Senin, 31 Maret 2014

SALVATION Chap 5




[AUTHOR]
Laras Kkamjong

[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc

[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery

[RATING]
T

Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran

COPAS CANTUMIN NAMA

Happy reading guys :-)



            Seorang namja berjalan menuju barisan-barisan bangku yang ada di dalam gereja sendirian tanpa ada seorang pun. Ia duduk di bangku paling depan dan menatap patung Tuhan yang ada di depannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Suasana gereja yang sepi, dengan salib yang terpajang di bagian atas gereja terlihat jelas. Malam yang sepi dan dingin ini ia lakukan untuk berdoa pada Tuhan.

“Tuhan hari ini aku datang padamu. Maaf aku sudah lama tidak datang mengunjungimu. Aku sedikit sibuk.” Namja itu mengatakan dengan ekspresi menyesal. “Tuhan banyak yang ingin aku katakan padaMu. Yang pertama aku sangat merindukan appa-ku. Dia sedang ada urusan perusahaan katanya. Dan sampai sekarang appa belum mengunjungiku terutama eomma yang sedang terbaring sakit.
“Dan yang kedua tentang eommaku. Saat ini eommaku sedang terbaring sakit di rumah sakit karena penyakit kanker darahnya. Aku sangat kasihan melihat keadaan eommaku saat ini. Wajahnya yang dulu selalu ceria dan semangat saat bertemu denganku kini berubah 180̊, wajahnya terlihat lesu, meskipun ia berusaha terlihat kuat di depanku” matanya memanas dan mulai menitikkan gumpalan bening di pipinya.

“Aku harap Kau meringankan penyakit eommaku, agar ia tidak menderita lagi seperti sekarang, Amien” sambil menyimbolkan salib di kepala, perut lalu pundak kanan kirinya. Ia berdiri dan pergi meninggalkan gereja itu di malam dingin. Ia memasang kembali syal yang tadi dilepasnya saat di dalam gereja.

Namja itu kembali menuju rumah sakit untuk menjaga eommanya. Di ruangan yang serba putih ini eommanya sudah tertidur lelap. Tak seperti biasannya, eommanya selalu kesulitan tidur. Tapi sekarang wajahnya seakan sudah tak ada rasa sakit.

Namja itu tidur di kursi sebelah eommanya dan mulai memposisikan tubuhnya untuk tidur. Ia tertidur sambil menggenggam tangan eommanya yang tertanam jarum infus.

―͡   —

            Namja berperawakan tinggi itu sedang duduk di pinggiran ranjangnya, di dalam kamar berwarna biru muda, dengan desain yang simple. Sambil memegang laptop di pangkuannya. Ia melirik ke arah jam dindingnya, menunjukan pukul 11.00 malam. Setelah beberapa saat ia merasa haus dan bangkit dari ranjangnya yang empuk. Ia menuruni tangga berwarna coklat. Menuju dapur untuk mengambil segelas air putih dingin di kulkas.

Ia meneguk minuman itu sampai habis. Ia berjalan ke ruang tamu untuk melihat apakah nyonya Oh ada di sana.

Tapi ia tidak menemukan nyonya Oh. Ia duduk di kursi ruang tamu sambil memainkan bulpen yang dari tadi digenggamnya. Tak sengaja ia menjatuhkan bollpointnya dan menggelinding ke bawah meja ruang tamu yang berdesain klasik.

Sehun merangkak mencoba meraih bollpoint hitamnya itu. Tak sengaja ia menemukan sesuatu. Sebuah kertas. Ia mencoba mengambilnya.

Dan ternyata sebuah amplop berwarna pink yang tertuslikan ‘To : Sehun’. Ia mencoba membersih-bersihkan amplop itu dari debu yang cukup tebal.
“Apa ini? Surat? Untukku” gumamnya, sambil membalik-balikkan amplop itu.

Ia mulai membuka amplop surat itu. Pada saat yang sama tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Ne yoboseyo”
..
“Aku baik di sini, bagaimana keadaanmu di Incheon?”
..
“Apa di sana menyenangkan?”  Sehun berjalan menuju tangga menuju kamarnya sambil bertelephone dan menggenggam sepucuk surat yang tadi ia temukan.
..
“Aku jadi ingin ke sana, tapi banyak tugas yang harus kuselesaikan. Baru saja 1 tugas yang aku selesaikan”
..
“Kurasa itu bagus.” Ucap Sehun pada penelpon itu yang tidak lain adalah Eunjung. Ia berjalan menuju meja belajarnya dan meletakkan surat itu ke dalam loker.
..
“Sudah malam aku mengantuk” sambil mengatur kasurnya, agar ia bisa tidur dengan nyenyak.
..
“Anyeong..” ucap Sehun sambil mematikan ponselnya. Dan menyerubungi tubuhnya dengan selimut hangat.

