Selasa, 09 Desember 2014

ff You're My Eye part 2


Author 
Laras Anindita

Cast
Moon Ga Young 
Kai
Jung Soo Jung

Genre 
Romance, Friedship, Family, School Life.


Rating
14+

Disclaimer
Ini FF asli buatan aku sendiri dan ga ngejiplak, ya maaf kalo ada kesamaan nama #namanya udah jadi trendsetter. Maaf kalo ada typo bertebaran, maklum saya manusia biasa. jangan bosen-bosen buat baca. Part selanjutnya bakal aq share lagi sampe nunggu target viewer. 


PLAGIATOR GO AWAY
Copas izin dulu ma Author...
Comment sangat dihargai dan diharapkan
DON'T BE SILENT READER guys


*HAPPY READING*

BEFORE :     “Kita mau ke mana, Ga young?” tanya Min Ra yang dari tadi mengikuti di belakangku.
“Um, kita ke toko yang serba pink dan ungu itu, okay” ucapku sambil menunjuk sebuah toko ber-banner pink yang ada di seberang escalator.
“Baiklah, aku juga ingin membeli sesuatu” ucapnya sambil mempercepat langkah kakinya.
Aku dan Min Ra berbincang dengan gembira saat menuju toko itu, tapi seketika kegembiraanku amblas di telan bumi ketika melawati escalator itu dan melihat seseorang. 

-------NEXT EPISODE



Aku dan Min Ra berbincang dengan gembira saat menuju toko itu, tapi seketika kegembiraanku amblas di telan bumi ketika melawati escalator itu dan melihat seseorang yang sangat aku kenal. Aku terpaku menghadap escalator itu. Dan orang yang ada di escalator itu menggenggam erat tangan orang yang ada di sebelahnya. Lambat demi lambat escalator itu mulai berjalan naik. Matanya yang coklat lalu berbelok menatapku, tatapan dingin yang tak pernah kukenal sebelumnya.

“Kai” ucapku lirih. Melihatnya bersama perempuan lain, yaitu Soo Jung, begitu membuat hatiku remuk.
Dia hanya terdiam di hadapanku dengan tetap menggandeng tangan Soo Jung.
Mataku menyipit melihatnya yang bajingan “Ka..kau.. bersama..nya?” tanyaku seolah melemah dengan menunjuk perempuan biadab itu. Butir bening mulai berlinang di pipiku, tapi cepat-cepat kuhapus. Agar aku tidak terlihat lemah dihadapannya.
“Iya” jawabnya santai dengan senyum manis yang sebenarnya sangat bullshit. Dia melenggang pergi dari hadapanku dengan merangkul pundak Soo Jung.
Tubuhku hanya diam dan terpaku. Aku hanya bisa merasakan rahangku yang mengeras. Sebuah goncangan bergerak di tubuhku, yaitu dari tangan Min Ra, dia yang menjadi saksi bisu semua kejadian ini. Aku berpegangan pada tubuh Min Ra, tubuhku serasa berat.
Dia merangkulku “Kau tak apa-apa Ga Young?” tanyanya, yang benar-benar tak pantas untuk di tanyakan. Sudah jelas saat ini diriku sedang tidak baik-baik saja.

Tapi aku tetap diam tanpa mengatakan satu kata patah pun untuk menjawab pertanyaannya.
“Aku ingin pulang Min Ra” ucapku sambil melepas pelukannya.
“Ayo” ucapnya sambil menggandeng tanganku.
Aku menggeleng perlahan “Tidak Min Ra” ucapku sambil melepas pegangan tangannya “Aku pulang sendiri saja, terima kasih sudah menemaniku jalan-jalan, hati-hati di jalan eoh” ucapku dengan air mata yang mengalir di pipiku dan menyunggingkan senyum penuh kepaksaan.
“Young, apa tidak aku saja yang mengantarmu” tanyanya sambil menyentuh tanganku. Aku hanya menggelengkan kepalaku sejenak.
“Baiklah, hati-hati” ucapnya. Melenggang dari tempatku berdiri.

