[TITLE]
SALVATION
[AUTHOR]
Laras Kkamjong
[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, etc
[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery
[RATING]
T
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini
murni karya saya.
COPAS
CANTUMIN NAMA
Happy
reading guys :-)
Nyonya Park berjongkok
mencoba menyamakan tinggi tubuhnya dengan Hyorin “Hyo ada apa denganmu? Ada apa
dengan putri kecil eomma?” Hyorin tidak menggubris dan langsung memeluk
eommanya dengan menangis keras.
“Eomma Se..Sehun kecelakaan, ta..tadi ia
menyelamatkanku di jalanan sekolah........” Serunya yang terisak itu.
Nyonya Park mengelus lembut rambut anak
cantiknya itu, lalu melepaskan pelukannya “Sekarang Sehun ada di mana?”
tanyanya lembut
“tadi omenim Oh langsung membawanya, aku
mengejarnya tapi ajhuma Oh tidak menghentikan mobilnya.. Hiks. Hiks.” Nyonya
Park mengusap air mata anaknya itu.
“Sekarang kau harus membersihkan tubuhmu,
lalu kita akan pergi mencari rumah sakit Sehun.” Hyorin berlalu dari pandangan
nyonya Park dengan langkah gontai.
Nyonya Park POV
Aku duduk dan memencet remote televisi yang ada di tanganku. Wajahku melihat
televisi tetapi pikiranku tak bisa terfokus dengan acara televisi itu. Tanganku
terus memainkan remote yang berada di genggamanku ini sampai akhirnya aku
menuju kamar dan mengambil ponsel yang ada di meja sudut kamarku. Jariku
memainkan tombol telepon dengan lincah.
Aku menunggu jawaban darinya sampai
beberapa menit, tetapi ia malah mematikan panggilan dariku, “Mengapa ia tak
menjawabku” gumamku sambil menggigiti jemari kelingkingku, aku semakin gusar
dengan keadaan Sehun.
“Eomma, aku sudah selesai. Ayo kita
mencari rumah sakit Sehun” ajak Hyorin, yang tiba-tiba berada di ujung ruangan
dan sudah berpakaian rapi serta siap pergi mencari tempat Sehun dirawat.
Aku memasukan dompet dan ponsel yang ada
di tanganku itu ke dalam kantong merah yang bisa kusebut tas “Iya sayang, eomma
bersiap-siap dulu” Lalu Hyorin beranjak dari kamarku menuju ruang tamu.
Nyonya Park POV End
Ia
duduk di sofa kuning itu lalu merogoh saku di sebelah kanan pakaiannya itu.
Sebuah gantungan yang ia dapati saat di rumah Sehun dulu, masih ada di pakaian
itu. Ia menggenggam erat gantungan itu dan bergumam kecil “Sehun kau ada di
mana?”
“Hyorin ayo kita berangkat” suara nyonya
Park yang membuyarkan lamunan Hyorin, lalu Hyorin langsung memasukan benda
mungil miliknya itu ke dalam sakunya kembali. “Ayo eomma” lalu menggandeng
tangan eommanya itu.
“Pakai helmnya dahulu” ucap nyonya Park
menyodorkan helm dan memakaikan di kepala Hyorin.
Di
jalan, nyonya Park langsung menuju rumah sakit terdekat dari sekolah Hyorin.
Nyonya Park mulai memarkirkan sepeda motor merahnya itu di tempat parkir yang
kosong.
Hyorin dan Nyonya Park mulai melangkah
masuk ke rumah sakit menuju tempat administrasi.
“Maaf apa ada anak yang baru masuk ke
rumah sakit ini karena kecelakaan?” tanya nyonya Park pada recepsionist
itu
“Ada nyonya namanya Oh Sehun, jika boleh
tahu anda kerabat Sehun?” ucap recepsionist itu.
“Ahh.. benar itu dia anaknya, saya sahabat
ibunya Sehun, nyonya Oh. Dimana sekarang Sehun dirawat?” tanya nyonya Park.
