Kamis, 23 Januari 2014

Guangdong Science Center, Museum Sains Terbesar di Dunia


          
           Guangzhou adalah kota yang memiliki semangat olahraga luar biasa.  Kota ini pernah menjadi tuan rumah Asian Games ke-16 beberapa waktu yang lalu dan masih sangat terasa nuansa peninggalan Asian Games tersebut. Pemandangannya yang indah dan asri kaya akan warisan sejarah dan budaya.  Disinilah berdiri sebuah bangunan megah yang memiliki area seluas 450.000 meter persegi. Bangunan ini lebih dikenal dengan “GUANGDONG SCIENCE CENTER”   yaitu  Gedung Pusat Sains dan Teknologi terbesar di dunia-saat ini.


            Think BIG ! itulah kesan pertama yang dihadirkan oleh Guangdong Science Center. Bangunan besar ini  terdiri dari 8 ruang peraga utama yang sangat luas, bioskop sains 4 dimensi, 2 laboratorium terbuka yang  bisa digunakan untuk umum, dan ruang digital untuk keluarga. Semuanya dilengkapi dengan peralatan multimedia, audio visual, televisihigh definition layar datar dan lebar, serta komputerisasi super canggih abad ini. Kemasan ruang dan tata cahaya eksotik menambah warna dan gairah bagi para pengunjung untuk asyik mengeksplorasi fenomena alat peraga yang disajikan.

       Desain bangunan tampak seperti kapal luar angkasa raksasa yang mengambang di sungai, seolah-olah menunjukkan bahwa teknologi ilmiah akan terus berkembang di masa depan.  Dilihat dari udara, gedung terlihat seperti bunga bombax (Bombax Flower) dengan 5 daun yang umum di China. Bunga ini mencerminkan karakteristik lokal Guangzhou (bunga adalah wajah Guangzhou). Delapan ruang pameran utama yang terdiri dari Childrens World, Experience and Discovery, Transportation World, Digital World, Green Home, Flight Dream, The Human Body and Health, Perception and Thinking ternyata didistribusi dengan apik ke-5 daun dengan masing-masing daun terdiri dari 2 ruang. Lalu bagaimana dengan ruang yang terakhir ? Wow ! ternyata ruang tersebut adalah bioskop besar seperti Imax Keong Emas di TMII, bedanya bioskop ini lebih sepktakuler karena film yang disajikan adalah 4 dimensi sehingga sebagai penonton -seolah-olah- menjadi bagian dalam peran yang dimainkan, dan ketika itu diputar film tentang perbaikan satelit ruang angkasa oleh para astronot Amerika (NASSA).

        Di Guangdong Science Center kita bisa melihat berbagai hal tentang sejarah Sains dan Teknologi mulai dari teknologi terkini hingga teknologi masa depan. Belajar tentang hasil karya cipta para penemu tingkat dunia seperti Einstein, Newton, Leonardo da Vinci dan tokoh fenomenal lainnya. Dan yang fenomenal lagi, gedung yang dibangun dengan dana ±Rp. 2,5 Trilyun - konon dibiayai penuh oleh pemerintah China, dan  terletak di kompleks Universitas Kota di Guangzhou, China, kali ini bertindak sebagai tuan rumah ASPAC Conference 2011.


       Mengawali kegiatan ASPAC Conference 2011, sebelum dilakukan acara pembukaan seremonial diselenggarakan Kegiatan Pre-Workshop dari beberapa wakil Science Center dengan berbagai tema menarik diantaranya ; Open laboratory (Guangdong Science Center), The Application of Generic Systems in Science Exhibits (The Hongkong Science Museum), Evaluation (Petrosains Sdn Bhd,Malaysia).  Selain kegiatan pemanasan tersebut, diselenggarakan pula momen khusus bagi para pemimpin seluruh Science Center keanggotaan ASPAC dalam forum General Council Meeting  yang dipimpin oleh Dr. Mamoru Mohri (ASPAC President-Chief Executive Director Miraikan, Japan). Dalam forum tersebut seluruh pemimpin Sicence Center saling berbagi informasi tetang kegiatan unggulan di masing-masing Science Center yang dipimpinnya. Pemimpin PP-IPTEK dalam kesempatan ini menyampaikan tentang pengembangan Sarana dan Prasarana (Ruang Pameran, Alat Peraga dan Unit-unit Layanan) yang tertuang dalam bentuk materi Master Plan dan Bussniess Plan yang akan dilaksanakan mulai tahun 2012 dengan dukungan pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi. Di samping kegiatan pengembangan sarana dan prasarana, kegiatan unggulan PP-IPTEK lainnya yang tengah dikembangkan  adalah  program GiftedCentre dan pembentukan Organisasi Asosiasi Science Center seluruh Indonesia.

       Dikesempatan lain dalam forum diskusi dan sharing pengalaman di ajang konferensi kali ini, PP-IPTEK secara khusus bersama dengan beberapa anggota Science Center  ASPAC (New Zealand, Jepang, China dan Malaysia) diminta untuk berbagi pengalaman dalam penanggulangan bencana gempa dan tsunami dengan tema “Natural Disasters and the Science Center-How Should We Respond ?” Mengingat belum lama ini tepatnya pada 11 Februari 2011 gempa berkekuatan 6,3 skala richter telah mengguncang kota kedua terbesar di New Zealand, Christchurch, dan meluluh lantakkan bangunan-bangunan termasuk Science Center yang dikepalai oleh Neville Petrie (Director of New Zealand Science Center) yang juga ikut berbagi kisah tentang kejadian tersebut. Hendra Suryanto Kepala Divisi Operasi PP-IPTEK menyampaikan presentasinya tentang peran Pusat Peragaan Iptek (Science Center) dalam mengembangkan kesiap-siagaan masyarakat untuk menghadapi gempa dan tsunami. PP-IPTEK berperan aktif dalam program ini melalui berbagai kegiatan peragaan dan program interaktif tentang gempa dan tsunami di PP-IPTEK. Tujuan program adalah mengembangkan pemahaman, kesadaran dan kesiapsiagaan tentang potensi dan fenomena gempa dan tsunami. Presentasi yang berjudul The Role of Science Center on Earthquake and Tsunami Community Preparedness berisi tentang revitalisasi pasca bencana Tsunami Aceh dengan menampilkan tayangan-tanyangan gambar bagaimana upaya pemerintah Indonesia dan negara-negara yang membantu untuk pembangunan kembali Aceh. Pada akhirnya Aceh dapat kembali tertata, baik fasilitas, sarana dan prasarana serta kehidupannya. Disampaikan pula bahwa di Aceh telah berdiri sebuah museum tsunami yang baru saja diresmikan dan berisi replika serta artefak yang dapat mengingatkan kembali kejadian tsunami sehingga masyarakat Aceh khususnya dan kota-kota lain di Indonesia dapat belajar untuk senantiasa waspada dan tanggap jika akan terjadi kembali bencana serupa. Selain Indonesia, Malaysia yang diwakili oleh Teuku Nasariah Ibrahim (CEO Petrosains-Malaysia) juga menyampaikan pengalamannya dalam kegiatan bersama berbagi untuk mengembalikan trauma anak-anak dan keluarga pasca gempa di New Zealand dengan menggelar Travelling Exhibition bekerja sama dengan Science Center New Zealand. Tak ketinggalan pula berbagi pengalaman dari wakil National Museum of Emerging Science and Innovation- Miraikan Jepang Yuko Okayama yang mengisahkan tentang terjadinya gempa dan tsunami di Jepang beberapa waktu yang lalu dan bagaimana sistem peringatan dini di Jepang dilakukan dan diterapkan oleh pemerintah dan masyarakatnya sehingga dapat menekan jumlah korban jiwa.

Selain tema khusus tersebut, sesi konferensi juga diisi dengan diskusi dan sharing berbagai hal tentang inovasi dan kreativitas dari masing-masing anggota Science Center ASPAC, mulai dari pengembangan peraga sederhana hingga peraga yang bermuatan teknologi tinggi. Selain itu juga banyak informasi pengembangan program kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing Science Center dengan tema-tema yang unik dan asyik. Dari Indonesia selain Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK), terdapat pula dua wakil delegasi lainnya yaitu Joko Santoso (Kepala Puspa Iptek Sun-Dial Padalarang Bandung) dan Nia Dianti (Staf Pengembangan Program Puspa Iptek Taman Pintar Yogyakarta). Ihsan Surur dan Nia Dianti adalah peserta yang beruntung mendapatkan Program ASPAC Fellowship dengan menyampaikan materi masing-masing bertemakan “Preparednes Influenza”  yang merupakan tindak lanjut dari kerja sama pengembangan wahana peraga Flu Burung kerjasama antara PP-IPTEK dan GIZ Jerman dan Zona Nambahi“a Zone to Reward and Motivate” yang merupakan pengembangan dari program kegiatan di Taman Pintar Yogyakarta.


Copas from :

0 komentar:

Posting Komentar