Sabtu, 15 Maret 2014

SALVATION Chap 4




 [TITLE]
SALVATION

[AUTHOR]
Laras Kkamjong

[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc

[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery

[RATING]
T

Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran

COPAS CANTUMIN NAMA

Happy reading guys :-)



“Wah.. mie ramennya sudah datang. Terima kasih oemonim.”  Sambil memberikan barisan senyumnya,


Tiba-tiba omoenim itu berbisik di telinga Luhan “Yeojachingumu itu cantik sekali”


Luhan hanya mengangguk dengan tersenyum malu.


“Ayo kita makan, Selamat makan” sambil membuka bungkusan sumpit yang ada di tangannya.


“Selamat makan Luhan. Hmm.. baunya sedap sekali” sambil mengendus asap yang keluar dari mangkuk ramen itu.


―͡   —


            Sehun berjalan menelusuri gemerlapnya kota malam yang diselimuti salju, menuju parkiran mobil yang ada di taman kota. Udara malam yang dingin seraya menusuk tulang berhembus diiringi benda putih turun yang disebut salju.

Sehun merapatkan pakaian hangatnya semakin rapat. Namja itu berjalan sembari menjelajahkan matanya ke kanan-kiri melihat suasana malam putih yang dingin. Seluruh kendaraan yang berlalu lalang semakin malam semakin minim, karena suhu udara yang semakin dingin. Kedai makanan hangat di kiri kanan jalan banyak di penuhi pengunjung.


Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya “ Sehun” sapa orang tersebut.


“Iya?” membalikkan tubuhnya ke arah orang tersebut.


“Kau masih ingat denganku tidak??” tanya orang berparas oriental dengan tubuh menjulang tinggi itu.


“Umm.. maaf tapi aku tidak mengingatmu” Sehun langsung pergi meninggalkan orang itu begitu saja.


Orang itu terus mengejar Sehun sambil memberikan clue-clue tentang dirinya “Aku.. temanmu saat di sekolah dasar dulu..”


Sehun menghentikan langkah kakinya saat orang itu berkata demikian “Seoul elementary school??”


“Yah benar.. aku Kris, kau tak ingat? Aku pindah ke Kanada saat kelas 4”


“Senang bertemu denganmu lagi Kris. Bagaimana jika kita pergi ke kedai kopi kesukaanku? Cuaca hari ini sungguh dingin, aku akan mengambil mobilku dulu” Sehun pun bergegas menuju mobilnya.


Tak lama sebuah mobil berwarna silver berhenti di depan Kris. Sehun membuka kaca mobilnya.
“Ayo masuk”


Kris membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.


“hari ini sungguh dingin bukan? Sehun bagaimana kabar sahabat baikmu?” sambil membersihkan pakaiannya dari tempelan-tempelan salju.


“Sahabat baikku? Siapa?” sambil terus fokus menyetir.


Kris langsung menoleh kaget mendengar ucapan Sehun “Sahabatmu... dari kecil.. apa kau lupa?”


“Sahabat dari kecil ya.. aku tidak ingat”  sambil mencoba mengingat yang di maksud Kris.


“Itu.. siapa sihh.. aku juga agak lupa dengannya, namanya.. kalau tak salah Hyo... Hyo...Ah.. aku lupa, mungkin aku akan ingat saat melihat buku SD”


Setelah beberapa saat perbincangan mereka yang cukup hangat, akhirnya mereka sampai di kedai kopi kesukaan Sehun.

“Kita sudah sampai”


Sehun dan Kris turun dari mobil dan merapatkan baju hangat masing-masing. Pintu kaca bertuliskan ‘WELCOME’ pun Sehun buka dan udara beraroma kopi sudah tercium dimana-mana. Suara lonceng kecil juga terdengar ketika Sehun membuka pintu itu.

Mereka menuju bangku pojok dekat dengan jendela dan mereka duduk disana, seorang pelayan datang menghampiri sambil membawakan daftar menu yang ada di kedai kopi itu.


Mereka menelisik tulisan yang ada di tulisan daftar menu itu, dan mereka pun sudah menentukan pesanannya.

“Aku pesan Americano saja, Kris kau pesan apa?” sambil meletakkan daftar menunya.


“Umm, aku pesan Capuccino Latte


“Baiklah kalo begitu, silahkan tunggu sebentar, pesanan akan datang 5 menit lagi” lalu pelayan itu pergi meninggalkan meja Sehun dan Kris menuju dapur kedai.


“Umm Sehun, bagaimana kabarmu?”


“Aku baik di Seoul, oh iya bagaimana kau bisa kembali dari Kanada ke Seoul?” sambil memainkan handphonenya yang ada di meja. 


“Owh.. aku ingin kembali ke Seoul untuk berkuliah, dan saat ini aku free. Yah aku sudah lulus dari SMA”


“Bagaimana bisa kau sudah lulus dari SMA?” sambil mengerutkan keningnya.


“Yah.. karena prestasiku yang  bagus di Kanada, aku bisa masuk kelas akselerasi dan lulus lebih awal”


“Owh.. kau pasti pandai sekali, tapi kenapa kau tidak meneruska kuliah di universitas yang ada di Kanada, kan kualitas pendidikannya pasti lebih bagus dari pada di Seoul”


Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri meja mereka sambil membawakan 2 cangkir kopi panas yang lezat.


“Gomawo”


“Selamat menikmati” ucap pelayan tersebut pada mereka berdua.


“Oh iya kau belum menjawab pertanyannku yang tadi” ucap Sehun  sambil menyeruput kopi Americanonya itu.


“Owh yang tadi. Memang benar pendapatmu, tapi aku lebih suka di Seoul, aku suka suasana di Seoul, dan eommaku juga ada di Seoul”


“Owhh jadi kau anak yang manja dengan oemmamu ya??” sambil menyipitkan kedua bola matanya penuh selidik.


“Apa?? Bukan begitu, aku hanya ingin menjaga eommaku yang sedang sakit di rumah sakit, sedangkan aboeji tetap di Kanada, karena urusan kerjanya yang ada di Kanada”


“Owh.. begitu, semoga eommamu cepat sembuh”


“Terima kasih, oh iya Sehun, bagaimana kau tadi bisa berjalan-jalan sendirian di jalan, sedangkan mobilmu ada di taman kota?” sambil menyeduh kopi panas miliknya.


“Owhh tadi aku baru saja dari rumah yeojachingu-ku”


“Hah?? Lalu apa hubungannya dengan mobilmu yang ada di taman kota?”


“umm sebenarnya ceritanya panjang—“



Tiba-tiba ponsel Kris berdering

I lost my mind
Noreul choeummannasseultte
No hanappego modeungoseun Get in slow motion
Nege marhejwo, ige sarangiramyon
Meil geudewa
Sumaneun gamjong deureul lanwojugo bewogamyo

Kris merogoh saku yang ada di pakaian sebelah kanannya, dan mengangkat panggilan tersebut.
“Ne, yoboseo”
...
“Owh.. ada apa?”
...
“Baiklah aku akan segera ke sana”
...
“Anyeong.. eomma” menutup panggilan barusan.

“Siapa? Eommamu?” tanya Sehun sambil menyeduh kopinya.


“Maaf Sehun, aku harus kerumah sakit, eommaku sedang sendirian di rumah sakit, jadi aku harus menemaninya. Sudah dulu ya, terima kasih atas kopi lezatnya. Oh iya nomor ponselmu?” sambil menyodorkan ponsel putih miliknya.

Sehun mulai memainkan jemarinya di atas layar touchscreen itu.


“Sudah” sambil menyodorkan kembali handphone milik Kris.


“Kapan-kapan akan ku telephone,  anyeong..”


“Baiklah”


Kris keluar dengan langkah tegap dan membuka pintu kedai, membuat lonceng pintu berbunyi.


Sehun menghela napas panjang. Dan mendesah pelan “Sendiri lagi”


Sehun mengetikkan jarinya perlahan di atas layar handphonenya


To : Eunjung

Malam..
Aku baru saja bertemu teman lamaku
Kau sedang apa?


Lalu memencet tombol bertuliskan Send. Sehun melirik jam yang ada di tangannya yang menunjukkan pukul 23.00. Sehun memandang ke arah luar jedela yang berembun, dia mengusap jendela itu dengan pergelangan tangannya. Terlihat jalanan yang sudah sangat sepi.

Bahkan pengunjung kedai itu hanya tinggal 3 orang, yaitu dirinya dan 2 orang lainnya. Sehun mengecek handphone nya, mencoba memastikan apakah ada balasan pesan dari Eunjung. Ternyata handphonenya masih kosong dari balasan pesan Eunjung.

“Lama sekali, Eunjung membalas pesanku” gumamnya.

Sehun pun berdiri dan berniat untuk meninggalkan kedai itu. Lalu ia meletakkan beberapa lembar uang di atas bill yang sudah terletak di meja. Ia berjalan menuju pintu keluar, saat ia mulai membuka pintu, udara dingin begitu terasa.

Kepulan asap keluar dari bibir merah Sehun. Yang menunjukkan jika suhu sangat dingin. Sehun berjalan menuju mobilnya dan mulai menyalakan mesin mobil dan beranjak dari kedai.


―͡   —


            Siang hari yang terasa dingin. Setiap anak di Incheon memakai pakaian hangatnya ketika bersekolah. Dan siang ini benar-benar hari yang membahagiakan  bagi Park Hyorin, yang memungkinkan dia untuk ke Seoul.

Ia terus memandangi selembaran kertas itu dan menciuminnya. Bahkan Luhan yang ada di sampingnya hanya bisa bergidik ngeri melihatnya.


“Wohooo.. kau percaya Luhan, aku mendapatkan nilai sempurna untuk ke-3 kalinya. Dan hanya aku yang mendapatkannya di kelas” sambil memeluki selembaran kertas ujian Fisika yang baru saja di bagikan oleh soesanime Yuri.


“Yah.. iyah aku percaya” sambil memutar bola matanya malas.


Hyorin langsung mendorong pundak Luhan “Kau ini bagaimana, bukannya senang melihat sahabatnya mendapat nilai sempurna, malah terlihat jutek. Dasar baboya Luhan”


Luhan langsung menggeram frustasi “Hi... kau ini, aku tahu jika aku tak sepintar kau, tapi bisakah kau tidak memanggilku Babo” sambil menyanggah kepalanya dengan tangan kanannya.


“Owh... jadi kau cemburu melihatku mendapat nilai sempurna. Aku bisa mengajarimu” sambil memberi senyuman lebar.


Luhan langsung menoleh sumringah “Benarkah? Baiklah jika begitu. Mulai kapan kita akan belajar bersama?”


Hyorin mengangguk mantap “Sore ini, sepulang sekolah”


Luhan hanya menoleh penuh senyuman pada Hyorin dan memeluknya erat “gomawo sahabatku yang paling cantik”


“Cheonma, kau tidak malu memelukku begini di tengah keramaian kantin?” sambil menaikkan sebelah alisnya.


Luhan tetap memeluk Hyorin erat “biar semua orang tahu bahwa aku sangat menyayangimu”


“Ikhhh.. lepaskan aku malu tau, kau pikir aku apa? Peluk-peluk sembarangan” sambil melepaskan pelukan Luhan yang sangat erat dan seolah-olah membersihkan pakaiannya dari sebuah najis yang sangat najis.


“Hehe” Luhan tetap melemparkan senyum pada Hyorin”


―͡   —

            Di sebuah ruangan yang dipenuhi dang cermin di setiap dindingnya. Sehun sedang mengayunkan tubuhnya kesana-kemari mengikuti alunan musik yang diputar dalam sebuah tape.
Tubuhnya menari layaknya penari yang lincah dan handal. Semua ini di mulainya semenjak 5 tahun yang lalu. Ketika ia melihat seorang anak bernama Jongin yang menari dengan lincahnya di sebuah pertunjukkan. Semenjak itu ia ingin bisa menari dengan hebat. Meskipun cita-citanya bukanlah fokus untuk menjadi penari.