“Maaf nyonya tapi sekarang dia dipindahkan
ke rumah sakit yang peralatannya lebih lengkap, di rumah sakit Seoul Health”
“Baiklah gomawo” ucap nyonya Park sembari
agak membungkuk.
Nyonya Park langsung beranjak dan pergi ke
rumah sakit Seoul Health. Di rumah sakit Seoul Health, nyonya Park menuju ruang
IGD karena informasi dari salah recepsionist di rumah sakit itu.
Nyonya Park bisa melihat nyonya Oh dari
sebrang jendela pintu ruang IGD, saat nyonya Oh sedang berbicara dengan dokter
senior itu. Wajahnya terlihat merengut dan sepertinya ada kabar buruk. Nyonya
Oh keluar dari ruang IGD untuk menelpon Tuan Oh.
Nyonya Oh keluar dari ruang IGD,
Nyonya Park langsung memegang tangan nyonya Oh dan menanyakan kabar Sehun.
“Kwon.. bagaimana kabar Sehun?” sontak Nyonya Oh kaget dengan kehadiran nyonya
Park.
“Untuk apa kau kemari?” sembari memainkan
ponselnya dan menyambungkan pada Tuan Oh “Lebih baik kau pergi Ailee” ucap
nyonya Oh ketus “Halo” nyonya Oh sedang berbicara dengan tuan Oh dan langsung
pergi dari pandangan nyonya Park.
Nyonya Park hanya saling pandang dengan
putrinya itu. Lalu dokter yang menangani Sehun itu keluar dari ruangan, nyonya
Park langsung memburu pertanyaan pada dokter senior itu.
“Dok apa dokter yang menangani Sehun?
Bagaimana keadaannya Dok?” tanya nyonya Park yang menghujani dokter tersebut.
“Iya saya, keadaan Sehun bisa dibilang
parah, dia harus menjalani operasi. Dan jika ia sudah menjalani operasi,
kemungkinan Sehun akan kehilangan ingatannya.” Nyonya Park menutup mulutnya
dengan kedua tangannya karena kaget.
“Apa separah itu Dok?” Dokter itu hanya
mengangguk pelan, lalu nyonya Oh tiba-tiba kembali “Untuk apa kau masih di sini
Ailee? Anakmu tidak pantas bergaul dengan anakku lagi” ucap nyonya Oh kesal.
Nyonya Park menggenggam tangan nyonya Oh
“Maafkan anakku Kwon, maafkan aku Kwon.” Nyonya Oh langsung menampikkan tangan
nyonya Park lalu menampar pipi nyonya Park. “Kau bukan sahabatku lagi” berlalu
pergi meninggalkan mereka berdua dan memasuki ruang IGD.
Nyonya Park hanya memegangi pipinya yang
memerah itu. “Eomma, eomma tak apa-apa? Keterlaluan sekali ajhuma Oh” tanya
Hyorin yang terkejut melihat perlakuan nyonya Oh pada eommanya.
“ Kau tidak boleh berkata seperti itu,
lagi pula eomma tak apa-apa. Ayo lebih baik kita pulang” ajak nyonya Park.
―͡ —
Di pagi minggu yang cerah, atau bisa dibilang 1 hari setelah kecelakaan Sehun.
Hyorin berjalan pelan dari kamarnya menuju kamar eommanya. Sambil mengucek-ucek
matanya dan sesekali menguap karena baru terbangun dari tidur tak nyenyaknya
semalam.
Hyorin membuka pintu kamar eommanya dan
mendapati eommanya “EOMMA, apa yang eomma lakukan? eomma mau pergi kemana”
Hyorin terbelalak melihat eommanya mengemasi pakaian-pakaiannya.
“Kita akan pindah rumah hari ini juga..”
“Tapi eomma..Bagaimana dengan sekolahku?
Bagaimana dengan rumah kita ini? Rumah yang penuh kenangan manis, bagaimana
dengan....” Hyorin sempat menghentikan ucapannya “Bagaimana dengan Sehun, aku
pasti juga akan merindukannya”
Tiba-tiba tuan Park berada tepat di
belakang Hyorin dan memegang pundak Hyorin, yang sontak membuat Hyorin kaget
“HANTU..”
