Sabtu, 08 Maret 2014

Salvation Chap 2 (Fanfic)






[TITLE]
SALVATION

[AUTHOR]
Laras Kkamjong

[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, etc

[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery

[RATING]
T

Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.

COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading guys :-)


     Nyonya Park berjongkok mencoba menyamakan tinggi tubuhnya dengan Hyorin “Hyo ada apa denganmu? Ada apa dengan putri kecil eomma?” Hyorin tidak menggubris dan langsung memeluk eommanya dengan menangis keras.


“Eomma Se..Sehun kecelakaan, ta..tadi ia menyelamatkanku di jalanan sekolah........” Serunya yang terisak itu.


Nyonya Park mengelus lembut rambut anak cantiknya itu, lalu melepaskan pelukannya “Sekarang Sehun ada di mana?” tanyanya lembut


“tadi omenim Oh langsung membawanya, aku mengejarnya tapi ajhuma Oh tidak menghentikan mobilnya.. Hiks. Hiks.” Nyonya Park mengusap air mata anaknya itu.


“Sekarang kau harus membersihkan tubuhmu, lalu kita akan pergi mencari rumah sakit Sehun.” Hyorin berlalu dari pandangan nyonya Park dengan langkah gontai.


Nyonya Park POV

            Aku duduk dan memencet remote televisi yang ada di tanganku. Wajahku melihat televisi tetapi pikiranku tak bisa terfokus dengan acara televisi itu. Tanganku terus memainkan remote yang berada di genggamanku ini sampai akhirnya aku menuju kamar dan mengambil ponsel yang ada di meja sudut kamarku. Jariku memainkan tombol telepon dengan lincah.


Aku menunggu jawaban darinya sampai beberapa menit, tetapi ia malah mematikan panggilan dariku, “Mengapa ia tak menjawabku” gumamku sambil menggigiti jemari kelingkingku, aku semakin gusar dengan keadaan Sehun.


“Eomma, aku sudah selesai. Ayo kita mencari rumah sakit Sehun” ajak Hyorin, yang tiba-tiba berada di ujung ruangan dan sudah berpakaian rapi serta siap pergi mencari tempat Sehun dirawat.


Aku memasukan dompet dan ponsel yang ada di tanganku itu ke dalam kantong merah yang bisa kusebut tas “Iya sayang, eomma bersiap-siap dulu” Lalu Hyorin beranjak dari kamarku menuju ruang tamu.

Nyonya Park POV End



Ia duduk di sofa kuning itu lalu merogoh saku di sebelah kanan pakaiannya itu. Sebuah gantungan yang ia dapati saat di rumah Sehun dulu, masih ada di pakaian itu. Ia menggenggam erat gantungan itu dan bergumam kecil “Sehun kau ada di mana?”


“Hyorin ayo kita berangkat” suara nyonya Park yang membuyarkan lamunan Hyorin, lalu Hyorin langsung memasukan benda mungil miliknya itu ke dalam sakunya kembali. “Ayo eomma” lalu menggandeng tangan eommanya itu.


“Pakai helmnya dahulu” ucap nyonya Park menyodorkan helm dan memakaikan di kepala Hyorin.


Di jalan, nyonya Park langsung menuju rumah sakit terdekat dari sekolah Hyorin. Nyonya Park mulai memarkirkan sepeda motor merahnya itu di tempat parkir yang kosong.


Hyorin dan Nyonya Park mulai melangkah masuk ke rumah sakit menuju tempat administrasi.


“Maaf apa ada anak yang baru masuk ke rumah sakit ini karena kecelakaan?” tanya  nyonya Park pada recepsionist itu


“Ada nyonya namanya Oh Sehun, jika boleh tahu anda kerabat Sehun?” ucap recepsionist itu.


“Ahh.. benar itu dia anaknya, saya sahabat ibunya Sehun, nyonya Oh. Dimana sekarang Sehun dirawat?” tanya nyonya Park.