―͡  

Salju putih tebal turun dengan derasnya. Sehun sedang berjalan sendirian dengan langkah cepat menuju sebuah tempat. Tiba-tiba ada suara samar memanggilnya.
“Sehun..” suara itu semakin dekat. Sehun menoleh ke arah belakang. Sebuah bayang samar yang tertutupi salju terlihat semakin dekat.

Suara anak perempuan itu semakin terdengar jelas “Sehun, tunggu aku.”

Tiba-tiba sebuah pelukan hangat menghampiri dirinya. Syal hijau yang di pakai anak perempuan itu membuat Sehun tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“Sehun ini aku” sambil menurunkan syal hijau itu agak turun, agar tidak menutupi wajahnya.

“Hyorin..” Sehun mendelik bahagia melihat Hyorin.

Sehun menggandeng tangan Hyorin. “Aku membawa Holly” ucap Hyorin kecil sambil membawa anjing peliharaan Sehun.

“Bagaimana kau bisa bersama Holly?” Ucap Sehun penuh tanya.

Sehari sebelumnya anjing Sehun hilang saat di taman. Dan sekarang tiba-tiba anjing itu sudah bersama Hyorin kecil.

Hyorin menunjukkan senyumnya, terlihat giginya yang ompong “Aku menemukannya di taman”

“Ayo kita pulang, salju semakin deras turun.” Ucap Sehun kecil. Menggandeng tangan Hyorin dan mulai menyebrangi perkampungan kecil.

“Kita kemana? Ke rumahku atau ke rumahmu?” Tanya Hyorin polos.

“Tentu saja kita akan ke rumahmu. Terasa sudah lama aku tak ke rumahmu” anak 2 itu terus berjalan di bawah derasnya salju yang turun.

Sehun terus menggenggam erat tangan Hyorin. Dalam hati kecilnya ia takut akan kehilangan Hyorin. Ia merasa ia seperti pernah kehilangan Hyorin, dan ia tidak ingin itu terjadi untuk kedua kalinya.

Tiba-tiba ikatan tali Holly lepas dari lehernya. Holly berlari ke sana kemari. Sehun dan Hyorin mengejar Holly yang berlari sangat kencang itu.

“Tunggu Holly..” Sehun terus memanggili Holly.

Sehun dan Hyorin terus berlari mengejar. Sehun berlari tidak dengan hati-hati, sebuah gundukan batu yang ada di depannya tidak ia perhatikan sampai akhirnya

Bruk..

Sehun terjatuh dari kasurnya yang membuatnya terbangun dari mimpinya semalam. Ia memicing-micingkaan bola matanya yang terkena bias-bias cahaya pagi matahari yang menembus dari sela-sela jendelanya.
“Awh.. kepalaku..” sambil memegangi kepalanya dan bangkit dari posisi jatuhnya di lantai kamar.

Ia melirik ke arah jam dindingnya menunjukkan pukul 07.20.

“Owhh jam segituHah.. jam 07.20” ucap Sehun yang baru tersadar bahwa 10 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.

Sehun mengebutkan mobilnya menuju sekolah. Baju seragam yang ia pakai masih begitu berantakan begitu pula dengan rambutnya yang belum disisir.

Mobil Sehun terhenti di tengah jalan karena terjebak macet.

“Sial. Pake macet lagi”
Sehun segera memutar balik mobilnya menuju jalan setapak yang jarang dilewati orang. Sehun mengebutkan mobilnya sampai hampir menabrak seekor burung merpati yang sedang terbang rendah.

Mobilnya hanya tinggal beberapa meter dari gerbang sekolah. Saat ia sudah sampai di depan sekolah. Semua perjuangannya musnah begitu saja. Gerbang sekolah sudah ditutup rapat bagi murid yang terlambat masuk.
Tin..tin..

Sehun terus membunyikan klakson mobilnya pada penjaga sekolah yang sedang membaca koran. Dengan santai penjaga itu melirik Sehun dan menunjukkan jarinya pada sebuah jam besar yang terpampang di halaman sekolah yang menunjukan pukul 07.33.

“Sial..” sambil memukul-mukul kemudinya.