^_

            Deras hujan bergemericik merdu tak berlagu. Percik air hujan seputih salju. Mataku yang sembab tersamarkan oleh air hujan yang begitu dingin ini. Tak ada lagi sesorang yang bernama Kai itu. Hatiku serasa tersayat melihat seluruh kejadian itu. Ternyata Jung Soo Jung benar-benar busuk, dia tega merebut seluruh kebahagiaan yang kumiliki. Aku mengacak rambutku yang basah ketika mengingat kejadian yang menyiksaku tadi. Aku melamun menatap kosong tanpa tahu apa yang ada di depanku.
Sebuah hantaman keras tiba-tiba terasa begitu saja di tubuhku, aku terpelanting tak tahu kemana. Sakit sekali hantaman yang kurasakan. Aku mencium cairan darah segar mengalir dari kepalaku. Mataku tak kuat lagi untuk terbuka, langit mendung yang ada dipenglihatanku tiba-tiba gelap dengan sayup-sayup suara ramai di telingaku.

^_

Peep..peep..peep..
Suara itu samar-samar mulai terdengar di kupingku, hidungku yang mulai aktif ini serasa mencium bebauan obat medis. Mataku mulai perlahan ku buka, kepalaku terasa sangat pening. Sekujur tubuhku serasa panas, seakan aku sudah tertidur selama seminggu. Terasa begitu kaku.  Aku mengerjapkan kedua mataku berusaha mencoba menangkap cahaya yang ada di ruangan ini, tapi kurasa rumah sakit ini sedang mati listrik, gelap sekali. Aku mendengar suara pintu yang terbuka.
“Siapa itu?” aku berusaha mencari tahu siapa itu.

“ini Appa, kau sudah sadar sayang?” ucap orang yang memasuki ruangan ini yang ternyata Appa.

“Huft.. aku kira siapa, Appa apa sekarang mati listrik?” tanyaku bingung.

Aku tersenyum ketika tangan seseorang memegang tanganku lembut, “Sayang, ini eomma”

Ketika mendengar ucapan itu aku langsung melempar tangan orang yang mengaku eomma “Eomma? Benarkah? Kau pasti berbohomg, mana munkin eomma datang ke sini”
Tiba-tiba tubuh seseorang merengkuhku dan terdengar suara isakkan di samping telingaku. Isakkan seorang wanita.
“Maafkan Eomma sayang, selama ini eomma tidak pernah menjengukmu. Mianhae sayang, jeongmal mianhae”
Suara itu membuatku menitikkan air mata seketika, aku langsung membalas pelukan eommaku “Iya eomma, aku bahagia sekarang eomma sudah berada di sampingku– tiba-tiba ucapanku terhenti
“apa mati listriknya sudah selesai?” aku melepaskan pelukannya.
Tangan seseorang terasa menyisir rambutku ke belakang telinga “Kau tumbuh dengan cantik sayang, maafkan eomma yang membuatmu kesepian.”
Aku hanya bisa membalas senyuman pada eommaku “Aku rasa, dengan eomma meminta maaf dan berada di sampingku sekarang, semua terasa indah bagiku”
“Sayang maafkan Appa dan Eomma yang harus memberitahukan hal ini, sayang...–Aku tersenyum ke arah suara Appa yang begitu khas–
Sebenarnya rumah sakit ini tidak sedang mati listrik”
Seketika seklebat perasaan buruk melintas di dalam benakku “Benarkah ini?? Aku..”
“Maksud Appa??” tanyaku berpura-pura menyangkal perasaan burukku.
“Kecelakaan ini, menyebabkan dirimu kehilangan penglihatanmu sayang. Maafkan Appa” Kata-kata itu terdengar seperti petir di siang hari tanpa hujan.
“Benarkah?? Aku buta?” tanyaku yang masih tak percaya dengan perkataan Appa yang benar2 masih mengiang di telingaku. Mataku terasa mulai berlinangan air mata. “BENARKAH?? AKU BUTA??” aku hanya bisa menangis. Dengungan pernyataan itu semakin keras dan keras membuatku semakin sakit. Aku berusaha menekan dan menggenggam bantal yang ada di dekatku.
Eomma memelukku erat. Dia mengelus kepalaku lembut. Aku tak bisa percaya dengan semua ini. Benar-benar menyakitkan.
“Sayang tenanglah, eomma tahu ini sangat sulit bagimu” Jawab eomma dengan suara serak karena menangis.