“Maaf nyonya tapi sekarang dia dipindahkan ke rumah sakit yang peralatannya lebih lengkap, di rumah sakit Seoul Health”


“Baiklah gomawo” ucap nyonya Park sembari agak membungkuk.


Nyonya Park langsung beranjak dan pergi ke rumah sakit Seoul Health. Di rumah sakit Seoul Health, nyonya Park menuju ruang IGD karena informasi dari salah recepsionist di rumah sakit itu.


Nyonya Park bisa melihat nyonya Oh dari sebrang jendela pintu ruang IGD, saat nyonya Oh sedang berbicara dengan dokter senior itu. Wajahnya terlihat merengut dan sepertinya ada kabar buruk. Nyonya Oh keluar dari ruang IGD untuk menelpon Tuan Oh.


Nyonya Oh keluar dari ruang IGD,  Nyonya Park langsung memegang tangan nyonya Oh dan menanyakan kabar Sehun. “Kwon.. bagaimana kabar Sehun?” sontak Nyonya Oh kaget dengan kehadiran nyonya Park.


“Untuk apa kau kemari?” sembari memainkan ponselnya dan menyambungkan pada Tuan Oh “Lebih baik kau pergi Ailee” ucap nyonya Oh ketus “Halo” nyonya Oh sedang berbicara dengan tuan Oh dan langsung pergi dari pandangan nyonya Park.


Nyonya Park hanya saling pandang dengan putrinya itu. Lalu dokter yang menangani Sehun itu keluar dari ruangan, nyonya Park langsung memburu pertanyaan pada  dokter senior itu.

“Dok apa dokter yang menangani Sehun? Bagaimana keadaannya Dok?” tanya nyonya Park yang menghujani dokter tersebut.


“Iya saya, keadaan Sehun bisa dibilang parah, dia harus menjalani operasi. Dan jika ia sudah menjalani operasi, kemungkinan Sehun akan kehilangan ingatannya.” Nyonya Park menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena kaget.


“Apa separah itu Dok?” Dokter itu hanya mengangguk pelan, lalu nyonya Oh tiba-tiba kembali “Untuk apa kau masih di sini Ailee? Anakmu tidak pantas bergaul dengan anakku lagi” ucap nyonya Oh kesal.


Nyonya Park menggenggam tangan nyonya Oh “Maafkan anakku Kwon, maafkan aku Kwon.” Nyonya Oh langsung menampikkan tangan nyonya Park lalu menampar pipi nyonya Park. “Kau bukan sahabatku lagi” berlalu pergi meninggalkan mereka berdua dan memasuki ruang IGD.


Nyonya Park hanya memegangi pipinya yang memerah itu. “Eomma, eomma tak apa-apa? Keterlaluan sekali ajhuma Oh” tanya Hyorin yang terkejut melihat perlakuan nyonya Oh pada eommanya.


“ Kau tidak boleh berkata seperti itu, lagi pula eomma tak apa-apa. Ayo lebih baik kita pulang” ajak nyonya Park.


͡   —



            Di pagi minggu yang cerah, atau bisa dibilang 1 hari setelah kecelakaan Sehun. Hyorin berjalan pelan dari kamarnya menuju kamar eommanya. Sambil mengucek-ucek matanya dan sesekali menguap karena baru terbangun dari tidur tak nyenyaknya semalam.


Hyorin membuka pintu kamar eommanya dan mendapati eommanya “EOMMA, apa yang eomma lakukan? eomma mau pergi kemana” Hyorin terbelalak melihat eommanya mengemasi pakaian-pakaiannya.


“Kita akan pindah rumah hari ini juga..”


“Tapi eomma..Bagaimana dengan sekolahku? Bagaimana dengan rumah kita ini? Rumah yang penuh kenangan manis, bagaimana dengan....” Hyorin sempat menghentikan ucapannya “Bagaimana dengan Sehun, aku pasti juga akan merindukannya”


Tiba-tiba tuan Park berada tepat di belakang Hyorin dan memegang pundak Hyorin, yang sontak membuat Hyorin kaget “HANTU..”



