[TITLE]
SALVATION
[AUTHOR]
Laras Kkamjong
[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc
[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery
[RATING]
T
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading guys :-)
“Wah..
mie ramennya sudah datang. Terima kasih oemonim.” Sambil memberikan barisan senyumnya,
Tiba-tiba
omoenim itu berbisik di telinga Luhan “Yeojachingumu itu cantik sekali”
Luhan
hanya mengangguk dengan tersenyum malu.
“Ayo
kita makan, Selamat makan” sambil membuka bungkusan sumpit yang ada di
tangannya.
“Selamat
makan Luhan. Hmm.. baunya sedap sekali” sambil mengendus asap yang keluar dari
mangkuk ramen itu.
―͡ —
Sehun berjalan menelusuri
gemerlapnya kota malam yang diselimuti salju, menuju parkiran mobil yang ada di
taman kota. Udara malam yang dingin seraya menusuk tulang berhembus diiringi
benda putih turun yang disebut salju.
Sehun
merapatkan pakaian hangatnya semakin rapat. Namja itu berjalan sembari
menjelajahkan matanya ke kanan-kiri melihat suasana malam putih yang dingin.
Seluruh kendaraan yang berlalu lalang semakin malam semakin minim, karena suhu
udara yang semakin dingin. Kedai makanan hangat di kiri kanan jalan banyak di
penuhi pengunjung.
Tiba-tiba
seseorang menepuk pundaknya “ Sehun” sapa orang tersebut.
“Iya?”
membalikkan tubuhnya ke arah orang tersebut.
“Kau
masih ingat denganku tidak??” tanya orang berparas oriental dengan tubuh menjulang
tinggi itu.
“Umm..
maaf tapi aku tidak mengingatmu” Sehun langsung pergi meninggalkan orang itu
begitu saja.
Orang
itu terus mengejar Sehun sambil memberikan clue-clue
tentang dirinya “Aku.. temanmu saat di sekolah dasar dulu..”
Sehun
menghentikan langkah kakinya saat orang itu berkata demikian “Seoul elementary
school??”
“Yah
benar.. aku Kris, kau tak ingat? Aku pindah ke Kanada saat kelas 4”
“Senang
bertemu denganmu lagi Kris. Bagaimana jika kita pergi ke kedai kopi kesukaanku?
Cuaca hari ini sungguh dingin, aku akan mengambil mobilku dulu” Sehun pun
bergegas menuju mobilnya.
Tak
lama sebuah mobil berwarna silver berhenti di depan Kris. Sehun membuka kaca
mobilnya.
“Ayo
masuk”
Kris
membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
“hari
ini sungguh dingin bukan? Sehun bagaimana kabar sahabat baikmu?” sambil
membersihkan pakaiannya dari tempelan-tempelan salju.
“Sahabat
baikku? Siapa?” sambil terus fokus menyetir.
Kris
langsung menoleh kaget mendengar ucapan Sehun “Sahabatmu... dari kecil.. apa kau
lupa?”
“Sahabat
dari kecil ya.. aku tidak ingat” sambil
mencoba mengingat yang di maksud Kris.
“Itu..
siapa sihh.. aku juga agak lupa dengannya, namanya.. kalau tak salah Hyo...
Hyo...Ah.. aku lupa, mungkin aku akan ingat saat melihat buku SD”
Setelah
beberapa saat perbincangan mereka yang cukup hangat, akhirnya mereka sampai di
kedai kopi kesukaan Sehun.
“Kita
sudah sampai”
Sehun
dan Kris turun dari mobil dan merapatkan baju hangat masing-masing. Pintu kaca
bertuliskan ‘WELCOME’ pun Sehun buka
dan udara beraroma kopi sudah tercium dimana-mana. Suara lonceng kecil juga
terdengar ketika Sehun membuka pintu itu.
Mereka
menuju bangku pojok dekat dengan jendela dan mereka duduk disana, seorang
pelayan datang menghampiri sambil membawakan daftar menu yang ada di kedai kopi
itu.
Mereka
menelisik tulisan yang ada di tulisan daftar menu itu, dan mereka pun sudah
menentukan pesanannya.
“Aku
pesan Americano saja, Kris kau pesan
apa?” sambil meletakkan daftar menunya.