“Ini aboeji sayang” lalu berjalan dan
duduk di kasur “Sayang kau bisa mendapatkan banyak teman di tempat lain” bujuk
tuan Park.
“Tapi..” ucap Hyorin terhenti “Aku sudah
sangat mencintai tempat ini, aku juga sudah sangat menyayangi Sehun” sembari
menundukkan kepalanya.
“Kau bisa mendapatkan sahabat baru di
tempat lain, eomma dan appa sudah memikirkan matang-matang kepindahan kita hari
ini. Dan ini keputusan paling tepat utuk saat ini” ucap tuan Park.
“Kau lebih baik kemasi barang-barang
berhargamu dan kita akan pergi sore ini” ucap nyonya Park.
“Kita akan pergi kemana?” tanya Hyorin
“Kita akan pindah ke Incheon, kita akan
pindah ke rumah Harabojie dan Halmonie” ucap nyonya Park sambil menutup
resleting koper itu.
“Apa?? Incheon??, ah.. baiklah jika
begitu, aku hanya bisa pasrah. Mungkin hanya Dewi Fortuna yang bisa menolongku
saat ini, agar merubah pikiran eomma dan aboeji dalam sekejap mata” ucap lesu
Hyorin dan pergi dari kamar eommanya dengan langkah gontai sambil menyeret
kakinya.
‘Kenapa harus pergi, kenapa harus pergi,
aku akan semakin bersalah jika meninggalkan Sehun dengan keadaan yang masih
terbaring di rumah sakit. Teman macam apa aku ini. Sehun mianhae, jeongmal
mianhae’ bayang-bayang
bersalah Hyorin mulai kambuh kembali, mendengar kabar jika ia akan pindah dari
Seoul.
―͡
Mobil Hyorin mulai menyala, langkah kaki Hyorin semakin berat saja saat akan
meninggalkan tempat penuh kenangan ini. Seluruh perabot juga sudah diangkut di
dalam truk. ‘Dewi Fortuna tolong aku... apa eomma dan aboeji tak akan
merubah pikirannya saat ini?, aku rasa mustahil. Eomma dan aboeji selalu
memiliki pendirian yang kuat’ harapan Hyorin yang bergumam dalam hati
kecilnya itu.
Wajahnya semakin mengerucut saja, layaknya
donald bebek yang sedang cemberut. Dia membuka pintu mobil itu, seakan pintu
mobil itu sangat berat untuk di buka. ‘A... aku harus bisa melakukan
ini. Hanya tinggal memasuki mobil lalu pergi dari tempat ini’ batin
Hyorin sambil mengacak dan menjambak rambutnya frustasi.
“Hyorin kajja masuk” perintah tuan Park
yang sudah berada di kemudi, yang sedari tadi melihat kelakuan aneh anaknya
dari cermin spion mobil.
“Huft...” gerutu Hyorin lalu memasuki
mobil. Ia duduk di bangku belakang, dengan terus memandang rumah penuh kenangan
itu.
Setelah beberapa menit berjalan, mobil
mereka melewati rumah Sehun. Yang memang tak seberapa jauh dari rumah Hyorin,
lebih tepatnya mantan rumah Hyorin.
“Aboeji, stop! Sebentar” Hyorin keluar
dari mobil van putihnya itu lalu melangkah ke halaman rumah Sehun dan merogoh
ke dalam tas pinknya. Lalu meletakkan benda itu di dalam kotak surat rumah
Sehun. Ya, kau pasti bisa menebaknya, Hyorin meletakkan sepucuk surat. Dengan
muka amplop tertulis ‘To
: Oh Sehun’ . Lalu segera beranjak pergi dari rumah
Sehun.
“Sudah, ayo berangkat” ucap Hyorin saat
memasuki van putih itu.
Hyorin terus saja menatap rumah Sehun
bahkan sampai jarak mobil mereka cukup jauh dari rumah Sehun, ia terus
memandang lewat kaca belakang mobil.