“Ini aboeji sayang” lalu berjalan dan duduk di kasur “Sayang kau bisa mendapatkan banyak teman di tempat lain” bujuk tuan Park.


“Tapi..” ucap Hyorin terhenti “Aku sudah sangat mencintai tempat ini, aku juga sudah sangat menyayangi Sehun” sembari menundukkan kepalanya.


“Kau bisa mendapatkan sahabat baru di tempat lain, eomma dan appa sudah memikirkan matang-matang kepindahan kita hari ini. Dan ini keputusan paling tepat utuk saat ini” ucap tuan Park.


“Kau lebih baik kemasi barang-barang berhargamu dan kita akan pergi sore ini” ucap nyonya Park.


“Kita akan pergi kemana?” tanya Hyorin


“Kita akan pindah ke Incheon, kita akan pindah ke rumah Harabojie dan Halmonie” ucap nyonya Park sambil menutup resleting koper itu.


“Apa?? Incheon??, ah.. baiklah jika begitu, aku hanya bisa pasrah. Mungkin hanya Dewi Fortuna yang bisa menolongku saat ini, agar merubah pikiran eomma dan aboeji dalam sekejap mata” ucap lesu Hyorin dan pergi dari kamar eommanya dengan langkah gontai sambil menyeret kakinya.

‘Kenapa harus pergi, kenapa harus pergi, aku akan semakin bersalah jika meninggalkan Sehun dengan keadaan yang masih terbaring di rumah sakit. Teman macam apa aku ini. Sehun mianhae, jeongmal mianhae’ bayang-bayang bersalah Hyorin mulai kambuh kembali, mendengar kabar jika ia akan pindah dari Seoul.


͡ 


            Mobil Hyorin mulai menyala, langkah kaki Hyorin semakin berat saja saat akan meninggalkan tempat penuh kenangan ini. Seluruh perabot juga sudah diangkut di dalam truk. ‘Dewi Fortuna tolong aku... apa eomma dan aboeji tak akan merubah pikirannya saat ini?, aku rasa mustahil. Eomma dan aboeji selalu memiliki pendirian yang kuat’ harapan Hyorin yang bergumam dalam hati kecilnya itu.


Wajahnya semakin mengerucut saja, layaknya donald bebek yang sedang cemberut. Dia membuka pintu mobil itu, seakan pintu mobil itu sangat berat untuk di buka. ‘A... aku harus bisa melakukan ini. Hanya tinggal memasuki mobil lalu pergi dari tempat ini’ batin Hyorin sambil mengacak dan menjambak rambutnya frustasi.


“Hyorin kajja masuk” perintah tuan Park yang sudah berada di kemudi, yang sedari tadi melihat kelakuan aneh anaknya dari cermin spion mobil.


“Huft...” gerutu Hyorin lalu memasuki mobil. Ia duduk di bangku belakang, dengan terus memandang rumah penuh kenangan itu.


Setelah beberapa menit berjalan, mobil mereka melewati rumah Sehun. Yang memang tak seberapa jauh dari rumah Hyorin, lebih tepatnya mantan rumah Hyorin.


“Aboeji, stop! Sebentar” Hyorin keluar dari mobil van putihnya itu lalu melangkah ke halaman rumah Sehun dan merogoh ke dalam tas pinknya. Lalu meletakkan benda itu di dalam kotak surat rumah Sehun. Ya, kau pasti bisa menebaknya, Hyorin meletakkan sepucuk surat. Dengan muka amplop tertulis ‘To : Oh Sehun’ . Lalu segera beranjak pergi dari rumah Sehun.


“Sudah, ayo berangkat” ucap Hyorin saat memasuki van putih itu.


Hyorin terus saja menatap rumah Sehun bahkan sampai jarak mobil mereka cukup jauh dari rumah Sehun, ia terus memandang lewat kaca belakang mobil.