Sehun tidak kehilangan akal. Ia segera pergi dari sekolah dan memarkirkan mobilnya di dekat pertokoan sekolahnya. Ia segera berlari dan memanjat dinding sekolah yang bercatkan biru tosca itu.

Dep..
Suara hantaman kakinya saat memijakannya di tanah setelah melompat dari dinding 2 meter itu.

“Fiuh.. berhasil, dasar penjaga tolol. Aku tidak bodoh seperti yang kau kira” sambil men-smirkkan bibirnya.

Dia segera berlari menuju kelasnya, kelas 12.1 yang terkenal dengan anak-anak kaya. Deru nafasnya masih menyeru mengikuti langkah kakinya yang cepat.

Ia berhenti di pintu kelas. Nampak seorang soesanime sedang berbicara di depan kelas. Lebih tepatnya guru terburuk di sekolah itu. Guru yang tak segan-segan memberikan hukuman mati pada muridnya yang tidak disiplin.

Deg..
Jantung Sehun serasa ingin copot melihat guru itu sudah ada di kelas. Soesanim Shim Chan dengan kumis yang tebal dengan kepala setengah plontos.

Ia hanya membeku di depan pintu kelas. Sedangkan soesanime dan murid-murid lainnya melihat Sehun yang terlambat datang.

“Apa yang kau lakukan di sana?” dengan nada datar soesanime Shim.

Sehun membungkuk dalam-dalam dan mengucapkan kata maaf “Mianhimnida, aku terlambat” keringatnya menetes.

Soesanime Shim berdiri di depan Sehun sambil membawa sebilah penggaris papan tulis yang di ketuk-ketukannya di tangannya “Apa hukuman yang cocok untuk siswa tak disiplin sepertimu?? BaiklahKau boleh duduk”

Seluruh murid di kelas hanya melongo “Hah?” begitu pula denan Sehun.

“Ghamsahamnida”  sambil membungkukkan badannya pada soesanime Shim.
Sehun berjalan santai menuju bangkunya yang terdapat di barisan nomor 3 pada deret pertama.

Sehun mengeluarkan bukunya ke atas meja. Sedangkan Kai teman sebangkunya hanya melihat Sehun dengan tatapan bingung.

Kai berbisik di samping telinga Sehun “Kau tahu, aku tidak pernah melihat saem Shim tidak menghukum murid yang tidak
Buk..
Sebuah penghapus papan tulis kapur melayang ke wajah Kai. Sekejap wajahnya yang hitam mejadi putih karena penghapus papan kapur itu.

Kai mehembuskan nafas besar untuk mengeluarkan debu yang ada di mulutnya “Buf..”

“Burp..” Sehun menahan twanya melihat wajah Kai yang dipenuhi benda putih itu, yang hampir membuat Sehun hampir memuncratkan air liurnya di meja.

“Saya tidak suka melihat murid yang berbicara saat jam pelajaran saya berlangsung. Serius, itu yang harus kalian camkan” ucap soesanime Shim.

Kai me-lap wajahnya dengan sapu tangan miliknya, dengan wajah mengerucut. Sambil menatap death glare pada Sehun.

“Baik kita kembali kepelajaran” ucap soesanime Shim.

―͡   —

            Di Incheon hari ini sedang libur. Karena putusan dari pemerintah Incheon, yang mengharuskan seluruh sekolah untuk hari ini libur karena salju yang turun terlalu lebat. Hyorin gadis cantik itu sedang menuju pasar dengan menunggangi sepeda pink kesayangannya. Rambutnya yang terkuncir kuda berkibas karena tersapu angin yang melewatinya. Pakaian hangat dan syal coklat dengan kornea mata yang berwarna coklat membuatnya tambah menawan meskipun dia hanya gadis biasa yang tinggal di Incheon.

Senyum ramah selalu ia berikan ketika melewati orang yang dia kenal. Sepedanya melewati sebuah pertigaan jalan raya yang cukup sepi. Tiba-tiba sebuah mobil hitam dari arah yang berbeda datang.

Cit....
Suara rem mobil itu
Brak..
Sepeda Hyorin terjatuh, meskipun tidak parah. Karena pengemudi mobil sudah mengerem mobilnya dahulu.

Pengemudi mobil itu segera keluar dari mobil dan membantu Hyorin untuk berdiri.

Hyorin menyapu-nyapu tangannya yang bergesekan dengan aspal. “Maafkan aku” ucap penabrak itu, sambil mengulurkan bantuan tangannya.

Hyorin meraih tangannya. Hyorin hanya membalas dengan senyuman ramahnya.

“Apa kau ada yang terluka?” tanya pengemudi itu, sambil memutar-mutarkan tubuh Hyorin.

“Aku tidak apa-apa tapi sepertinya sepedaku...” sambil memandang sepedanya yang masih tersungkur di tanah dengan keadaan keranjang yang sudah penyok dan lampu sepeda yang pecah.

Penabrak itu terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang terbalut sarung tangan lucu “Mian, mianhae jeongmal mianhae, aku pasti mengganti semua kerugian ini”

Tiba-tiba penabrak itu menarik lengan Hyorin dan membawanya ke dalam mobil.

“Eh.. eh aku mau di bawa kemana??” Tanya Hyorin kebingungan.

“Sudahlah masuk saja” ucap penabrak itu yang juga masuk ke dalam bangku pengemudi.

Mereka berdua duduk bersampingan. “Kau tahu dimana mal terdekat dari sini?” tanya pengemudi itu.

Hyorin menoleh pada pengemudi itu “Mal ya.. hmm kau tinggal lurus saja lalu ada persimpangan jalan kau belok lah di situ mall-nya, (ISM) Incheon Street Mall” sambil menyunggingkan senyum kecilnya pada pengamudi itu.

“Baiklah jika begitu, kita berangkat” sambil menancapkan gas pol.

“Wha..” ucap Hyorin kaget karena mobil yang ditumpanginya melaju kencang.

Beberapa menit kemudian
Cit..
Pengemudi itu berhenti tepat disebuah pertokoan atau bisa di sebut mal terdekat.

Hyorin memegangi dadanya yang berdetak dengan kencang.

“Kau tidak pernah mengebut sebelumnya?”

Hyorin hanya menggeleng dengan wajah masih syok.

“Hahaha, ya sudah ayo kita masuk.” Ucap penabrak tadi.

Hyorin keluar dari mobil dengan kaki yang masih bergemetar, dengan wajah pucat. Pengemudi itu menarik tangan Hyorin “Ayo cepatlah kita masuk”.

“Eum.. mal di sini lumayan juga, meskipun tak sebagus di seoul.” Sambil memandangi toko-toko yang terjejer di dalam mal.

“Ya aku tahu” ucap Hyorin meng-iyakan.

Penabrak itu menoleh sekilas pada Hyorin “Kau pernah ke Seoul?”

“um aku lahir di Seoul” sambil tersenyum.

“Owh..” sambil mengangguk-anggukan kepalanya paham.

Penabrak itu tiba-tiba menggeret tangan Hyorin “Ayo kita ke sana”

“Ya...” ucap Hyorin kaget.

Mereka berdua masuk ke dalam toko yang dipenuhi oleh barisan-barisan sepeda merk terbaru dan mahal-mahal.

“Untuk apa kita ke sini?” ucap Hyorin bingung sambil memandangi sepeda-sepeda yang terjajar rapi.

Penabrak itu mendorong pundak Hyorin perlahan ke depan barisan-barisan sepeda “Sudah kau pilih satu yang kau mau, itung-itung ini adalah utangku bahwa aku sudah merusak sepedamu”

Hyorin menggeleng-gelengkan kepalanya “Ah tidak-tidak, tidak perlu. Aku hanya butuh lampu dan keranjang sepeda, bukan sepeda baru”

“Sudah tidak apa-apa” sambil menunjukan senyum manisnya.

Wajah Hyorin terlihat canggung mendengar perkataan penabrak itu.

Penabrak itu lalu menghampiri sebuah sepeda cantik berwarna pink dengan paduan ungu dan keranjang putih “Bagaimana jika yang ini? Kau suka? Kau sepertinya cocok memakainya” sambil memegang pedal sepeda itu dan mencoba memutarnya.

“Ah tidak usah repot-repot” ucap Hyorin sambil menggaruk belakang kepalanya canggung. “Sebenarnya sih bagus” desis Hyorin pelan.

Penabrak itu langsung menoleh “Apa? Bagus, baiklah kita beli yang ini saja.”

Penabrak itu langsung menuju meja kasir untuk meminta dan memboking sepeda itu “Saya beli sepeda yang di sana ya, langsung diantar ke alamatnya” sambil menunjuk sepeda itu dengan telunjuknya.

“Alamat rumahmu dimana?” tanyanya pada Hyorin.