“Umm,
aku pesan Capuccino Latte”
“Baiklah
kalo begitu, silahkan tunggu sebentar, pesanan akan datang 5 menit lagi” lalu
pelayan itu pergi meninggalkan meja Sehun dan Kris menuju dapur kedai.
“Umm
Sehun, bagaimana kabarmu?”
“Aku
baik di Seoul, oh iya bagaimana kau bisa kembali dari Kanada ke Seoul?” sambil
memainkan handphonenya yang ada di meja.
“Owh..
aku ingin kembali ke Seoul untuk berkuliah, dan saat ini aku free. Yah aku
sudah lulus dari SMA”
“Bagaimana
bisa kau sudah lulus dari SMA?” sambil mengerutkan keningnya.
“Yah..
karena prestasiku yang bagus di Kanada,
aku bisa masuk kelas akselerasi dan lulus lebih awal”
“Owh..
kau pasti pandai sekali, tapi kenapa kau tidak meneruska kuliah di universitas
yang ada di Kanada, kan kualitas pendidikannya pasti lebih bagus dari pada di Seoul”
Tiba-tiba
seorang pelayan datang menghampiri meja mereka sambil membawakan 2 cangkir kopi
panas yang lezat.
“Gomawo”
“Selamat
menikmati” ucap pelayan tersebut pada mereka berdua.
“Oh
iya kau belum menjawab pertanyannku yang tadi” ucap Sehun sambil menyeruput kopi Americanonya itu.
“Owh
yang tadi. Memang benar pendapatmu, tapi aku lebih suka di Seoul, aku suka
suasana di Seoul, dan eommaku juga ada di Seoul”
“Owhh
jadi kau anak yang manja dengan oemmamu ya??” sambil menyipitkan kedua bola matanya
penuh selidik.
“Apa??
Bukan begitu, aku hanya ingin menjaga eommaku yang sedang sakit di rumah sakit,
sedangkan aboeji tetap di Kanada, karena urusan kerjanya yang ada di Kanada”
“Owh..
begitu, semoga eommamu cepat sembuh”
“Terima
kasih, oh iya Sehun, bagaimana kau tadi bisa berjalan-jalan sendirian di jalan,
sedangkan mobilmu ada di taman kota?” sambil menyeduh kopi panas miliknya.
“Owhh
tadi aku baru saja dari rumah yeojachingu-ku”
“Hah??
Lalu apa hubungannya dengan mobilmu yang ada di taman kota?”
“umm
sebenarnya ceritanya panjang—“
Tiba-tiba
ponsel Kris berdering
♫
I lost my mind
Noreul choeummannasseultte
No hanappego modeungoseun Get in slow motion
Nege marhejwo, ige sarangiramyon
Meil geudewa
Sumaneun gamjong deureul lanwojugo bewogamyo
Noreul choeummannasseultte
No hanappego modeungoseun Get in slow motion
Nege marhejwo, ige sarangiramyon
Meil geudewa
Sumaneun gamjong deureul lanwojugo bewogamyo
Kris
merogoh saku yang ada di pakaian sebelah kanannya, dan mengangkat panggilan
tersebut.
“Ne,
yoboseo”
...
“Owh..
ada apa?”
...
“Baiklah
aku akan segera ke sana”
...
“Anyeong..
eomma” menutup panggilan barusan.
“Siapa?
Eommamu?” tanya Sehun sambil menyeduh kopinya.
“Maaf
Sehun, aku harus kerumah sakit, eommaku sedang sendirian di rumah sakit, jadi
aku harus menemaninya. Sudah dulu ya, terima kasih atas kopi lezatnya. Oh iya
nomor ponselmu?” sambil menyodorkan ponsel putih miliknya.
Sehun
mulai memainkan jemarinya di atas layar touchscreen
itu.
“Sudah”
sambil menyodorkan kembali handphone milik Kris.
“Kapan-kapan
akan ku telephone, anyeong..”
“Baiklah”
Kris
keluar dengan langkah tegap dan membuka pintu kedai, membuat lonceng pintu
berbunyi.
Sehun
menghela napas panjang. Dan mendesah pelan “Sendiri lagi”
Sehun
mengetikkan jarinya perlahan di atas layar handphonenya
To : Eunjung
Malam..