‘Aku akan selalu merindukan kota ini’ sembari menatap rumah Sehun yang sudah jauh dari pandangan. Hyorin kembali duduk di tempatnya semula. “Aboeji, Eomma, kapan kita bisa kembali ke Seoul” tanya Hyorin sambil memajukan posisi duduknya dan memandangi aboeji dan eommanya yang duduk di depan, sambil memberikan puppy eyesnya.


“Mungkin kita tidak akan pernah kembali ke Seoul, sayang percuma saja kau memberikan mata lebarmu itu, eomma dan aboeji takkan membatalkan hal ini” ucap nyonya Park sambil berkaca di cermin lipat.


“Apa??? Tidak akan pernah? Ahhhh” ucap sebal Hyorin, sambil menggigit kerah bajunya “Hiiiiii”


“Sayang terima saja, di Incheon semuanya akan lebih menyenangkan dibandingkan–“


“Dibandingkan Seoul? Tidak mungkin, tempatku adalah di Seoul. Ya sudahlah aku malas bicara” memutar bola matanya malas.


Selama perjalanan semua hanya terdiam tanpa suara, Hyorin hanya duduk bersandar di jendela tanpa bergerak sedikit pun yang artinya dia sudah tertidur pulas, sehabis beradu argumen dengan kedua orang tuanya. Dia tertidur masih dengan memeluk boneka teddy bear pink pemberian Sehun dulu, boneka yang tak akan pernah lepas dari pelukannya saat tidur.


͡       

Di sebuah taman kecil yang tak jauh dari rumah barunya, Hyorin duduk di sebuah ayunan yang terbuat dari tali tampar dan kayu yang sudah terlihat tua. Dia berusaha mencerahkan pikirannya dan mulai beradaptasi dengan tempat barunya itu. Meskipun matahari hampir tenggelam.


Di ayunkannya ayunan itu dengan perlahan. Hyorin memandangi langit sungguh-sungguh. Di sana, di atas langit agak kemerahan menjelang gelap. Seketika ia menundukkan wajahnya.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang. Dia mulai mendekati Hyorin.

“Hai..” sapa seseorang tersebut. Hyorin mendongakkan kepala, menatap orang tersebut.


“Owh.. Hai” ucapnya sedikit tersenyum.


 “Kau anak baru di sini?” sambil memutar-mutar kakinya gugup.


“Iya”


“Kalo begitu perkenalkan namaku Xiu Luhan kau bisa panggil aku Luhan, aku anak dari Cina yang sudah lama tinggal di Incheon, Korea. Aku anak dari tuan Xiu Takgu dan Nyo–“


“Stop.... Stopp... apa kau selalu seperti itu juka memperkenalkan dirimu pada seseorang? Aneh sekali. Aku Hyorin lebih tepatnya Park Hyorin” sambil mengulurkan tangannya, lalu Luhan membalas uluran tangan Hyorin yang berarti tanda perkenalan.


“Baiklah jika begitu, senang berkenalan denganmu, oh iya kau cucu dari Park Rin bukan?” tanya anak laki-laki bernama Luhan itu.


“hemm..” ucapnya singkat.


“Rumahku hanya berjarak 4 rumah dari rumahmu, rumah berwarna kuning muda yang ada di sana” sambil menunjuk rumah yang cukup sederhana.


Tiba-tiba Hyorin berdiri dan beranjak dari ayunannya “Baiklah jika begitu, senang bertemu denganmu, ini sudah hampir malam lebih baik aku pulang”

“Mau kuantar?” tanya Luhan


“Kau pikir aku anak kecil yang tidak bisa pulang dari taman yang hanya berjarak 10 meter dari rumahnya hah?” ucap Hyorin ketus


“Hehehe..” sambil menggaruk-garuk rambutnya karena malu, “Baiklah senang bertemu denganmu juga” ucapnya.


“Umm.. baiklah tak apa-apa kau mengantarku, lagi pula kau pulang juga melewati rumahku, kita pulang bersama. Kajja” sambil menarik Luhan.