^_
            Aku memegang kepalaku yang sakit, berusaha duduk perlahan dan mengusap keringat yang ada di pelipis. Mimpi buruk itu, membuatku takut. Kenapa aku masih tertidur di saat aku bangun. Gelap tak ada sesuatupun di depanku, aku mencoba mencari sesuatu di dekatku. Gelap.. gelap..
Prank...
Aku menutup mulutku dengan tangan, terkejut dengan apa yang aku lakukan.
Tiba-tiba aku berlinang, seseorang sepertinya masuk ke dalam ruangan ini.
“Ada apa sayang?” suara Appa terdengar jelas di telingaku.
Aku menggeleng kencang “Bukan aku... bukan aku yang melakukannya.. bukan aku” aku menangis, kepalaku tertunduk.
“Tidak apa sayang, tidak apa” pelukan hangat yang kurindukan, kini kurasakan.
Aku hanya terisak karena semua mimpi buruk ini. “A..ku min..ta maaf Ap..pa, ini pasti.. se..mua.. karena.. a..ku sela..lu..memb..uatmu..marah” aku kembali terisak.
Terasa Appa membelai rambutku lembut, dia berkata lembut sekali sampai-sampai aku bisa berhenti menangis karena merasa tentram mendengar suaranya “Appa.., appa tetap sayang pada anak appa apapun yang terjadi. Jadi anak appa yang satu ini tidak boleh lagi menangis. Tuhan akan selalu disisi kita apapun keadaan kita. Jadi kau harus kuat, sekarang eomma dan appa sudah di sisimu. Dan jangan lupa..” tiba-tiba Appa melepas pelukannya. Aku merasakan jari apa yang menyentuh bibirku dan membentuk bibirku untuk tersenyum “Tetaplah tersenyum, dan jadilah lebih baik lagi. Appa yakin kau bisa tabah.” Ucapan Appa itu benar-benar menyentuh lubuk hatiku. Aku beruntung bisa menjadi anaknya. Tapi senyuman ini tetap saja bukan dari dalam diriku.
^_

Author POV

            Sepasang benik mata, menatap kosong ke arah jalan yang padat dengan warga Korea berlalu-lalang. Dia sadar akan dirinya yang begitu lemah. Tongkat yang begitu konyol dan memalukan harus ia bawa setiap saat sebagai penentu arah. Arah yang tak pernah ada dalam visualnya. Dia menghela nafas berat, langit dan segalanya tampak gelap saja, sama setiap saatnya. Dia menggenggam tangannya erat, tatapan nanar yang kosong tertancap di benik matanya. Benci akan takdirnya, tak adil dan begitu curang. “Tuhan tak adil. aku benci Kai, aku benci Jung soo Jung. Segalanya tak adil bagiku” perasaan itu yang berkecamuk dalam benak  Ga Young.
Ocehan ria yang selalu Ga Young buat kini hanya bualan semata. Ia merasa dirinya adalah orang yang paling menyedihkan. Beku, dingin, dendam,dan acuh adalah Ga Young yang sekarang. Ga Young terus menggigit bibir bawahnya begitu kuat, sampai-sampai darah segar menetes ke baju yang menurutnya kini tak berwarna lagi. Ia tak merasa perih sama sekali, karena rasa itu tak seperih apa yang ia rasakan sekarang.
Ga Young mulai berjalan perlahan, ia melepas tongkat penuntunnya itu dan menjatuhkannya ke tanah. Tatapan kosong dan benci terus tergambar. Dengan tangannya yang menggenggam erat boneka beruang  yang begitu kecil di tangan kirinya. Ia berjalan lurus tanpa memperhatikan langkahnya. Melenggang tak tentu arah, hanya pendengarannya yang bermain. Ia menuju arah yang begitu ramai, tatapan kosong dan putus asa. Ia merasa dirinya tak berguna bagi siapapun. Sampai kapan pun Ia tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika Ia terus merepotkan orang lain. Ini sudah 1 tahun seusai kejadian mengerikan itu.
Ga Young menghirup nafas dalam-dalam mencoba merasakan segarnya udara dunia. Untuk terakhir kalinya ia ingin merasakannya. Tiba-tiba sebuah klakson seakan berteriak mengingatkannya. Ga young memejamkan matanya dalam-dalam. Mobil itu melaju sangat kencang dan tidak bisa mengerem laju kecepatannya.  Ia memejamkan matanya dengan lekat, dengan menggigit bibir bawahnya. Degup jantungnya berpacu cepat.
Bssss....
Angin itu berhembus kencang, melewati tubuhnya. Mobil itu berhasil melewati dan menghindari Ga Young. Bahkan orang yang ada di pinggir jalan juga meneriaki Ga Young.
Perlahan Ia membuka matanya dan meraba kedua tangannya. “Aku.. aku belum mati.”
Ia hanya berdiam di tengah jalan, tetapi seseorang mengajaknya untuk ke tepi jalan. Ia menggenggam Ga Young dan mendudukkannya di taman yang tadi di duduki Ga Young.
“Nona, ada apa dengan Anda?  Anda bisa saja mati karena kejadian tadi.” Pria itu begitu menggebu-gebu menuturi Ga Young.
Ga Young hanya menatap kosong dan seketika butir bening mengalir dari benik matanya. Tiba-tiba Ia menangis dengan tersedu-sedu. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis dengan kencang.
Pria itu kemudian memasang wajah tercengang dan sedikit berpikir “Apa karenaku dia menangis?” Pria itu kemudian duduk di sebelah Ga Young.
“Maafkan jika saya membuat anda menangis. Mungkin masalah anda begitu berat sampai-sampai anda ingin menabrakkan dirimu di jalan raya. Tetapi hal itu tak akan membuat masalahmu selesai. Bisa saja Tuhan marah karena anda menyia-nyiakan hidupmu. Maafkan saya yang lancang seakan mengaturmu.”  Lalu pria itu terdiam dan tak lama, Ia menyodorkan sehelai sapu tangan “Ini untukmu.” Ucapnya dengan nada lembut.
Ga young melepaskan telapak tangannya dari wajahnya, wajahnya terlihat berantakan setelah menangis. Ia mencoba meraih sapu tangan itu tetapi ia salah sasaran. “Sapu tangannya ada di sini” Ucap pria itu lalu meletakkan sapu tangannya di tangan Ga Young.
“Terima kasih”
Sroootttt...
Suara itu begitu menggelikan, dan menjijikan. Tapi tak apalah jika itu membuat Ga Young baikan. Pria itu sedikit berangan-angan“Nona ini cantik tetapi.... sikapnya..” pria itu bergidik untuk menghilangkan prasangka yang ada di benaknya. “Apa Anda sudah baikan? Jika sudah, saya pergi dulu.” Pria itu berdiri dan sedikit membungkuk pada Ga young, sebagai salam perpisahan “Anyeong..”.
Ga Young mulai sedikit tenang dan lega. Karena ucapan pria itu, kini Ia tak lagi merasa terlalu putus asa seperti sebelumnya.  “Pria itu baik sekali padaku. Gamsahamnida.” Ia mengucapkan terima kasih yang kedua kalinya, meski hanya dalam benak.

^-
            Jam dinding yang berbentuk bundar mulai menunjukkan jarumnya pada 03.00 pagi. Gadis itu hanya berdiam terduduk dikasurnya dan bersandar dengan memainkan mp3 dan sedikit bersenandung meski sangat lirih. Gadis itu begitu menghayati lagu itu sampai-sampai mata kecilnya berlinang.
And your eyes, nose, lips
It haunts my memory I can’t forget you if I tried
I wanna believe in your lies
Itu sepenggal lirik lagu yang Ia dengarkan, lagu “Eyes, Nose, Lips” yang di cover oleh Lydia Paek.
Ponselnya berdering sejenak. Sebuah voice note masuk. Seperti biasa, voice note dari ibunya. Voce note itu berisi pesan untuknya.
Sayang.. ibu tahu kebiasaanmu, tidurlah sekarang. Malam hampir berlalu, matamu tlah lelah.
Saranghae Moon Ga Young”
Ga Young selalu mendapat voice note itu tiap malam dari ibunya.
Entah apa yang  merasuki Ga Young kini, Ia masih saja merasa ada yang mengganjal di benaknya. Kai, pria pengecut itu begitu membuat Ga Young penasaran.  Kai tak pernah menghubunginya setelah kejadian itu.
Ga Young me-stop mp3 nya dan mulai menyelimuti sekujur tubuhnya dan beranjak untuk tidur. 


To be Continue.....




1 komentar:

Unknown mengatakan...

alurnya kecepetan,
next dong...

Posting Komentar