‘Aku akan selalu merindukan kota ini’ sembari menatap rumah Sehun yang sudah
jauh dari pandangan. Hyorin kembali duduk di tempatnya semula. “Aboeji, Eomma,
kapan kita bisa kembali ke Seoul” tanya Hyorin sambil memajukan posisi duduknya
dan memandangi aboeji dan eommanya yang duduk di depan, sambil memberikan puppy
eyesnya.
“Mungkin kita tidak akan pernah kembali ke
Seoul, sayang percuma saja kau memberikan mata lebarmu itu, eomma dan aboeji
takkan membatalkan hal ini” ucap nyonya Park sambil berkaca di cermin lipat.
“Apa??? Tidak akan pernah? Ahhhh” ucap
sebal Hyorin, sambil menggigit kerah bajunya “Hiiiiii”
“Sayang terima saja, di Incheon semuanya
akan lebih menyenangkan dibandingkan–“
“Dibandingkan Seoul? Tidak mungkin,
tempatku adalah di Seoul. Ya sudahlah aku malas bicara” memutar bola matanya
malas.
Selama perjalanan semua hanya terdiam
tanpa suara, Hyorin hanya duduk bersandar di jendela tanpa bergerak sedikit pun
yang artinya dia sudah tertidur pulas, sehabis beradu argumen dengan kedua
orang tuanya. Dia tertidur masih dengan memeluk boneka teddy bear pink
pemberian Sehun dulu, boneka yang tak akan pernah lepas dari pelukannya saat
tidur.
―͡
Di
sebuah taman kecil yang tak jauh dari rumah barunya, Hyorin duduk di sebuah
ayunan yang terbuat dari tali tampar dan kayu yang sudah terlihat tua. Dia
berusaha mencerahkan pikirannya dan mulai beradaptasi dengan tempat barunya
itu. Meskipun matahari hampir tenggelam.
Di ayunkannya ayunan itu dengan perlahan.
Hyorin memandangi langit sungguh-sungguh. Di sana, di atas langit agak
kemerahan menjelang gelap. Seketika ia menundukkan wajahnya.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki
seseorang. Dia mulai mendekati Hyorin.
“Hai..” sapa seseorang tersebut. Hyorin
mendongakkan kepala, menatap orang tersebut.
“Owh.. Hai” ucapnya sedikit tersenyum.
“Kau anak baru di sini?” sambil
memutar-mutar kakinya gugup.
“Iya”
“Kalo begitu perkenalkan namaku Xiu Luhan
kau bisa panggil aku Luhan, aku anak dari Cina yang sudah lama tinggal di
Incheon, Korea. Aku anak dari tuan Xiu Takgu dan Nyo–“
“Stop.... Stopp... apa kau selalu seperti
itu juka memperkenalkan dirimu pada seseorang? Aneh sekali. Aku Hyorin lebih
tepatnya Park Hyorin” sambil mengulurkan tangannya, lalu Luhan membalas uluran
tangan Hyorin yang berarti tanda perkenalan.
“Baiklah jika begitu, senang berkenalan
denganmu, oh iya kau cucu dari Park Rin bukan?” tanya anak laki-laki bernama
Luhan itu.
“hemm..” ucapnya singkat.
“Rumahku hanya berjarak 4 rumah dari
rumahmu, rumah berwarna kuning muda yang ada di sana” sambil menunjuk rumah
yang cukup sederhana.
Tiba-tiba Hyorin berdiri dan beranjak dari
ayunannya “Baiklah jika begitu, senang bertemu denganmu, ini sudah hampir malam
lebih baik aku pulang”
“Mau kuantar?” tanya Luhan
“Kau pikir aku anak kecil yang tidak bisa
pulang dari taman yang hanya berjarak 10 meter dari rumahnya hah?” ucap Hyorin
ketus
“Hehehe..” sambil menggaruk-garuk
rambutnya karena malu, “Baiklah senang bertemu denganmu juga” ucapnya.
“Umm.. baiklah tak apa-apa kau
mengantarku, lagi pula kau pulang juga melewati rumahku, kita pulang bersama.
Kajja” sambil menarik Luhan.
“Baiklah ayo”
―͡ —
Ia menatapi rumahnya lekat-lekat, tempat yang tak di ingatnya tapi sangat
familiar. Dia duduk di sofa termenung, dengan tatapan kosong. Tak pernah ia
merasa sehampa ini, ia tak ingat apa-apa yang ada di otaknya, yang di ingatnya
hanya eomma. Dia mengacak-acak kepalanya yang masih terbalut perban itu.
Nyonya Oh menahan tangan Sehun “Stop
Sehun! Jangan lakukan itu. Lukamu belum mengering, kau bisa terluka lagi”
“Tapi eomma.. aku tak bisa ingat apa-apa,
bodoh sekali aku.” Ucapnya kesal, seakan semua kenangan dan memorinya hilang
begitu saja saat ini.
“sudahlah sayang, lagi pula kau juga baru
saja keluar rumah sakit dari kecelakaanmu 2 minggu yang lalu. Semua itu hanya
butuh proses untuk mengingatnya” ucap eommannya sambil mengelus tangan Sehun.
Ia melepaskan genggaman tangan eommanya
berlalu untuk berdiri “Yasudah aku mau ke kamar. Tapi di mana kamarku? Ah...
aku bodoh sekali, kamarku sendiri saja aku tak ingat”
“di lantai 2 dengan pintu tertuliskan
Sehun” Sehun langsung pergi begitu saja tanpa berucap sepatah katapun
untuk eommanya.
―͡
Sehun
menjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Menatap langit-langit kamarnya.
Melipatkan kedua tangannya sebagai sandaran kepalanya. Wajahnya seakan berusaha
mengingat memori-memorinya yang dulu pernah terjadi, tapi semua itu hanya bullshit,
ia tetap tak bisa mengingat apapun.
Ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke
sebuah meja dengan barisan buku yang tertata rapih, ia menelisik buku yang ada
di sana, mencoba mengingat pelajaran-pelajarannya dulu. Ia membuka
lembaran-lembaran kertas itu perlahan. Dan ternyata ia tak lupa sedikit
pun dengan pelajaran di sekolahnya.
“Huftt... setidaknya semua pelajaran ini
tak hilang dari otakku.” Ia kembali meletakkan buku itu ke raknya.
―͡ —
Nyonya Oh POV
“Nyonya ada surat, untuk Sehun” ucap bibi
Jung, pembantu yang sudah 10 tahun bekerja di rumahku.
Aku mengambil surat itu dari tangan bibi
Jung “Terima kasih Bi”
“Saya permisi dulu ke dapur nyonya” Bibi
pergi berlalu ke dapur.
‘Sepertinya surat yang tidak
penting’ batinku
sambil membuka amplop surat berwarna biru itu,
Dear my best ever friend, Sehun
Hai Sehunnie, kau pasti sudah baikkan kan saat menerima surat dariku ini? Ya
kau pasti sudah baikkan karena pasti kau membaca suratku ini saat kau sudah
keluar dari rumah sakit.
Aku minta maaf
Sehun, mianhae, jeongmal mianhae, aku tidak bisa menemanimu saat di rumah
sakit.
Aku juga tak
pernah menjengukmu, aku pernah mencoba sekali menjengukmu tapi kau masih
terbaring lemah di IGD, jadi aku tidak bisa melihat keadaanmu. Mungkin kau
membaca suratku saat aku sudah tak di Seoul lagi, aku saat ini sudah pindah ke
Incheon.
Entah apa yang merasuki
pikiran kedua orang tuaku sehingga mereka berpikir untuk pindah ke sana.
Padahal aku tidak tega meninggalkan Seoul, termasuk kau Sehun, aku tak tega
meninggalkanmu dalam keadaan sakit. Aku harap kau mengerti posisiku saat ini.
Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi, entah kapan itu.