“Baiklah ayo”


͡   —


            Ia menatapi rumahnya lekat-lekat, tempat yang tak di ingatnya tapi sangat familiar. Dia duduk di sofa termenung, dengan tatapan kosong. Tak pernah ia merasa sehampa ini, ia tak ingat apa-apa yang ada di otaknya, yang di ingatnya hanya eomma. Dia mengacak-acak kepalanya yang masih terbalut perban itu.


Nyonya Oh menahan tangan Sehun “Stop Sehun! Jangan lakukan itu. Lukamu belum mengering, kau bisa terluka lagi”


“Tapi eomma.. aku tak bisa ingat apa-apa, bodoh sekali aku.” Ucapnya kesal, seakan semua kenangan dan memorinya hilang begitu saja saat ini.


“sudahlah sayang, lagi pula kau juga baru saja keluar rumah sakit dari kecelakaanmu 2 minggu yang lalu. Semua itu hanya butuh proses untuk mengingatnya” ucap eommannya sambil mengelus tangan Sehun.


Ia melepaskan genggaman tangan eommanya berlalu untuk berdiri “Yasudah aku mau ke kamar. Tapi di mana kamarku? Ah... aku bodoh sekali, kamarku sendiri saja aku tak ingat”


“di lantai 2 dengan pintu tertuliskan Sehun”  Sehun langsung pergi begitu saja tanpa berucap sepatah katapun untuk eommanya.


͡ 



Sehun menjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Menatap langit-langit kamarnya. Melipatkan kedua tangannya sebagai sandaran kepalanya. Wajahnya seakan berusaha mengingat memori-memorinya yang dulu pernah terjadi, tapi semua itu hanya bullshit, ia tetap tak bisa mengingat apapun.


Ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke sebuah meja dengan barisan buku yang tertata rapih, ia menelisik buku yang ada di sana, mencoba mengingat pelajaran-pelajarannya dulu. Ia membuka lembaran-lembaran kertas itu perlahan.  Dan ternyata ia tak lupa sedikit pun dengan pelajaran di sekolahnya.


“Huftt... setidaknya semua pelajaran ini tak hilang dari otakku.” Ia kembali meletakkan buku itu ke raknya.


͡   —


Nyonya Oh POV


“Nyonya ada surat, untuk Sehun” ucap bibi Jung, pembantu yang sudah 10 tahun bekerja di rumahku.


Aku mengambil surat itu dari tangan bibi Jung “Terima kasih Bi”


“Saya permisi dulu ke dapur nyonya” Bibi pergi berlalu ke dapur.


‘Sepertinya surat yang tidak penting’  batinku sambil membuka amplop surat berwarna biru itu,


Dear my best ever friend, Sehun

            Hai Sehunnie, kau pasti sudah baikkan kan saat menerima surat dariku ini? Ya kau pasti sudah baikkan karena pasti kau membaca suratku ini saat kau sudah keluar dari rumah sakit.

 Aku minta maaf Sehun, mianhae, jeongmal mianhae, aku tidak bisa menemanimu saat di rumah sakit.

 Aku juga tak pernah menjengukmu, aku pernah mencoba sekali menjengukmu tapi kau masih terbaring lemah di IGD, jadi aku tidak bisa melihat keadaanmu. Mungkin kau membaca suratku saat aku sudah tak di Seoul lagi, aku saat ini sudah pindah ke Incheon. 

Entah apa yang merasuki pikiran kedua orang tuaku sehingga mereka berpikir untuk pindah ke sana. Padahal aku tidak tega meninggalkan Seoul, termasuk kau Sehun, aku tak tega meninggalkanmu dalam keadaan sakit. Aku harap kau mengerti posisiku saat ini. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi, entah kapan itu.

