Author
Laras Anindita
Cast
Moon Ga Young
Kai
Changmin
Jung Soo Jung
Genre
Romance, Friedship, Family, School Life.
Rating
14+
Disclaimer
Ini FF asli buatan aku sendiri dan ga ngejiplak, ya maaf kalo ada kesamaan nama #namanya udah jadi trendsetter. Maaf kalo ada typo bertebaran, maklum saya manusia biasa. jangan bosen-bosen buat baca. Part selanjutnya bakal aq share lagi sampe nunggu target viewer.
PLAGIATOR GO AWAY
Copas izin dulu ma Author...
Comment sangat dihargai dan diharapkan
DON'T BE SILENT READER guys
*HAPPY READING*
Diawali dari kebiasaanku pergi ke klub malam. Malam ini aku baru saja pulang dari klub malam favorit dengan temanku. Aku mengendap masuk mendekati jendela kamarku. Perlahan aku mencungkil jendela itu, dan terbuka. Tak ada suara kecuali suara nafasku yang memantul ke kaca jendela. Aku melompat masuk sambil menjinjing sepatu heels di tangan kananku. Kututup kembali jendela kamarku perlahan tanpa suara.
Byar.. lampu
kamarku menyala. Aku terkejut mendapati Appa ternyata sudah berada di
hadapanku. Dengan tangan terlipat di depan dadanya, wajah Appaku tampak marah
dengan tatapan tajam padaku. Aku gugup dan takut, wajahku mungkin sudah pucat
seperti orang mati.
“Apa
seperti itu cara orang memasuki rumah? Mengendap-endap lewat jendela. Dari mana
saja sampai larut malam seperti ini?” ucap Appa dengan pertanyaan yang
benar-benar menusuk tenggorokanku.
“Eh..eh..
anu... aku..– Tangan appa sudah hampir menampar pipiku, aku meringkukkan
wajahku
“Aku
bersama temanku” ucapku gugup dengan keringat dingin mengalir di dahiku.
“Hampir
setiap malam kau mengulangi hal ini. Appa sudah bilang, Appa sangat khawatir
denganmu. Kau anak perempuan Appa satu-satunya. Apa kau baru dari klub malam
lagi bersama Kai itu?” tanya Appa dengan wajah seriusnya.
Aku
hanya menganggukkan kepalaku.
Appaku
menatapku serius “Kau tahu Ga Young, bahaya keluar dengan seorang lelaki ke
klub malam-malam begini–
Saat
itu juga diriku ingin meledak, “Cukup Appa, aku lelah selalu diatur. Apa lagi
sekarang Appa sudah bercerai dengan Eomma, sejak 10 tahun yang lalu, apa itu
adil bagiku? TIDAK. Aku selalu berharap orang tuaku seperti orang tua yang
lain, tapi tidak denganku. Ingat wajahnya saja tidak, aku hanya tahu dari foto,
kemana Eomma selama ini?” Saat itu juga air mataku menyeruak ke
permukaan. Air bening itu serasa membanjiri pipiku. Dapat
terlihat wajah Appa yang bersalah. Aku segera melemparkan sepatu dan tasku. Aku
membaringkan tubuhku ke kasur dan menenggelamkannya dalam selimut.
Terasa
sebuah pelukan hangat menyerubung tubuhku. Dan belaian lembut di daerah
kepalaku.
“Maafkan
Appa sayang, tapi bisakah kau menuruti perkataan Appa?”
Hiks,
hiks suara tangisku dalam selimut.
“Appa
melakukan ini karena Appa sayang padamu, Appa berjanji suatu saat akan
mempertemukanmu dengan Eomma.”
Aku
membuka selimutku perlahan menatap wajah Appa-ku. Terlihat ketidak raguan dari
wajah Appa-ku. Dia tersenyum melihatku.
“Benarkah?”
Aku mengusap air mataku.
Appa
mengangguk mantap menjawab pertanyaanku.
“Baiklah
sekarang tidurlah, besok waktunya sekolah” Appa mengecup dahiku lembut.
Appa
melenggang keluar kamarku, sebelum appa keluar aku menarik tangannya “Terima
kasih Appa”
“Sama-sama
sayang, mimpi indah” Appaku keluar dan menutup pintu kamarku.
Aku
mulai memejamkan kedua mataku, dan memulai diorama-diorama mimpi di alam bawah
sadarku.
^_
Aku
segera melangkahkan kakiku secepat kilat. Detik jam terus berputar, peluhku
mulai keluar dari pori-pori kulitku yang putih. Aku terus berusaha keras menuju
garis putih itu. Mataku berbinar ketika garis putih itu sudah ada di hadapanku.
Aku
segera menginjakkan kakiku di garis putih itu.
“Ya
Jung Soo Jung mencapai garis finish terlebih dahulu” ucap guru olah ragaku.
Aku
langsung mendelik menatap ke arah Jung Soo Jung yang sampai di garis finish
terlebih dahulu. Aku menoleh dengan tatapan sinis padanya, sedangkan Soo Jung
hanya memberikan senyum smirknya padaku.
“Aaa
bagaimana bisa aku kalah dengannya” ucapku sambil mengacak rambut.
Tiba-tiba
sebuah tangan mengahampiri pundakku.
“Sudahlah
ayo kita ke kantin” Aku menoleh ke arah suara yang benar-benar familiar di
telingaku itu.
“Baiklah”
aku tesenyum ceria pada Kai, pacarku.
Aku
berjalan menuju kantin dengan melihat-lihat keadaan sekitar. Tiba-tiba tangan
Kai mengusap wajahku.
“Keringatmu
banyak sekali, pasti melelahkan.” Ucapnya sambil mengelap keringatku dengan
sentuhan lembutnya.
“Terima
kasih” ucapku melemparkan senyum padanya.
Akhirnya aku dan Kai sampai di depan lemari es kaca
yang terpajang minuman-minuman dingin di dalamnya.
Glek.. suara
kelenjar salivaku yang masuk ke kerongkongan ketika melihat minuman yang sangat
menyegarkan itu.
Aku
mengambil sebuah botol minuman sari buah jeruk dengan bulir-bulir jeruk di
dalamnya, sedangkan Kai mengambil sebuah minuman Green Tea.
“Ini
uangnya Ajhumma” ucap Kai sambil memberikannya pada penjual minuman di kantin.
Semua
mata yang ada di kantin menatap kagum ke arahku dan Kai.
“Wah..
beruntung sekali Moon Ga Young bisa bersama Kai”
“Aku
mau jadi Ga Young”
“Kai
oppa ganteng sekali”
Kai
menengok sebentar ke arah suara-suara yang sibuk memuji dirinya, seketika
mereka terdiam seribu bahasa ketika idolanya menoleh pada mereka. Kai malah
memberikan sebelah kedipan mata pada mereka. Seketika mereka berteriak
histeris.
“Aaa...
kau Lihat, Kai oppa mengedipkan matanya ke arahku”
“Kai
oppa menge-wink...”
Aku
dan Kai segera mengambil tempat di meja berbentuk kotak dengan kursi yang cukup
panjang. Kai duduk di hadapanku. Aku membanting botol minumku ke atas meja dan
segera meneguk minuman itu dalam-dalam ke kerongkonganku yang kering dengan
mulut yang mengerucut karena kelakuan Kai.
Glek..Glek.. suara
tegukan minumanku. Aku tak bisa merasakan minumanku mengalir di tenggorokan,
hanya kesal yang sedang mengalir ditubuhku.
Tiba-tiba
Kai menyambar minumanku. “Tidak baik meminum minuman dengan sekali tegukkan
habis. Minumlah perlahan. Jangan cemberut, maafkan aku” Ucapnya sambil
mengembalikan minumanku lagi.
“Aku
sangat haus. Hanya itu saja?” tanyaku berpura-pura ketus. Mataku menekan ke
sudut mata, menyipit.
“Baiklah,
aku akan membuat hari ini spesial. Demi kata maaf” ujarnya dengan wajah
tersenyum. Aku menyedot minumanku dan menatapnya dengan sedikit senyuman.
Tet..tet..tet.. suara
bel pulang berbunyi.
“Hah..
serasa cepat sekali” Ucapku sambil menutup botol minuman yang baru saja ku
teguk.
“Ayo
kita kembali ke kelas” ucapnya mulai berdiri dari tempat duduknya, tangan yang
kekar dan tangguhnya menyodorkan bantuan padaku.
Aku
memegang tangannya dan berdiri “Terima kasih”
Kami
berjalan menuju kelas 12.3. Tiba-tiba tangan Kai menyambarku ke suatu tempat.
Sebuah taman yang sepi tanpa ada murid lain di sana. Di bawah pohon yang
rindang dengan daun yang cukup rimbun. Dan aroma bunga yang menyeruak.
“Bisa
kita duduk di sini sejenak, aku ingin me-refresh pikiranku” ucapnya sambil
duduk di bawah pohon.
Aku
memejamkan mataku sejenak sambil bersandar di pohon, di samping Kai yang juga
bersandar di bawah pohon. Tiba-tiba terasa sesuatu menyentuh lembut bibirku.
Aku membuka mataku perlahan, terlihat wajah Kai yang begitu dekat dengan
wajahku begitu terlihat lebih tampan, bibirnya menyentuh bibirku. Jantungku
terasa begitu terpacu, walaupun hanya menempel tetapi seperti sebuah sengatan
listrik yang mengalir di tubuhku. Nafasnya yang hangat berhembus di depan
hidungku.
Dia
melepaskan ciuman yang berlangsung beberapa menit itu. Aku
hanya terpaku di tempatku. Wajahnya hanya tersenyum melihatku. Aku membalas
senyumannya dengan kaku.
“Terima
kasih, kau selalu menghiburku. Terima kasih kau sudah menjadi pengganti kasih
sayang eommaku” Ujar ku tersenyum padanya. Mataku tak pernah lepas
menyorotinya.
“HAH..
Eomma? Jadi selama ini kau menganggapku eomma?” Kai mulai menggelitiki tubuhku
“Jadi kau selama ini menganggapku eomma huh?” ucapnya yang sambil terus
menggelitiki tubuhku.
“Aaa..
Kai hentikan geli” Ucapku yang sambil terus menggeliat karena gelitikan Kai.
Sampai akhirnya aku jatuh kepelukkannya, dekapannya yang penuh kehangatan dan
tangannya yang kuat menangkapku. Kita jatuh di atas rerumputan hijau yang
indah. Tubuhku tak sengaja menindihnya.
Aku
berusaha berdiri, tetapi tangan Kai menahanku untuk bangkit dari pelukannya.
“Beberapa
menit saja” Ucap Kai sambil memeluk pinggangku di atas rumput hijau.
Pelukan yang begitu hangat terasa di tubuhku. Terasa
degup jantungnya yang berpacu kencang bergema di telingaku. Begitu juga dengan
jantungku yang berpacu cepat.
Kai
mulai melepaskan tangannya dari pinggangku. Aku mulai berusaha berdiri sambil
membersihkan kedua tanganku yang kotor terkena rerumputan hijau.
Matanya
yang coklat bening terus menatap, seakan memaku diriku untuk terus
memandangnya.
Aku
tersenyum kecil padanya,“Ayo kita pulang” ucapku sambil menggandeng tangannya.
ˆ–
“Dah...
hati-hati di jalan” sambil melambaikan tanganku pada Kai yang mulai berlalu
dari hadapanku dengan sepeda motornya.
Aku berjalan masuk ke teras rumahku. Aku memasukkan
setengah badan ke dalam pintu rumahku. Kosong seperti biasanya, tak ada
siapa-siapa. Aku memasukinya, dan menjatuhkan tubuhku yang lelah di atas sofa
empuk. Aku membuka ponsel dan memencet nomor kontak yang ada di dalamnya.
“Yoboseyo,
Min Ra.”
“.....
“Aku
kesepian, maukah kau ke rumahku?”
“...
“Baiklah
kutunggu, anyeong..”
“...
Aku
memencet remote televisi yang ada di hadapanku. “Tahu begini, Kai akan kuminta
untuk singgah sejenak di rumahku, huft dasar.” Gerutuku sambil melipatkan kedua
tanganku di atas bantal kecil yang ku pangku.
Ting..tong..
“Pasti
Min Ra” Ucapku bersemangat, dan menuju pintu.
Cklek pintu
ku buka,
“Hai
Young” sapa sahabatku yang paling cantik itu.
“Hai,
cepat sekali datangnya? ayo masuk. Apa yang kau bawa itu?” sambil menelisik
barang bawaan Min Ra yang ada di dalam tas plastik.
“Pizza,
iya aku kebetulan berada di toko Pizza Runner dekat sini saat kau menelponku”
ucapnya dengan senyum manis.
“Wah..
pasti lezat, tapi kali ini aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Jadi bagaimana
dengan pizzanya?” tanyaku bingung sambil menatap pizza yang ada di genggaman
Min Ra.
“Ya
sudahlah ini untukmu semua. Lagi pula aku juga bisa membelinya untukku sendiri”
ucapnya sambil menyodorkan bungkusan pizza itu padaku.
Aku
memeluknya kilat “Terima kasih, Ra”
“Sama-sama”
Aku
mulai berjalan masuk “Aku ganti pakaian dulu okay” ucapku sambil menunjukkan
jempolku.
“Okay
ku tunggu” ucapnya sambil duduk di sofa depan televisi yang dari tadi masih
menyala.
^_
Kami
hanya membungkukkan badan pada bibi kasir itu, kemudian aku menarik lengan Min
Ra menuju toko lain yang ada di mal ini. Dan dia mengikuti di balakangku,
seperti yang anjing mengikuti majikannya.
“Kita
mau ke mana, Ga young?” tanya Min Ra yang dari tadi mengikuti di belakangku.
“Um,
kita ke toko yang serba pink dan ungu itu, okay” ucapku sambil menunjuk sebuah
toko ber-banner pink yang ada di seberang escalator.
“Baiklah,
aku juga ingin membeli sesuatu” ucapnya sambil mempercepat langkah kakinya.
Aku
dan Min Ra berbincang dengan gembira saat menuju toko itu, tapi seketika
kegembiraanku amblas di telan bumi ketika melawati escalator
itu dan melihat seseorang.
To be Continue.....
Makasih yang udah baca,,,, Comment ya, and then part selanjutnya akan saya share sesegera mungkin.. Anyeong....;)
0 komentar:
Posting Komentar