“Di gang Kugawa 3 no 15” ucap Hyorin

“Ya di alamat itu, diantar secepatnya ya” ucap penabrak itu pada pelayan toko.

“Harganya 700.000 won” ucap pelayan itu. Penabrak itu hanya menyodorkan kartu kreditnya.

“Hah? Semahal itu? Tidak usah lah jika begitu” ucap Hyorin merayu.

“Sudahlah terima saja balasan utang dariku” Ucap penabrak itu. Hyorin hanya mendengus pasrah.

 Mereka berdua keluar dari toko sepeda itu dan berjalan menuju sebuah escalator. Sebuah restoran cake yang yang ada di ISM mulai nampak di pandangannya saat ia sudah sampai di lantai 2. Pikiran Hyorin begitu bingung. Apalagi jika bukan karena penabrak itu, dia sangat baik dengan Hyorin. padahal kecelakaan yang hampir terjadi bukan sepenuhnya salah pengemudi mobil itu. Hyorin terus memberikan senyum manisnya pada penabrak itu.

Mereka duduk berhadapan sambil melihat daftar menu yang ada. Tangan Hyorin menunjuk-nunjuk gambar yang ada di gambar menu sambil berfikir ‘wah.. sepertinya lezat sekali’ .

“Aku akan pesan pancake with vanila ice cream dan Hot Chocolate, Kau?” tanya orang itu sambil meletakkan menu di atas meja.

“Strawberry Chessee cake dan Orange Juice” Ucap Hyorin sedikit gugup. Tiba-tiha ponsel Hyorin menggemakan sebuah panggilan masuk.

“Sebentar ya, aku ke toilet dulu” ucap Hyorin. orang itu hanya mengangguk kecil.
Hyorin berlari kecil menuju toilet yang ada di restoran itu. Dia menengok ponselnya tertulis’Eomma’.

“Ne yoboseyo eomma, waeyo?” tanya Hyorin

“Yoboseyo Hyo, kau lama sekali belanja di pasar?” tanya eommanya

Hyorin berjalan mondar-mandir di dalam ruang kamar kecil perempuan itu “Umm, tadi ada sedikit insiden”

“HAA??” Teriak eommanya dari seberang ponsel, yang benar-benar membuat telinga Hyorin berdengung.

“Eomma tak usah kaget begitu, tadi ada mobil yang hampir menabrakku. Tapi untungnya aku tak tertabrak, hanya terjatuh dan—yeoja itu menghentikan perkataannya sejenak untuk mengambil nafas—
“Tapi sepedaku sedikit rusak” ucap Hyorin.

“APA??” Ucap eommanya kaget.

“Tenang eomma, orang yang hampir menabrakku sudah mengganti itu semua. Ia membelikanku sebuah sepeda baru. Dan sekarang ia mentraktirku di Incheon Street Mall” Ucap Hyorin menjelaskan.

“Untunglah, cepat pulang jika urusanmu sudah selesai. Kau tidak usah belanja biar eomma saja. tapi uangnya jangan dihabiskan” Pinta eommanya yang ada di seberang telephone.

“Baik eomma—sambil menghormatkan tangannya di kepalanya layaknya seorang jenderal. Untung kamar mandi sedang sepi.—
“ya sudah. Orang itu sudah menungguku. Anyeong eomma”

“Anyeong”
Beep... telephone itu terputus.

Hyorin keluar dari toilet dan segera menuju mejanya, bersama orang itu.
Hyorin melemparkan senyum “Maaf membuatmu menuggu lama, tadi eommaku menelepon”

“Owh... oh iya cepat makan makanannya. Ini pasti sangat enak” ucap orang itu.

“Iya terima kasih. Umm.. ngomong-ngomong terima kasih untuk semuanya” ucap Hyorin sambil menyeruput minuman berwarna orange itu.

“Ah tidak masalah. Aku senang bisa bertemu denganmu. Oh iya perkenalkan aku Eunjung” ucap penabrak itu yang ternyata Eunjung. Ia mengulurkan tangan kanannya.

“Aku Hyorin, senang bertemu denganmu. Semoga kita bisa menjadi teman baik” Ucap Hyorin membalas Eunjung.

―͡   —


            Seluruh murid segera menghambur keluar kelas saat jam pulang sekolah berbunyi. Namja itu masih membereskan buku-bukunya yang ada di atas meja. Salah temannya masih menungguinya sambil duduk di atas meja yang ada di depan sambil menatap malas karena temannya yang sangat lama.



To Be Continue

0 komentar:

Posting Komentar