[AUTHOR]
Laras Kkamjong
[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung,
etc
[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery
[RATING]
T
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini
murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading guys :-)
Seorang namja berjalan menuju barisan-barisan bangku yang ada di
dalam gereja sendirian tanpa ada seorang pun. Ia duduk di bangku paling depan
dan menatap patung Tuhan yang ada di depannya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Suasana gereja yang sepi, dengan salib yang terpajang di bagian atas gereja
terlihat jelas. Malam yang sepi dan dingin ini ia lakukan untuk berdoa pada
Tuhan.
“Tuhan hari ini aku datang padamu. Maaf
aku sudah lama tidak datang mengunjungimu. Aku sedikit sibuk.” Namja itu
mengatakan dengan ekspresi menyesal. “Tuhan banyak yang ingin aku katakan
padaMu. Yang pertama aku sangat merindukan appa-ku. Dia sedang ada urusan
perusahaan katanya. Dan sampai sekarang appa belum mengunjungiku terutama eomma
yang sedang terbaring sakit.
“Dan yang kedua tentang eommaku. Saat ini
eommaku sedang terbaring sakit di rumah sakit karena penyakit kanker darahnya.
Aku sangat kasihan melihat keadaan eommaku saat ini. Wajahnya yang dulu selalu
ceria dan semangat saat bertemu denganku kini berubah 180̊, wajahnya terlihat lesu, meskipun ia
berusaha terlihat kuat di depanku” matanya memanas dan mulai menitikkan
gumpalan bening di pipinya.
“Aku harap Kau meringankan penyakit
eommaku, agar ia tidak menderita lagi seperti sekarang, Amien” sambil
menyimbolkan salib di kepala, perut lalu pundak kanan kirinya. Ia berdiri dan
pergi meninggalkan gereja itu di malam dingin. Ia memasang kembali syal yang
tadi dilepasnya saat di dalam gereja.
Namja itu kembali menuju rumah sakit untuk
menjaga eommanya. Di ruangan yang serba putih ini eommanya sudah tertidur
lelap. Tak seperti biasannya, eommanya selalu kesulitan tidur. Tapi sekarang
wajahnya seakan sudah tak ada rasa sakit.
Namja itu tidur di kursi sebelah eommanya
dan mulai memposisikan tubuhnya untuk tidur. Ia tertidur sambil menggenggam
tangan eommanya yang tertanam jarum infus.
―͡ —
Namja
berperawakan tinggi itu sedang duduk di pinggiran ranjangnya, di dalam kamar
berwarna biru muda, dengan desain yang simple. Sambil memegang
laptop di pangkuannya. Ia melirik ke arah jam dindingnya, menunjukan pukul
11.00 malam. Setelah beberapa saat ia merasa haus dan bangkit dari ranjangnya
yang empuk. Ia menuruni tangga berwarna coklat. Menuju dapur untuk mengambil
segelas air putih dingin di kulkas.
Ia meneguk minuman itu sampai habis. Ia
berjalan ke ruang tamu untuk melihat apakah nyonya Oh ada di sana.
Tapi ia tidak menemukan nyonya Oh. Ia
duduk di kursi ruang tamu sambil memainkan bulpen yang dari tadi digenggamnya.
Tak sengaja ia menjatuhkan bollpointnya dan menggelinding ke bawah meja ruang
tamu yang berdesain klasik.
Sehun merangkak mencoba meraih bollpoint
hitamnya itu. Tak sengaja ia menemukan sesuatu. Sebuah kertas. Ia mencoba
mengambilnya.
Dan ternyata sebuah amplop berwarna pink
yang tertuslikan ‘To : Sehun’. Ia mencoba membersih-bersihkan
amplop itu dari debu yang cukup tebal.
“Apa ini? Surat? Untukku” gumamnya, sambil
membalik-balikkan amplop itu.
Ia mulai membuka amplop surat itu. Pada
saat yang sama tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Ne yoboseyo”
..
“Aku baik di sini, bagaimana keadaanmu di
Incheon?”
..
“Apa di sana menyenangkan?” Sehun
berjalan menuju tangga menuju kamarnya sambil bertelephone dan menggenggam
sepucuk surat yang tadi ia temukan.
..
“Aku jadi ingin ke sana, tapi banyak tugas
yang harus kuselesaikan. Baru saja 1 tugas yang aku selesaikan”
..
“Kurasa itu bagus.” Ucap Sehun pada
penelpon itu yang tidak lain adalah Eunjung. Ia berjalan menuju meja belajarnya
dan meletakkan surat itu ke dalam loker.
..
“Sudah malam aku mengantuk” sambil
mengatur kasurnya, agar ia bisa tidur dengan nyenyak.
..
“Anyeong..” ucap Sehun sambil mematikan
ponselnya. Dan menyerubungi tubuhnya dengan selimut hangat.
―͡
Salju putih tebal turun dengan derasnya.
Sehun sedang berjalan sendirian dengan langkah cepat menuju sebuah tempat.
Tiba-tiba ada suara samar memanggilnya.
“Sehun..” suara itu semakin dekat. Sehun
menoleh ke arah belakang. Sebuah bayang samar yang tertutupi salju terlihat
semakin dekat.
Suara anak perempuan itu semakin terdengar
jelas “Sehun, tunggu aku.”
Tiba-tiba sebuah pelukan hangat menghampiri
dirinya. Syal hijau yang di pakai anak perempuan itu membuat Sehun tidak bisa
melihat wajahnya dengan jelas.
“Sehun ini aku” sambil menurunkan syal
hijau itu agak turun, agar tidak menutupi wajahnya.
“Hyorin..” Sehun mendelik bahagia melihat
Hyorin.
Sehun menggandeng tangan Hyorin. “Aku
membawa Holly” ucap Hyorin kecil sambil membawa anjing peliharaan Sehun.
“Bagaimana kau bisa bersama Holly?” Ucap
Sehun penuh tanya.
Sehari sebelumnya anjing Sehun hilang saat
di taman. Dan sekarang tiba-tiba anjing itu sudah bersama Hyorin kecil.
Hyorin menunjukkan senyumnya, terlihat
giginya yang ompong “Aku menemukannya di taman”
“Ayo kita pulang, salju semakin deras
turun.” Ucap Sehun kecil. Menggandeng tangan Hyorin dan mulai menyebrangi
perkampungan kecil.
“Kita kemana? Ke rumahku atau ke rumahmu?”
Tanya Hyorin polos.
“Tentu saja kita akan ke rumahmu. Terasa
sudah lama aku tak ke rumahmu” anak 2 itu terus berjalan di bawah derasnya
salju yang turun.
Sehun terus menggenggam erat tangan
Hyorin. Dalam hati kecilnya ia takut akan kehilangan Hyorin. Ia merasa ia
seperti pernah kehilangan Hyorin, dan ia tidak ingin itu terjadi untuk kedua
kalinya.
Tiba-tiba ikatan tali Holly lepas dari
lehernya. Holly berlari ke sana kemari. Sehun dan Hyorin mengejar Holly yang
berlari sangat kencang itu.
“Tunggu Holly..” Sehun terus memanggili
Holly.
Sehun dan Hyorin terus berlari mengejar.
Sehun berlari tidak dengan hati-hati, sebuah gundukan batu yang ada di depannya
tidak ia perhatikan sampai akhirnya
Bruk..
Sehun terjatuh dari kasurnya yang
membuatnya terbangun dari mimpinya semalam. Ia memicing-micingkaan bola matanya
yang terkena bias-bias cahaya pagi matahari yang menembus dari sela-sela
jendelanya.
“Awh.. kepalaku..” sambil memegangi
kepalanya dan bangkit dari posisi jatuhnya di lantai kamar.
Ia melirik ke arah jam dindingnya
menunjukkan pukul 07.20.
“Owhh jam segitu―Hah.. jam 07.20” ucap Sehun yang baru
tersadar bahwa 10 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.
Sehun mengebutkan mobilnya menuju sekolah.
Baju seragam yang ia pakai masih begitu berantakan begitu pula dengan rambutnya
yang belum disisir.
Mobil Sehun terhenti di tengah jalan
karena terjebak macet.
“Sial. Pake macet lagi”
Sehun segera memutar balik mobilnya menuju
jalan setapak yang jarang dilewati orang. Sehun mengebutkan mobilnya sampai
hampir menabrak seekor burung merpati yang sedang terbang rendah.
Mobilnya hanya tinggal beberapa meter dari
gerbang sekolah. Saat ia sudah sampai di depan sekolah. Semua perjuangannya
musnah begitu saja. Gerbang sekolah sudah ditutup rapat bagi murid yang
terlambat masuk.
Tin..tin..
Sehun terus membunyikan klakson mobilnya
pada penjaga sekolah yang sedang membaca koran. Dengan santai penjaga itu
melirik Sehun dan menunjukkan jarinya pada sebuah jam besar yang terpampang di
halaman sekolah yang menunjukan pukul 07.33.
“Sial..” sambil memukul-mukul kemudinya.
Sehun tidak kehilangan akal. Ia segera
pergi dari sekolah dan memarkirkan mobilnya di dekat pertokoan sekolahnya. Ia
segera berlari dan memanjat dinding sekolah yang bercatkan biru tosca itu.
Dep..
Suara hantaman kakinya saat memijakannya
di tanah setelah melompat dari dinding 2 meter itu.
“Fiuh.. berhasil, dasar penjaga tolol. Aku
tidak bodoh seperti yang kau kira” sambil men-smirkkan bibirnya.
Dia segera berlari menuju kelasnya, kelas
12.1 yang terkenal dengan anak-anak kaya. Deru nafasnya masih menyeru mengikuti
langkah kakinya yang cepat.
Ia berhenti di pintu kelas. Nampak seorang
soesanime sedang berbicara di depan kelas. Lebih tepatnya guru terburuk di
sekolah itu. Guru yang tak segan-segan memberikan hukuman mati pada muridnya
yang tidak disiplin.
Deg..
Jantung Sehun serasa ingin copot melihat
guru itu sudah ada di kelas. Soesanim Shim Chan dengan kumis yang tebal dengan
kepala setengah plontos.
Ia hanya membeku di depan pintu kelas.
Sedangkan soesanime dan murid-murid lainnya melihat Sehun yang terlambat
datang.
“Apa yang kau lakukan di sana?” dengan
nada datar soesanime Shim.
Sehun membungkuk dalam-dalam dan
mengucapkan kata maaf “Mianhimnida, aku terlambat” keringatnya menetes.
Soesanime Shim berdiri di depan Sehun
sambil membawa sebilah penggaris papan tulis yang di ketuk-ketukannya di
tangannya “Apa hukuman yang cocok untuk siswa tak disiplin sepertimu?? Baiklah―Kau boleh duduk”
Seluruh murid di kelas hanya melongo
“Hah?” begitu pula denan Sehun.
“Ghamsahamnida” sambil
membungkukkan badannya pada soesanime Shim.
Sehun berjalan santai menuju bangkunya
yang terdapat di barisan nomor 3 pada deret pertama.
Sehun mengeluarkan bukunya ke atas meja.
Sedangkan Kai teman sebangkunya hanya melihat Sehun dengan tatapan bingung.
Kai berbisik di samping telinga Sehun “Kau
tahu, aku tidak pernah melihat saem Shim tidak menghukum murid yang tidak―
Buk..
Sebuah penghapus papan tulis kapur melayang
ke wajah Kai. Sekejap wajahnya yang hitam mejadi putih karena penghapus papan
kapur itu.
Kai mehembuskan nafas besar untuk
mengeluarkan debu yang ada di mulutnya “Buf..”
“Burp..” Sehun menahan twanya melihat
wajah Kai yang dipenuhi benda putih itu, yang hampir membuat Sehun hampir
memuncratkan air liurnya di meja.
“Saya tidak suka melihat murid yang
berbicara saat jam pelajaran saya berlangsung. Serius, itu yang harus kalian
camkan” ucap soesanime Shim.
Kai me-lap wajahnya dengan sapu tangan
miliknya, dengan wajah mengerucut. Sambil menatap death glare pada
Sehun.
“Baik kita kembali kepelajaran” ucap
soesanime Shim.
―͡ —
Di
Incheon hari ini sedang libur. Karena putusan dari pemerintah Incheon, yang
mengharuskan seluruh sekolah untuk hari ini libur karena salju yang turun
terlalu lebat. Hyorin gadis cantik itu sedang menuju pasar dengan menunggangi
sepeda pink kesayangannya. Rambutnya yang terkuncir kuda berkibas karena
tersapu angin yang melewatinya. Pakaian hangat dan syal coklat dengan kornea
mata yang berwarna coklat membuatnya tambah menawan meskipun dia hanya gadis
biasa yang tinggal di Incheon.
Senyum ramah selalu ia berikan ketika
melewati orang yang dia kenal. Sepedanya melewati sebuah pertigaan jalan raya
yang cukup sepi. Tiba-tiba sebuah mobil hitam dari arah yang berbeda datang.
Cit....
Suara rem mobil itu
Brak..
Sepeda Hyorin terjatuh, meskipun tidak
parah. Karena pengemudi mobil sudah mengerem mobilnya dahulu.
Pengemudi mobil itu segera keluar dari
mobil dan membantu Hyorin untuk berdiri.
Hyorin menyapu-nyapu tangannya yang
bergesekan dengan aspal. “Maafkan aku” ucap penabrak itu, sambil mengulurkan
bantuan tangannya.
Hyorin meraih tangannya. Hyorin hanya
membalas dengan senyuman ramahnya.
“Apa kau ada yang terluka?” tanya
pengemudi itu, sambil memutar-mutarkan tubuh Hyorin.
“Aku tidak apa-apa tapi sepertinya
sepedaku...” sambil memandang sepedanya yang masih tersungkur di tanah dengan
keadaan keranjang yang sudah penyok dan lampu sepeda yang pecah.
Penabrak itu terkejut dan menutup mulutnya
dengan kedua tangannya yang terbalut sarung tangan lucu “Mian, mianhae jeongmal
mianhae, aku pasti mengganti semua kerugian ini”
Tiba-tiba penabrak itu menarik lengan
Hyorin dan membawanya ke dalam mobil.
“Eh.. eh aku mau di bawa kemana??” Tanya
Hyorin kebingungan.
“Sudahlah masuk saja” ucap penabrak itu
yang juga masuk ke dalam bangku pengemudi.
Mereka berdua duduk bersampingan. “Kau
tahu dimana mal terdekat dari sini?” tanya pengemudi itu.
Hyorin menoleh pada pengemudi itu “Mal
ya.. hmm kau tinggal lurus saja lalu ada persimpangan jalan kau belok lah di
situ mall-nya, (ISM) Incheon Street Mall” sambil menyunggingkan senyum kecilnya
pada pengamudi itu.
“Baiklah jika begitu, kita berangkat”
sambil menancapkan gas pol.
“Wha..” ucap Hyorin kaget karena mobil
yang ditumpanginya melaju kencang.
Beberapa menit kemudian
Cit..
Pengemudi itu berhenti tepat disebuah
pertokoan atau bisa di sebut mal terdekat.
Hyorin memegangi dadanya yang berdetak
dengan kencang.
“Kau tidak pernah mengebut sebelumnya?”
Hyorin hanya menggeleng dengan wajah masih
syok.
“Hahaha, ya sudah ayo kita masuk.” Ucap
penabrak tadi.
Hyorin keluar dari mobil dengan kaki yang
masih bergemetar, dengan wajah pucat. Pengemudi itu menarik tangan Hyorin “Ayo
cepatlah kita masuk”.
“Eum.. mal di sini lumayan juga, meskipun
tak sebagus di seoul.” Sambil memandangi toko-toko yang terjejer di dalam mal.
“Ya aku tahu” ucap Hyorin meng-iyakan.
Penabrak itu menoleh sekilas pada Hyorin
“Kau pernah ke Seoul?”
“um aku lahir di Seoul” sambil tersenyum.
“Owh..” sambil mengangguk-anggukan
kepalanya paham.
Penabrak itu tiba-tiba menggeret tangan
Hyorin “Ayo kita ke sana”
“Ya...” ucap Hyorin kaget.
Mereka berdua masuk ke dalam toko yang
dipenuhi oleh barisan-barisan sepeda merk terbaru dan mahal-mahal.
“Untuk apa kita ke sini?” ucap Hyorin
bingung sambil memandangi sepeda-sepeda yang terjajar rapi.
Penabrak itu mendorong pundak Hyorin
perlahan ke depan barisan-barisan sepeda “Sudah kau pilih satu yang kau mau,
itung-itung ini adalah utangku bahwa aku sudah merusak sepedamu”
Hyorin menggeleng-gelengkan kepalanya “Ah
tidak-tidak, tidak perlu. Aku hanya butuh lampu dan keranjang sepeda, bukan
sepeda baru”
“Sudah tidak apa-apa” sambil menunjukan
senyum manisnya.
Wajah Hyorin terlihat canggung mendengar
perkataan penabrak itu.
Penabrak itu lalu menghampiri sebuah
sepeda cantik berwarna pink dengan paduan ungu dan keranjang putih “Bagaimana
jika yang ini? Kau suka? Kau sepertinya cocok memakainya” sambil memegang pedal
sepeda itu dan mencoba memutarnya.
“Ah tidak usah repot-repot” ucap Hyorin
sambil menggaruk belakang kepalanya canggung. “Sebenarnya sih bagus” desis
Hyorin pelan.
Penabrak itu langsung menoleh “Apa? Bagus,
baiklah kita beli yang ini saja.”
Penabrak itu langsung menuju meja kasir untuk
meminta dan memboking sepeda itu “Saya beli sepeda yang di sana ya, langsung
diantar ke alamatnya” sambil menunjuk sepeda itu dengan telunjuknya.
“Alamat rumahmu dimana?” tanyanya pada
Hyorin.
“Di gang Kugawa 3 no 15” ucap Hyorin
“Ya di alamat itu, diantar secepatnya ya”
ucap penabrak itu pada pelayan toko.
“Harganya 700.000 won” ucap pelayan itu.
Penabrak itu hanya menyodorkan kartu kreditnya.
“Hah? Semahal itu? Tidak usah lah jika
begitu” ucap Hyorin merayu.
“Sudahlah terima saja balasan utang
dariku” Ucap penabrak itu. Hyorin hanya mendengus pasrah.
Mereka berdua keluar dari toko
sepeda itu dan berjalan menuju sebuah escalator. Sebuah restoran cake yang yang
ada di ISM mulai nampak di pandangannya saat ia sudah sampai di lantai 2.
Pikiran Hyorin begitu bingung. Apalagi jika bukan karena penabrak itu, dia
sangat baik dengan Hyorin. padahal kecelakaan yang hampir terjadi bukan
sepenuhnya salah pengemudi mobil itu. Hyorin terus memberikan senyum manisnya
pada penabrak itu.
Mereka duduk berhadapan sambil melihat
daftar menu yang ada. Tangan Hyorin menunjuk-nunjuk gambar yang ada di gambar
menu sambil berfikir ‘wah.. sepertinya lezat sekali’ .
“Aku akan pesan pancake with
vanila ice cream dan Hot Chocolate, Kau?” tanya orang
itu sambil meletakkan menu di atas meja.
“Strawberry Chessee cake dan Orange Juice” Ucap Hyorin
sedikit gugup. Tiba-tiha ponsel Hyorin menggemakan sebuah panggilan masuk.
“Sebentar ya, aku ke toilet dulu” ucap
Hyorin. orang itu hanya mengangguk kecil.
Hyorin berlari kecil menuju toilet yang
ada di restoran itu. Dia menengok ponselnya tertulis’Eomma’.
“Ne yoboseyo eomma, waeyo?” tanya Hyorin
“Yoboseyo Hyo, kau lama sekali belanja di
pasar?” tanya eommanya
Hyorin berjalan mondar-mandir di dalam
ruang kamar kecil perempuan itu “Umm, tadi ada sedikit insiden”
“HAA??” Teriak eommanya dari seberang
ponsel, yang benar-benar membuat telinga Hyorin berdengung.
“Eomma tak usah kaget begitu, tadi ada
mobil yang hampir menabrakku. Tapi untungnya aku tak tertabrak, hanya terjatuh
dan—yeoja itu menghentikan perkataannya sejenak untuk mengambil nafas—
“Tapi sepedaku sedikit rusak” ucap Hyorin.
“APA??” Ucap eommanya kaget.
“Tenang eomma, orang yang hampir
menabrakku sudah mengganti itu semua. Ia membelikanku sebuah sepeda baru. Dan
sekarang ia mentraktirku di Incheon Street Mall” Ucap Hyorin menjelaskan.
“Untunglah, cepat pulang jika urusanmu
sudah selesai. Kau tidak usah belanja biar eomma saja. tapi uangnya jangan
dihabiskan” Pinta eommanya yang ada di seberang telephone.
“Baik eomma—sambil menghormatkan tangannya
di kepalanya layaknya seorang jenderal. Untung kamar mandi sedang sepi.—
“ya sudah. Orang itu sudah menungguku.
Anyeong eomma”
“Anyeong”
Beep... telephone itu terputus.
Hyorin keluar dari toilet dan segera
menuju mejanya, bersama orang itu.
Hyorin melemparkan senyum “Maaf membuatmu
menuggu lama, tadi eommaku menelepon”
“Owh... oh iya cepat makan makanannya. Ini
pasti sangat enak” ucap orang itu.
“Iya terima kasih. Umm.. ngomong-ngomong
terima kasih untuk semuanya” ucap Hyorin sambil menyeruput minuman berwarna
orange itu.
“Ah tidak masalah. Aku senang bisa bertemu
denganmu. Oh iya perkenalkan aku Eunjung” ucap penabrak itu yang ternyata
Eunjung. Ia mengulurkan tangan kanannya.
“Aku Hyorin, senang bertemu denganmu.
Semoga kita bisa menjadi teman baik” Ucap Hyorin membalas Eunjung.
―͡ —
Seluruh
murid segera menghambur keluar kelas saat jam pulang sekolah berbunyi. Namja
itu masih membereskan buku-bukunya yang ada di atas meja. Salah temannya masih
menungguinya sambil duduk di atas meja yang ada di depan sambil menatap malas
karena temannya yang sangat lama.
0 komentar:
Posting Komentar