“satu, dua tiga...tap...tap..tap.. kiri.. kiri...kanan..” ucapnya saat mengikuti alunan musik Baby Don’t Cry.

Ponselnya terdengar mengeluarkan nada dering sebuah panggilan masuk.
XOXO XOXO XOXO yeah

salmyushee eebmatchoon Xneun kiss
dongeurahkeh ahneun Oneun hug
hokshee bulssuh ahlgo eetseulkka oh

haruharu moleh sseun pyunji
geuruhke kketeumakeh jeokuhtji
geuraebwatja joon juk ubtjiman ah

Sehun segera mematikan musik, yang dari tadi mengiringinya menari. Dan segera mengambil ponsel yang ada di tasnya.
“Yoboseyo”
...
“ne”
...
“mian, aku tidak bisa menemanimu Eun. Mungkin lain kali aku bisa menemanimu”
...
“Selamat bersenang-senang, anyeong.. jaga dirimu di Incheon”
Tit...

Suara ponsel terputus.

Sehun kembali meletakan ponselnya ke dalam kantung tasnya. Dan kembali memainkan alunan nada-nada indah dan menari dengan lincah.


―͡   —

            Luhan mulai membuka lembaran-lembaran bukunya yang ada di atas meja. Hyorin terus mengarahkannya agar bisa mengerjakan semua soal-soal kimia itu.
Perut Luhan mulai berdering mengalunkan protes-protes rasa lapar. Dia memegangi perutnya yang terus berdering. Hyorin menengok ke arah perut Luhan.

“Kau lapar?” tanyanya sambil memainkan sebuah pensil yang ada di tangannya.


“Umm.. sepertinya cacing di perutku sudah protes untuk diberi makan”


“Aku akan memasakanmu sesuatu, kau mau ikut memasak?” tanyanya sambil berdiri berjalan menuju dapur rumahnya.


“Baiklah aku akan ikut memasak, aku juga tidak pernah memasak” menyusul Hyorin dari belakang.


“Kau mau apa? Ikan, ayam fillet, atau—“


“Aku mau ikan saja” ucapnya bersemangat.


“Baiklah, kau ambil ikannya di kulkas, biar aku yang mengurus wajannya” sambil mengambil sebuah wajan di rak dapur.


Luhan membuka kulkas dan mengambil sebuah ikan mujair yang cukup besar “Yang ini?”


Hyorin menoleh sekilas “Ya, yang itu. Bawa kemari ikannya, biar aku yang membersihkan ikannya, kau panaskan wajannya ya”


“Baiklah” sambil meletakkan ikan di meja. Dan mulai menyalakan kompor.


“Luhan minyaknya ada di rak atas” sambil menunjuk rak tersebut.


“Berapa banyak minyaknya?” mengambil minyak yang ada di rak atas.


“6 sendok makan”


Setelah beberapa menit akhirnya wajan mulai mengepulkan asap putih yang cukup banyak.


“Uhuk..uhukk” sambil menutupi hidungnya.


Hyorin yang melihat Luhan langsung terperangah “Luhan...” sembari bergegas mengecilkan kompornya.


“Asapnya banyak sekali.. uhuk.. uhuk..” sambil mengibas-kibaskan kedua tangannya untuk mengurangi asap yang ada di dapur.


Pletak..


Sebuah jitakan hangat dari tangan Hyorin meluncur di kepala Luhan.
“Dasar bodoh, sebaiknya jika wajan mulai panas, kecilkan apinya. Jika tidak wajanku yang putih itu akan menjadi hitam, atau bisa-bisa kita akan mati kekurangan oksigen”


Luhan mengelus kepalanya “Ne..ne.. araseo”


“sekarang kau coba masukan 1 potong ikan ini” sambil menyodorkan sebuah piring kaca yang di atasnya terdapat potongan-potongan ikan mujair.


Luhan mengambil ikan itu dan mencemplungkan ikan dengan jarak yang cukup jauh. Karena takut dengan cipratan minyak yang ada di atas wajan.


“Awhh..” Luhan dan Hyorin menjerit ketika cipratan-cipratan minyak panas itu menghampiri tubuh mereka.


“Lu-ge.. kau tahu.. JANGAN MEMASUKAN IKAN DENGAN JARAK YANG JAUH, APALAGI MINYAKNYA SEDANG PANAS!!” sambil mengepalkan tangannya di depan wajah Luhan. Luhan hanya mencondong-condongkan badannya ke belakang karena bentakan Hyorin. sampai-sampai Luhan terjatuh dan mencoba meraih pundak Hyorin

Bruk..

Alhasil mereka berdua jatuh bersamaan dengan posisi Hyorin menindih tubuh Luhan. Hingga jarak wajah mereka hanya tinggal beberapa senti. Selang beberapa lama mereka hanya saling menatap satu sama lain.

Hingga akhirnya aroma aneh mulai menyeruak di seluruh dapur.


“Bau apa ini..?” Luhan mengendus-endus bau itu.


Sampai akhirnya mereka bisa mencerna bau apa itu “GOSONG..!” ucap mereka secara bersamaan. Hyorin langsung bangkit dari posisinya dan segera mematikan kompor dan mengangkat ikan mujair gosong itu.


“Huh.....” Hyorin menoleh ke arah Luhan dengan death glare-nya yang sangar itu.


“Ini semua karenamu Luhan..” Hyorin seperti seorang ibu-ibu galak yang sudah naik pitam. Seakan wajahnya menunjukkan jika ia ingin menganiaya Luhan.


Luhan yang melihat wajah Hyorin langsung berlari menjauhi yeoja itu.


“Luhan..... kau jangan kabur..” sambil membawa sebilah spatula dan bersiap memukul Luhan dengan alat itu. Terjadilah perang dunia ke-3.


“Ya... ya.. kejar aku jika berani” sambil menjulur-julurkan lidahnya ke arah Hyorin.


“Dasar namja babo.. awas ya jika kena. Akan ku aniaya kau sampai mati” Hyorin benar-benar marah dengan kelakuan Luhan itu.


Mereka berdua sampai berlarian ke halaman rumah yang terdapat tumpukan-tumpukan daun kering.

Luhan mengambil sekerumun daun kering itu di tangannya “Ya.. rasakan ini” Luhan melempar daun itu ke arah Hyorin.


“Kya.. Luhan..” tak mau kalah dengan Luhan, Hyorin meletakkan spatulanya ke lantai dan segera mengambil kerumunan daun kering itu dan langsung melemparkannya ke arah wajah Luhan.

Cuh..cuh..

Luhan berusaha mengeluarkan daun-daun kering yang masuk ke dalam mulutnya. Dan akhirnya mereka saling adu lempar daun satu-sama lain.


Nyonya Park yang baru saja pulang dari berbelanja di sebuah toko, langsung terperangah melihat halamannya kotor penuh dengan daun kering yang berserakan.


“Hyorin...!!!! apa yang kau lakukan” perang dunia ke-3 pun terhenti.
Hyorin dan Luhan langsung menoleh ke arah teriakan itu dan langsung bersikap tegap seakan-akan mereka tidak melakukan semua itu.


Hyorin berbisik ke arah Luhan “Duh mati kita..” sambil menggigit bibir sebelahnya.


“Mengapa halamannya bisa seberantakan ini?” nyonya Park langsung meletakkan belanjaannya ke dalam rumah dan keluar dalam keadaan membawa 2 buah sapu lidi.


“Sekarang kalian rapikan kembali halamannya, sampai bersih seperti semula” sambil menyodorkan kedua sapu itu pada Hyorin dan Luhan.


Mereka berdua hanya membeku dan terperangah dengan ucapan nyonya Park.


“Ayo cepat.. semakin cepat semakin baik.” Mereka berdua langsung berbalik dan langsung menyapu halaman itu.


Nyonya Park barjalan masuk ke dalam rumah, sedangkan Hyorin dan Luhan tetap menyapu tanah itu dengan lesu.


Hyorin menoleh ke arah Luhan, tiba-tiba wajahnya yang semula kusut menjadi cerah karena tawanya.
“Bwahahahaha.. Luhan..” sambil memegangi perutnya karena tawanya yang begitu kuat.


“Apa?”  Luhan menoleh ke arah Hyorin “Bwahahaha.. Hyo”


“dirimu” secara bersamaan sambil menunjuk wajah satu sama lain.


“Jelek sekali” sambung Hyorin tertawa lepas melihat wajah dan rambut Luhan yang kotor.


“Wajahmu juga jelek sekali” sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.


Mereka berdua saling membersihkan wajah mereka masing-masing.


“Apa wajahku sudah bersih?” sambil menunjuk wajahnya sendiri.


“Tuh.. sebelah kirimu masih kotor, sini aku bersihkan” Luhan berusaha membersihkan pipi kiri Hyorin.


Wajah mereka begitu dekat, sampai-sampai mereka bisa merasakan nafas mereka satu sama lain. Wajah Luhan semakin mendekat dengan wajah Hyorin. Hyorin memejamkan kedua bola matanya.  Bibir mereka hanya berjarak 2 senti.

Tin..Tin..

Sebuah bel mobil membuyarkan kegiatan mereka. Luhan dan Hyorin Langsung salah tingkah. Luhan yang salah tingkah langsung mengambil sapu dan berpura-pura kembali menyapu halaman.


“Hyorin cepat bukakan pintu pagarnya” perintah pengemudi mobil itu, yang tak lain adalah tuan Park, aboeji dari Hyorin.

―͡  

Meletakkan tubuhnya di sofa panjang “Huft... sungguh hari yang melelahkan”


Luhan menatap Hyorin “Benar-benar hari yang menyenangkan.. “ sambil menyunggingkan senyum kecilnya karena mengingat kejadian tadi.


“Ya.. ya terserah kau saja” Hyorin berdiri dan menatap sejenak Luhan “Aku mandi dulu..”


“Kalau begitu aku pulang dulu saja OK? Aku juga mau mandi. Ngomong2 dimana omoenim Park?” sambil menelisik ruangan-ruangan.


“Sepertinya di dapur” Ungkapnya. Hyorin masuk ke dalam kamar mandi.


Luhan membereskan barang bawaannya yang ada di atas meja, dan segera menuju ke dapur yang sudah dipenuhi aroma sedap.


“Oemonim aku pulang dulu”


Nyonya Park yang masih memegang spatula langsung menoleh “Tidak boleh, sebelum kau memakan masakan omoenim, kau makan malam di sini saja. kan kau sudah capek menyapu halaman, jadi kau harus menikmati masakan oemonim”


Luhan langsung mendelik “Hmmm baiklah, sepertinya masakannya juga enak sekali”


Hyorin membuka gerai tirai pintu dapur sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk berwarna pink “Eomma masak apa?― menoleh ke arah luhan dan langsung melotot
“He..? kau masih disini Luhan??”


“Iya, Luhan makan malam di sini. Luhan lebih baik kau segera mandi, bau dapur akan terkontaminasi dengan bau keringatmu” ucap nyonya Park sambil membalik-balikkan masakannya.


Luhan hanya tersenyum malu dengan ucapan nyonya Park dan langsung menuju kamar mandi.


“Apa sebau itu??” gumamnya sambil menciumi pakaiannya.



―͡   —

            Seorang namja berjalan menuju barisan-barisan bangku yang ada di dalam gereja sendirian tanpa ada seorang pun. Ia duduk di bangku paling depan dan menatap patung Tuhan yang ada di depannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Suasana gereja yang sepi, dengan salib yang terpajang di bagian atas gereja terlihat jelas. Malam yang sepi dan dingin ini ia lakukan untuk berdoa pada Tuhan.

“Tuhan hari ini aku datang padamu. Maaf aku sudah lama tidak datang mengunjungimu. Aku sedikit sibuk.” Namja itu mengatakan dengan ekspresi menyesal.



TO BE CONTINUED 

0 komentar:

Posting Komentar