Aku baru saja bertemu teman lamaku
Kau sedang apa?
Lalu
memencet tombol bertuliskan Send.
Sehun melirik jam yang ada di tangannya yang menunjukkan pukul 23.00. Sehun
memandang ke arah luar jedela yang berembun, dia mengusap jendela itu dengan
pergelangan tangannya. Terlihat jalanan yang sudah sangat sepi.
Bahkan
pengunjung kedai itu hanya tinggal 3 orang, yaitu dirinya dan 2 orang lainnya.
Sehun mengecek handphone nya, mencoba memastikan apakah ada balasan pesan dari
Eunjung. Ternyata handphonenya masih kosong dari balasan pesan Eunjung.
“Lama
sekali, Eunjung membalas pesanku” gumamnya.
Sehun
pun berdiri dan berniat untuk meninggalkan kedai itu. Lalu ia meletakkan
beberapa lembar uang di atas bill yang sudah terletak di meja. Ia berjalan
menuju pintu keluar, saat ia mulai membuka pintu, udara dingin begitu terasa.
Kepulan
asap keluar dari bibir merah Sehun. Yang menunjukkan jika suhu sangat dingin.
Sehun berjalan menuju mobilnya dan mulai menyalakan mesin mobil dan beranjak
dari kedai.
―͡ —
Siang hari yang terasa dingin.
Setiap anak di Incheon memakai pakaian hangatnya ketika bersekolah. Dan siang
ini benar-benar hari yang membahagiakan
bagi Park Hyorin, yang memungkinkan dia untuk ke Seoul.
Ia
terus memandangi selembaran kertas itu dan menciuminnya. Bahkan Luhan yang ada
di sampingnya hanya bisa bergidik ngeri melihatnya.
“Wohooo..
kau percaya Luhan, aku mendapatkan nilai sempurna untuk ke-3 kalinya. Dan hanya
aku yang mendapatkannya di kelas” sambil memeluki selembaran kertas ujian
Fisika yang baru saja di bagikan oleh soesanime Yuri.
“Yah..
iyah aku percaya” sambil memutar bola matanya malas.
Hyorin
langsung mendorong pundak Luhan “Kau ini bagaimana, bukannya senang melihat
sahabatnya mendapat nilai sempurna, malah terlihat jutek. Dasar baboya Luhan”
Luhan
langsung menggeram frustasi “Hi... kau ini, aku tahu jika aku tak sepintar kau,
tapi bisakah kau tidak memanggilku Babo” sambil menyanggah kepalanya dengan
tangan kanannya.
“Owh...
jadi kau cemburu melihatku mendapat nilai sempurna. Aku bisa mengajarimu”
sambil memberi senyuman lebar.
Luhan
langsung menoleh sumringah “Benarkah? Baiklah jika begitu. Mulai kapan kita
akan belajar bersama?”
Hyorin
mengangguk mantap “Sore ini, sepulang sekolah”
Luhan
hanya menoleh penuh senyuman pada Hyorin dan memeluknya erat “gomawo sahabatku
yang paling cantik”
“Cheonma,
kau tidak malu memelukku begini di tengah keramaian kantin?” sambil menaikkan
sebelah alisnya.
Luhan
tetap memeluk Hyorin erat “biar semua orang tahu bahwa aku sangat menyayangimu”
“Ikhhh..
lepaskan aku malu tau, kau pikir aku apa? Peluk-peluk sembarangan” sambil
melepaskan pelukan Luhan yang sangat erat dan seolah-olah membersihkan
pakaiannya dari sebuah najis yang sangat najis.
“Hehe”
Luhan tetap melemparkan senyum pada Hyorin”
―͡ —
Di sebuah ruangan yang dipenuhi dang
cermin di setiap dindingnya. Sehun sedang mengayunkan tubuhnya kesana-kemari
mengikuti alunan musik yang diputar dalam sebuah tape.
Tubuhnya
menari layaknya penari yang lincah dan handal. Semua ini di mulainya semenjak 5
tahun yang lalu. Ketika ia melihat seorang anak bernama Jongin yang menari
dengan lincahnya di sebuah pertunjukkan. Semenjak itu ia ingin bisa menari
dengan hebat. Meskipun cita-citanya bukanlah fokus untuk menjadi penari.
“satu,
dua tiga...tap...tap..tap.. kiri.. kiri...kanan..” ucapnya saat mengikuti
alunan musik Baby Don’t Cry.
Ponselnya
terdengar mengeluarkan nada dering sebuah panggilan masuk.
♫
XOXO XOXO XOXO yeah
salmyushee eebmatchoon Xneun kiss
dongeurahkeh ahneun Oneun hug
hokshee bulssuh ahlgo eetseulkka oh
haruharu moleh sseun pyunji
geuruhke kketeumakeh jeokuhtji
geuraebwatja joon juk ubtjiman ah
salmyushee eebmatchoon Xneun kiss
dongeurahkeh ahneun Oneun hug
hokshee bulssuh ahlgo eetseulkka oh
haruharu moleh sseun pyunji
geuruhke kketeumakeh jeokuhtji
geuraebwatja joon juk ubtjiman ah
Sehun
segera mematikan musik, yang dari tadi mengiringinya menari. Dan segera
mengambil ponsel yang ada di tasnya.
“Yoboseyo”
...
“ne”
...
“mian,
aku tidak bisa menemanimu Eun. Mungkin lain kali aku bisa menemanimu”
...
“Selamat
bersenang-senang, anyeong.. jaga dirimu di Incheon”
Tit...
Suara
ponsel terputus.
Sehun
kembali meletakan ponselnya ke dalam kantung tasnya. Dan kembali memainkan
alunan nada-nada indah dan menari dengan lincah.
―͡ —
Luhan mulai membuka lembaran-lembaran bukunya yang ada di
atas meja. Hyorin terus mengarahkannya agar bisa mengerjakan semua soal-soal
kimia itu.
Perut Luhan mulai
berdering mengalunkan protes-protes rasa lapar. Dia memegangi perutnya yang
terus berdering. Hyorin menengok ke arah perut Luhan.
“Kau lapar?” tanyanya
sambil memainkan sebuah pensil yang ada di tangannya.
“Umm.. sepertinya
cacing di perutku sudah protes untuk diberi makan”
“Aku akan memasakanmu
sesuatu, kau mau ikut memasak?” tanyanya sambil berdiri berjalan menuju dapur
rumahnya.
“Baiklah aku akan ikut
memasak, aku juga tidak pernah memasak” menyusul Hyorin dari belakang.
“Kau mau apa? Ikan,
ayam fillet, atau—“
“Aku mau ikan saja”
ucapnya bersemangat.
“Baiklah, kau ambil
ikannya di kulkas, biar aku yang mengurus wajannya” sambil mengambil sebuah
wajan di rak dapur.
Luhan membuka kulkas
dan mengambil sebuah ikan mujair yang cukup besar “Yang ini?”
Hyorin menoleh sekilas
“Ya, yang itu. Bawa kemari ikannya, biar aku yang membersihkan ikannya, kau
panaskan wajannya ya”
“Baiklah” sambil
meletakkan ikan di meja. Dan mulai menyalakan kompor.
“Luhan minyaknya ada di
rak atas” sambil menunjuk rak tersebut.
“Berapa banyak
minyaknya?” mengambil minyak yang ada di rak atas.
“6 sendok makan”
Setelah beberapa menit
akhirnya wajan mulai mengepulkan asap putih yang cukup banyak.
“Uhuk..uhukk” sambil
menutupi hidungnya.
Hyorin yang melihat
Luhan langsung terperangah “Luhan...” sembari bergegas mengecilkan kompornya.
“Asapnya banyak sekali..
uhuk.. uhuk..” sambil mengibas-kibaskan kedua tangannya untuk mengurangi asap
yang ada di dapur.
Pletak..
Sebuah jitakan hangat
dari tangan Hyorin meluncur di kepala Luhan.
“Dasar bodoh, sebaiknya
jika wajan mulai panas, kecilkan apinya. Jika tidak wajanku yang putih itu akan
menjadi hitam, atau bisa-bisa kita akan mati kekurangan oksigen”
Luhan mengelus
kepalanya “Ne..ne.. araseo”
“sekarang kau coba
masukan 1 potong ikan ini” sambil menyodorkan sebuah piring kaca yang di
atasnya terdapat potongan-potongan ikan mujair.
Luhan mengambil ikan
itu dan mencemplungkan ikan dengan jarak yang cukup jauh. Karena takut dengan
cipratan minyak yang ada di atas wajan.
“Awhh..” Luhan dan
Hyorin menjerit ketika cipratan-cipratan minyak panas itu menghampiri tubuh mereka.
“Lu-ge.. kau tahu..
JANGAN MEMASUKAN IKAN DENGAN JARAK YANG JAUH, APALAGI MINYAKNYA SEDANG PANAS!!”
sambil mengepalkan tangannya di depan wajah Luhan. Luhan hanya mencondong-condongkan
badannya ke belakang karena bentakan Hyorin. sampai-sampai Luhan terjatuh dan
mencoba meraih pundak Hyorin
Bruk..
Alhasil mereka berdua
jatuh bersamaan dengan posisi Hyorin menindih tubuh Luhan. Hingga jarak wajah
mereka hanya tinggal beberapa senti. Selang beberapa lama mereka hanya saling
menatap satu sama lain.
Hingga akhirnya aroma
aneh mulai menyeruak di seluruh dapur.
“Bau apa ini..?” Luhan
mengendus-endus bau itu.
Sampai akhirnya mereka
bisa mencerna bau apa itu “GOSONG..!” ucap mereka secara bersamaan. Hyorin
langsung bangkit dari posisinya dan segera mematikan kompor dan mengangkat ikan
mujair gosong itu.
“Huh.....” Hyorin
menoleh ke arah Luhan dengan death glare-nya
yang sangar itu.
“Ini semua karenamu
Luhan..” Hyorin seperti seorang ibu-ibu galak yang sudah naik pitam. Seakan
wajahnya menunjukkan jika ia ingin menganiaya Luhan.
Luhan yang melihat
wajah Hyorin langsung berlari menjauhi yeoja itu.
“Luhan..... kau jangan
kabur..” sambil membawa sebilah spatula dan bersiap memukul Luhan dengan alat
itu. Terjadilah perang dunia ke-3.
“Ya... ya.. kejar aku
jika berani” sambil menjulur-julurkan lidahnya ke arah Hyorin.
“Dasar namja babo..
awas ya jika kena. Akan ku aniaya kau sampai mati” Hyorin benar-benar marah
dengan kelakuan Luhan itu.
Mereka berdua sampai
berlarian ke halaman rumah yang terdapat tumpukan-tumpukan daun kering.
Luhan mengambil
sekerumun daun kering itu di tangannya “Ya.. rasakan ini” Luhan melempar daun
itu ke arah Hyorin.
“Kya.. Luhan..” tak mau
kalah dengan Luhan, Hyorin meletakkan spatulanya ke lantai dan segera mengambil
kerumunan daun kering itu dan langsung melemparkannya ke arah wajah Luhan.
Cuh..cuh..
Luhan berusaha
mengeluarkan daun-daun kering yang masuk ke dalam mulutnya. Dan akhirnya mereka
saling adu lempar daun satu-sama lain.
Nyonya Park yang baru
saja pulang dari berbelanja di sebuah toko, langsung terperangah melihat
halamannya kotor penuh dengan daun kering yang berserakan.
“Hyorin...!!!! apa yang
kau lakukan” perang dunia ke-3 pun terhenti.
Hyorin dan Luhan
langsung menoleh ke arah teriakan itu dan langsung bersikap tegap seakan-akan
mereka tidak melakukan semua itu.
Hyorin berbisik ke arah
Luhan “Duh mati kita..” sambil menggigit bibir sebelahnya.
“Mengapa halamannya
bisa seberantakan ini?” nyonya Park langsung meletakkan belanjaannya ke dalam
rumah dan keluar dalam keadaan membawa 2 buah sapu lidi.
“Sekarang kalian
rapikan kembali halamannya, sampai bersih seperti semula” sambil menyodorkan
kedua sapu itu pada Hyorin dan Luhan.
Mereka berdua hanya
membeku dan terperangah dengan ucapan nyonya Park.
“Ayo cepat.. semakin
cepat semakin baik.” Mereka berdua langsung berbalik dan langsung menyapu
halaman itu.
Nyonya Park barjalan
masuk ke dalam rumah, sedangkan Hyorin dan Luhan tetap menyapu tanah itu dengan
lesu.
Hyorin menoleh ke arah
Luhan, tiba-tiba wajahnya yang semula kusut menjadi cerah karena tawanya.
“Bwahahahaha.. Luhan..”
sambil memegangi perutnya karena tawanya yang begitu kuat.
“Apa?” Luhan menoleh ke arah Hyorin “Bwahahaha..
Hyo”
“dirimu” secara
bersamaan sambil menunjuk wajah satu sama lain.
“Jelek sekali” sambung
Hyorin tertawa lepas melihat wajah dan rambut Luhan yang kotor.
“Wajahmu juga jelek
sekali” sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
Mereka berdua saling
membersihkan wajah mereka masing-masing.
“Apa wajahku sudah
bersih?” sambil menunjuk wajahnya sendiri.
“Tuh.. sebelah kirimu
masih kotor, sini aku bersihkan” Luhan berusaha membersihkan pipi kiri Hyorin.
Wajah mereka begitu
dekat, sampai-sampai mereka bisa merasakan nafas mereka satu sama lain. Wajah
Luhan semakin mendekat dengan wajah Hyorin. Hyorin memejamkan kedua bola
matanya. Bibir mereka hanya berjarak 2
senti.
Tin..Tin..
Sebuah bel mobil
membuyarkan kegiatan mereka. Luhan dan Hyorin Langsung salah tingkah. Luhan
yang salah tingkah langsung mengambil sapu dan berpura-pura kembali menyapu
halaman.
“Hyorin cepat bukakan
pintu pagarnya” perintah pengemudi mobil itu, yang tak lain adalah tuan Park,
aboeji dari Hyorin.
―͡
Meletakkan
tubuhnya di sofa panjang “Huft... sungguh hari yang melelahkan”
Luhan
menatap Hyorin “Benar-benar hari yang menyenangkan.. “ sambil menyunggingkan
senyum kecilnya karena mengingat kejadian tadi.
“Ya..
ya terserah kau saja” Hyorin berdiri dan menatap sejenak Luhan “Aku mandi
dulu..”
“Kalau
begitu aku pulang dulu saja OK? Aku juga mau mandi. Ngomong2 dimana omoenim
Park?” sambil menelisik ruangan-ruangan.
“Sepertinya
di dapur” Ungkapnya. Hyorin masuk ke dalam kamar mandi.
Luhan
membereskan barang bawaannya yang ada di atas meja, dan segera menuju ke dapur
yang sudah dipenuhi aroma sedap.
“Oemonim
aku pulang dulu”
Nyonya
Park yang masih memegang spatula langsung menoleh “Tidak boleh, sebelum kau
memakan masakan omoenim, kau makan malam di sini saja. kan kau sudah capek
menyapu halaman, jadi kau harus menikmati masakan oemonim”
Luhan
langsung mendelik “Hmmm baiklah, sepertinya masakannya juga enak sekali”
Hyorin
membuka gerai tirai pintu dapur sambil menggosok rambutnya yang basah dengan
handuk berwarna pink “Eomma masak apa?― menoleh ke arah luhan dan langsung
melotot
“He..?
kau masih disini Luhan??”
“Iya,
Luhan makan malam di sini. Luhan lebih baik kau segera mandi, bau dapur akan
terkontaminasi dengan bau keringatmu” ucap nyonya Park sambil membalik-balikkan
masakannya.
Luhan
hanya tersenyum malu dengan ucapan nyonya Park dan langsung menuju kamar mandi.
“Apa
sebau itu??” gumamnya sambil menciumi pakaiannya.
―͡ —
Seorang namja berjalan menuju barisan-barisan bangku yang
ada di dalam gereja sendirian tanpa ada seorang pun. Ia duduk di bangku paling
depan dan menatap patung Tuhan yang ada di depannya. Matanya mulai
berkaca-kaca. Suasana gereja yang sepi, dengan salib yang terpajang di bagian
atas gereja terlihat jelas. Malam yang sepi dan dingin ini ia lakukan untuk
berdoa pada Tuhan.
“Tuhan hari ini aku
datang padamu. Maaf aku sudah lama tidak datang mengunjungimu. Aku sedikit
sibuk.” Namja itu mengatakan dengan ekspresi menyesal.
TO BE CONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar