan menunggu, sampai akhirnya perawat tadi keluar dengan muka yang tertutup masker.
“Keluarga Kim Jongin.” Panggil perawat tersebut
“Ya kami.” Kata appanya Kai
“Maaf sebelumnya, tapi kami sudah berusaha sekuat mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain.” Kata perawat tersebut.
“Apa maksud Anda?” tanyaku
“tuan Kim Jongin meninggal dunia” kata perawat tersebut.
“Mwo?” kataku yang saat itu tak percaya. Tangisanku pecah seketika, aku langsung memasuki ruang ICU. 

Terlihat tubuh Kai yang terbenam selimut, lalu kubuka selimut di bagian wajahnya tersebut. Tangisanku semakin menjadi-jadi saja, lalu kupeluk dirinya. Terlihat wajahnya yang sudah bersih dari peralatan-peralatan yang tadi terpasang.

            14 Januari 2014 adalah hari ulang tahunnya sekaligus hari kematiannya. Perasaan sedih berkecamuk di dalam hatiku. Mungkin air mata yang menetes di pipiku sudah tidak terhitung lagi  jumlahnya. Sempat terlintas dibenakku untuk menyuruh Tuhan segera mencabut nyawaku saat ini juga agar aku bisa menyusul Kai di surga, tapi segera kutepis perasaan tersebut. Aku harus menjadi perempuan yang kuat, seperti yang Kai bilang padaku. Apakah ini takdirku, aku harus kehilangan 2 orang yang kusayangi. Yang pertama Appa dan sekarang Kai orang yang sangat kucintai. Para pelayat sudah mulai sepi karena hujan sudah mulai turun. Tinggal aku seorang dimakam ini, dengan hujan yang mengguyur. Aku mengeluarkan hadiahku tadi dan membukanya untuk menunjukkannya pada Kai yang saat ini sudah terbaring dengan damai. Kukeluarkan perlahan hadiah tersebut. Baju yang kurajut sendiri untuknya yang bertuliskan “ J & J” yang berarti J  untuk Jongin dan J untuk Jangmi. Ya itulah hadiah dariku untuknya, sayang dia belum sempat mamakai hadiah dariku ini. Aku akan selalu mengingatnya, dia orang yang pernah membuatku bahagia, semoga Tuhan selalu menjaganya di sana.
“Kai, tunggulah aku di sana suatu saat nanti.”


END


minta Commentnya ya readers.. 
Author : Laras Anindita

0 komentar:

Posting Komentar