Goodbye Sehunnie, saranghaeyo
With Love
Park Hyorin







Apa-apaan ini, anak itu ternyata masih saja mendekati Sehun. Tapi untunglah dia sudah tak di Seoul lagi, aku tak perlu repot-repot menjauhkan Sehun darinya’

Nyonya Oh POV End


Nyonya Oh melemparkan surat itu, dan surat itu melayang dan mendarat tepat di kolong meja tamu yang berbentuk klasik. Nyonya Oh pergi kemarnya tanpa memberikan surat itu pada Sehun, dia takut jika Sehun akan ingat kembali pada Hyorin. Nyonya Oh menganggap kecelakaan ini murni kesalahan dari Hyorin, anak dari sahabatnya sendiri. Yang membuatnya memutuskan tali persahabatannya dengan nyonya Park.


͡   —

Ting tong..


Hyorin melangkahkan kakinya menuju pintu, sambil membenahi dasi sekolahnya yang bercorak kotak-kotak itu. Ia membuka pintu rumahnya. Seorang namja berparas tampan memakai seragam yang sama dengan Hyorin berdiri di depan pintu sambil membawa mangkok berisikan masakan lezat.


“Hai Hyorin, ayo kita berangkat, oh iya ini ada sup Labu dari eomma” sambil menyodorkan mangkok hijau tersebut pada Hyorin.


Hyorin menerima mangkuk itu sambil menghirup aroma lezat makanan tersebut “Hmmm baunya sedap sekali, sampaikan ucapan terima kasihku pada eommamu, sebentar ya aku letakkan mangkuk ini dulu di dapur” Hyorin pergi untuk meletakkan mangkuk tersebut.


Namja itu duduk di kursi teras rumah Hyorin, sesekali ia menyiulkan nada-nada indah dari bibirnya.


“Sudah, ayo kita berangkat” namja itu berdiri dan menarik lengan Hyorin.


“Luhan.. pelan-pelan jangan keras-keras sakit tau!” sambil memegang lengan tangannya yang sedikit sakit karena di tarik oleh Luhan.


“Owh.. mian Hyorin aku tak sengaja” Luhan mengelus-elus tangan Hyorin dan sedikit memberikan pijatan “Apa yang ini sakit?” sambil menunjuk bagian pergelangan tangan Hyorin.


Hyorin melepaskan sentuhan tangan Luhan “Sudahlah ayo kita berangkat”


Mereka berjalan bersama menuju sekolah yang tak seberapa jauh dari rumahnya, Incheon High School.


Mereka bergandengan sambil mengayun-ayunkan kedua tangan mereka, layaknya anak TK yang berjalan bersama. Tetapi mereka tak menghiraukan anggapan orang, itulah style mereka, mereka sudah berteman akrab sejak mereka bertemu 8 tahun yang lalu, bisa di bilang mereka bersahabat. Mereka sempat tidak satu SMP tetapi saat di SMA mereka kembali satu sekolahan.



“Hyorin ayo cepat, gerbang sekolah sudah mulai di tutup” menarik tangan Hyorin sambil berlari.


Mereka melangkahkan secepat kilat langkah kaki mereka. Kurang 15 senti saja gerbang tertutup tetapi mereka sudah berhasil memasuki gerbang sekolah.



Mereka sama sama menghela nafas “Huft.. i..tu..tadi hampir sa..ja” suara ngos-ngosan yang mereka keluarkan karena lelah setelah berlari. Mereka membungkuk sambil memegang kedua lutut mereka masing-masing sembari mengatur nafas.



Tiba-tiba Luhan mengangkat tangan kanannya, mengajak Hyorin ber High 5, Hyorin membalasnya


Plakk..


Suara tepukan tangan mereka, “Kita berhasil lagi Lu” ucap Hyorin.


“Haha, kau benar Hyo. Ayo kita ke kelas”

           
            Mereka jalan bersama menuju koridor sekolah, terlihat siswa Incheon High School mengerubungi papan pengumuman di pojokan koridor sekolah. Mereka berdua saling pandang bingung.



TO BE CONTINUED




0 komentar:

Posting Komentar