Goodbye Sehunnie, saranghaeyo
With Love
Park Hyorin
‘Apa-apaan ini, anak itu ternyata masih
saja mendekati Sehun. Tapi untunglah dia sudah tak di Seoul lagi, aku tak perlu
repot-repot menjauhkan Sehun darinya’
Nyonya Oh POV End
Nyonya Oh melemparkan surat itu, dan surat
itu melayang dan mendarat tepat di kolong meja tamu yang berbentuk klasik.
Nyonya Oh pergi kemarnya tanpa memberikan surat itu pada Sehun, dia takut jika
Sehun akan ingat kembali pada Hyorin. Nyonya Oh menganggap kecelakaan ini murni
kesalahan dari Hyorin, anak dari sahabatnya sendiri. Yang membuatnya memutuskan
tali persahabatannya dengan nyonya Park.
―͡
—
Ting tong..
Hyorin melangkahkan kakinya menuju pintu,
sambil membenahi dasi sekolahnya yang bercorak kotak-kotak itu. Ia membuka
pintu rumahnya. Seorang namja berparas tampan memakai seragam yang sama dengan
Hyorin berdiri di depan pintu sambil membawa mangkok berisikan masakan lezat.
“Hai Hyorin, ayo kita berangkat, oh iya
ini ada sup Labu dari eomma” sambil menyodorkan mangkok hijau tersebut pada
Hyorin.
Hyorin menerima mangkuk itu sambil
menghirup aroma lezat makanan tersebut “Hmmm baunya sedap sekali, sampaikan
ucapan terima kasihku pada eommamu, sebentar ya aku letakkan mangkuk ini dulu
di dapur” Hyorin pergi untuk meletakkan mangkuk tersebut.
Namja itu duduk di kursi teras rumah
Hyorin, sesekali ia menyiulkan nada-nada indah dari bibirnya.
“Sudah, ayo kita berangkat” namja itu
berdiri dan menarik lengan Hyorin.
“Luhan.. pelan-pelan jangan keras-keras
sakit tau!” sambil memegang lengan tangannya yang sedikit sakit karena di tarik
oleh Luhan.
“Owh.. mian Hyorin aku tak sengaja” Luhan
mengelus-elus tangan Hyorin dan sedikit memberikan pijatan “Apa yang ini
sakit?” sambil menunjuk bagian pergelangan tangan Hyorin.
Hyorin melepaskan sentuhan tangan Luhan
“Sudahlah ayo kita berangkat”
Mereka berjalan bersama menuju sekolah
yang tak seberapa jauh dari rumahnya, Incheon High School.
Mereka bergandengan sambil
mengayun-ayunkan kedua tangan mereka, layaknya anak TK yang berjalan bersama.
Tetapi mereka tak menghiraukan anggapan orang, itulah style mereka,
mereka sudah berteman akrab sejak mereka bertemu 8 tahun yang lalu, bisa di
bilang mereka bersahabat. Mereka sempat tidak satu SMP tetapi saat di SMA
mereka kembali satu sekolahan.
“Hyorin ayo cepat, gerbang sekolah sudah
mulai di tutup” menarik tangan Hyorin sambil berlari.
Mereka melangkahkan secepat kilat langkah
kaki mereka. Kurang 15 senti saja gerbang tertutup tetapi mereka sudah berhasil
memasuki gerbang sekolah.
Mereka sama sama menghela nafas “Huft..
i..tu..tadi hampir sa..ja” suara ngos-ngosan yang mereka keluarkan karena lelah
setelah berlari. Mereka membungkuk sambil memegang kedua lutut mereka
masing-masing sembari mengatur nafas.
Tiba-tiba Luhan mengangkat tangan
kanannya, mengajak Hyorin ber High 5, Hyorin membalasnya
Plakk..
Suara tepukan tangan mereka, “Kita
berhasil lagi Lu” ucap Hyorin.
“Haha, kau benar Hyo. Ayo kita ke kelas”
Mereka jalan bersama menuju koridor sekolah, terlihat siswa Incheon High School
mengerubungi papan pengumuman di pojokan koridor sekolah. Mereka berdua saling
pandang bingung.
TO
BE CONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar