Kamis, 02 Oktober 2014

You're Mystery (Who Are You?) Part 3/3 END




(AUTHOR)
Laras Kkamjong

(CAST)
Se-Mi, Kyungsoo, Xiumin  

(GENRE)
Friendship, Mistery, Romance 

(RATE)
13+

Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading Chingu :-)
Komen sangat dihargai, Don't Be SILENT READER 

Yesterday:  
“Aku sudah berjanji padamu, ayo kita ke sana, sebelum senja tiba.” Se Mi terbelalak mendengar ucapan Kyungsoo, bibirnya membentuk huruf ‘O’ karena kaget. 

“Kau bersungguh-sungguh?”


“Iya” Sambil menunjukkan senyumnya ke dalam pandangan Se Mi.

“Bisakah kau memejamkan matamu?” ujar Kyungsoo pada Se Mi.
Se Mi mengangguk “Baiklah” ia mulai memejamkan kedua matanya.
Kyungsoo, namja itu melepaskan bajunya. Ia lalu melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Se Mi, sayap putih yang sangat besar dan lembut terkibar di antara punggung Kyungsoo. Se Mi membalas pelukan Kyungsoo, Tapi Se Mi dapat merasakan sesuatu yang aneh pada punggung namja itu. Sesuatu yang begitu lembut. Meski begitu ia tetap memejamkan kedua matanya.
Kyungsoo mengepakkan sayap gagahnya menuju langit. Angin dingin, matahari yang keemasan nampak indah menghiasi langit yang mulai men-jingga. Rambut coklat Kyungsoo bertabur dihempas angin. Se Mi yang berada dalam pelukan Kyungsoo kini mulai merasakan dinginnya angin. Se Mi mencoba mengintip sedikit untuk melihat apa yang terjadi. Kini ia bisa mengintip, ia dalam pelukan Kyungsoo yang memiliki sayap indah di punggungnya. Perasaan Se Mi begitu berdebar dan bahagia. Namja itu tidak terlalu atletis tetapi ia begitu tampan dan gagah. Langit begitu indah dalam jarak dekat. Tanah begitu jauh sehingga semuanya terlihat seperti mainan karena ukurannya terlihat begitu kecil dari langit. Ia tersenyum dan memejamkan kembali kedua matanya. Kini ia tahu siapa Kyungsoo. Kyungsoo adalah Malaikat yang dikirim Tuhan untuknya. 

ˆ―ˆ
Ting Tong...
                Dari kejauhan terlihat seorang namja berkulit putih itu berdiri tepat di depan pagar rumah Se Mi yang berwarna kecoklatan. Rumah yang tampak begitu sepi, tetapi pintu rumahnya masih terbuka meskipun pagarnya tertutup. Jendela yang ada di lantai 2 juga terbuka lebar, gerai tirai bertebaran menampakkan setengah kainnya keluar jendela yang tertipup angin. Namja itu sedikit menggigil karena angin dingin yang berhembus. Sesekali ia menghangatkan tangannya dengan nafasnya sendiri.
“Se Mi-ah...”
Tidak ada yang menyahut dari dalam rumah, hanya seekor kucing yang sekedar lewat mengeong padanya.  
“Se Mi-ah” kali ini ia sedikit berteriak. Ia juga menekan bel rumah beberapa kali.
Karena khawatir ada sesuatu yang terjadi akhirnya ia membuka pintu pagarnya sendiri dan mencoba memasuki rumah Se Mi sendirian. Meskipun dalam benaknya itu bukanlah hal yang sopan.
Kini ia mengangkat kakinya untuk memasuki pintu rumah. Sepi tidak ada suara kecuali suara cerek yang mendenging di atas kompor. Namja itu hanya terdiam di dalam ruang tamu, tapi setelah beberapa menit masih tidak ada yang mematikan kompor. Dia sedikit berlari ke arah suara cerek dan segera mematikan kompor. Ia mencoba menengok isi cerek. Sudah habis, airnya sudah habis karena terlalu lama di rebus.
“Hah? Habis. Siapa yang merebus?” Ia menegok seluruh sudut “Sepi..”
“Se Mi-ah... kau dirumah?” ia berteriak sambil mencari Se Mi dari dalam rumah.
Tilililit... Tilililit....
Telepon rumah berbunyi, Namja itu segera mengangkatnya.
Yoboseyo.. Se Mi-ah” terdengar suara seorang perempuan dari seberang telepon.
“Yoboseyo.. umm saya teman Se Mi, Xiumin..” ucap namja itu sedikit tergagap.
Owh.. dimana Se Mi..?” Tanya perempuan itu yang notaben-nya adalah ibu Se Mi.
Namja itu sedikit bingung untuk menjawabnya, “Owh.. Se Mi masih di kamar kecil”
Owh Xiumin sampaikan pada Se Mi, ibunya pulang malam sekali. Jadi suruh dia tidur lebih awal tidak usah menunggu ibu dan ayahnya.”
“Baik .. saya akan menyampaikannya” Ucap Xiumin
Ada acara apa ke rumah Se Mi? Xiumin” pertanyaan itu akhirnya membuat Xiumin agak gelagapan untuk menjawabnya.
Xiumin manggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, Ia mencoba mencari alasan “O.. Oh.. kita ada kerja kelompok”
Baiklah, jaga Se Mi eoh?”
“Tentu.. Anyeong” Ucap Xiumin
Anyeong”
Xiumin segera menutup teleponnya. Ia menghembuskan nafas lega karena akhirnya bisa berhenti berbicara bohong dari ibunya Se Mi. Ia segera mencari kamar Se Mi. Ia mencari-cari Se Mi, ia merasa ada yang tidak beres dengan Se Mi.
Ia mencari seluruh kamar yang ada di lantai bawah. Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa kamar yang sudah ia periksa adalah kamar Se Mi. Ia berjalan menuju lantai 2, lorongnya sedikit remang.
Xiumin menemukan sebuah pintu dengan keadaan sedikit terbuka. Pintu yang tertempel sebuah papan kecil bertuliskan Se-Mi. Ia segera berjalan untuk memasukinya. Terlihat ia sedang melihat-lihat keadaan kamar Se Mi. Sehelai pakaian juga tergolek di atas kasur, pakaian putih berlengan panjang yang bertuliskan ‘Cheonsa’ (Malaikat), pakaian yang tadi sempat dipakai Kyungsoo.
“Kenapa ia meninggalkan rumah dalam keadaan terbuka? Aneh” Ia sedikit berpikir sambil memondar-mandirkan tubuhnya. Ia juga menggigit jarinya, kebiasaannya saat berfikir. Sampai akhirnya sebuah lukisan karya tangan Se Mi yang tertempel di tembok membuyarkan pikirannya. Lukisan yang di gambar Se Mi saat jam kosong dikelas 2 hari yang lalu. Lukisan yang tertuliskan‘Dream Will Comes True <3 ^o^’, gunung indah biru yang di kelilingi pemandangan hijau juga tertera di atas kertas lukisan itu.
“Lukisan ini begitu indah” ia meraba lukisan itu perlahan dan memperhatikannya.
Xiumin menunduk dan memejamkan matanya sejenak, tetapi tangannya masih memegang lukisan tersebut “Apa aku pernah melihatnya sebelum ini? Tidak asing bagiku” ia berlalu dan menengok ke luar jendela yang terbuka lebar. 
“Tapi di mana?” ia berpikir keras sambil menatap kosong ke dalam pemandangan yang terhampar di luar. “Aha itu dia... itu.. gunung itu, ya lukisan itu adalah pemandangan ini” sambil menunjuk gunung yang ada di luar jendela.
“Untuk apa dia melukisnya?” ia menanyakan pertanyaan yang mengiang di kepalanya. Lalu ia menaikkan pundaknya dan memiringkan sebelah bibirnya seakan menjawab sendiri “Tak tahu” .
Ia berjalan menuju meja belajar dan menemukan sebuah buku bermodel vintage. Ia membuka pita yang terlilit di buku itu dan membuka simpulnya, sampulnya telah terbuka dan tertulis di lembar pertama “Hi, Welcome in My Diary :*
“Haha, tulisan gadis ini begitu kekanak-kanakan” ia tersenyum melihat tulisan Se Mi yang seperti gadis cilik. Ia membuka selembar-demi lembar halaman buku vintage Se Mi.
ˆ―ˆ
                Se Mi merasakan kakinya menapak pada tanah. Tangannya belum melepaskan Kyungsoo, tapi Kyungsoo melepasnya perlahan. Ia mesih terus terpejam seperti kata Kyungsoo.
“Apa aku boleh membuka mataku?” benak Se Mi sangat senang saat itu, ia sudah bisa meraih apa yang dia inginkan.
“Kyungsoo?” tak ada yang menyahut. Hanya suara dedaunan kering yang tersapu angin.
Kini ia mulai takut “Kyungsoo!” Ia berteriak, tapi benar-benar tak ada yang membalasnya. Kini ia membuka matanya. Sendiri tak ada siapapun, hanya pepohonan yang tinggi dan serangga. Beberapa nyamuk mengerubunginya.
“Ih...” ia mengarahkan tangannya kesana-kemari, mengusir nyamuk.
“Kyungsoo-ah...” Ia berteriak sekencang-kencangnya. Sepi...
Agkkk..agkk...
Suara gagak begitu membuat Se Mi kaget dan semakin takut. “Kyungsoo-ah..” ia semakin memelankan suaranya.
Ia menyusuri gunung itu sendirian, ia menghalau ranting-ranting yang ada. Beberapa ranting yang terjuntai juga tak terasa telah menggores kulit mulusnya, dan membuat sedikit luka di permukaannya.
“Awh..” ia menengok ke arah tangannya.
Yeoja itu sedikit menggigil, bibirnya sedikit membiru, begitu juga dengan ujung-ujung jarinya yang membiru “Kenapa semua begitu terbalik dengan yang aku inginkan, menyeramkan. Setidaknya aku dapat menghirup udara pegunungan yang begitu dingin.” Sambil duduk di bawah pohon dengan mendekap kedua lututnya untuk menghangatkan tubuhnya yang menggigil dan ketakutan.

ˆ―ˆ
                Xiumin segera menutup diary dan pergi untuk mencari Se Mi ke gunung indah yang ada di seberang itu. Ia segera memakai jaket yang tadi ia kenakan. Ia menutup semua pintu. Namja itu menuju halaman, sepeda berwarna putih juga terparkir di halaman. Ia mengambil sepeda.
“Mian, aku meminjamnya dulu” Dengan nada sedikit gugup, tapi sudah tak ada waktu lagi. Langit terang mulai memudar.
Sepeda kayuh itu terus memutarkan rodanya cepat. Rambut coklat xiumin bertaburan tersirat angin, matanya terus fokus menanjaki padang rumput yang hampir dekat dengan gunung. Telapak tangannya yang menggenggam erat setir sepeda lama-kelamaan berkeringat.
ˆ―ˆ
“Aku tidak bisa diam saja di sini, aku harus mencari jalan keluar” Ia bangkit dari duduknya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.  Ia terus menggosokkan kedua tangannya yang sedingin es. Ia berlari menyusuri tanah yang menurutnya adalah jalan pertolongan (Bisa dibilang seperti jalan setapak). Berlari dan terus berlari, ia terus melaju tanpa tahu arah. Nafasnya memburu seiring dengan derap kakinya yang cepat. Kakinya yang semula cepat kini mulai melamban seiring tenaganya yang mulai habis dan kedinginan. Dia membungkuk dan menunduk ke arah tanah dengan kedua tangan yang berpangku pada kedua lututnya yang sedikit menekuk, ia mulai mengatur nafasnya. Kepulan asap keluar dari bibirnya yang mulai sedikit membiru. Ia mulai berdiri tegap dan merapikan rambutnya yang semulai terurai dengan membentuknya seperti kuncir buntut kuda, tangan kirinya memegang rambutnya yang masih dirapikan, sedangkan mulutnya menarik karet rambut yang ada dipergelangan tangannya dan meregangkannya untuk dikuncirkan pada rambutnya.
Kini ia benar-benar ingin menemukan jalan keluar, “Se-Mi hwaiting” sembari menganggukkan kepalanya dengan mantap. Langit biru yang mulai meredup tak mematahkan gadis pemberani itu untuk mengalahkan hutan rimbun tersebut. Kini ia mulai berpikir apa yang harus ia lakukan. Alisnya mengkerut dengan menggigiti bibir bawahnya dengan keras tak terasa darah segar keluar dari bibir pinknya.
Tes..
Darah itu menetesi blouse pink yang ia kenakan, bahkan ia tidak merasakan bibirnya yang telah berdarah karena ia gigiti. Ia berfikir keras. Namun tiba-tiba terdengar suara burung, suara ini bukan suara burung biasa. “Burung ini.. Mocking Jay” ia berlari menuju arah suara burung itu. Kata eommanya, dulu ketika eommanya tersesat di dalam hutan yang lebat, kakekknya mencari eomma nya dengan berteriak dan burung Mocking Jay akan bersuara seperti suara yang kakeknya keluarkan, dan eommanya mengikuti suara tersebut dan ternyata kakeknya ada di dekat sumber suara burung Mocking Jay tersebut.
Ia terus berlari mengikuti suara burung Mocking Jay tersebut, keringat dingin mulai menetes di pelipisnya. Pandangannya mulai meredup, tapi ia menggelengkan kepalanya dan tetap terus berlari mengikuti suara.

ˆ―ˆ
                Xiumin sudah sampai didepan hutan, saking lebatnya bahkan sepeda pun tak bisa lewat. Xiumin lansung meletakkan sepedanya dan berlari ke dalam hutan. Ia berlari dan berlari mencari jejak Se-Mi. Ia berlari dengan sesekali menggosok kedua tangannya yang dingin, wajahnya mulai memerah seolah suhu bertambah dingin. Bibirnya mengepulkan uap putih di udara. Sesekali ia berhenti untuk melihat kadaan sekitar. Xiumin menengok keseluruh arah, ia hanya melihat pohon, beberapa serangga, dan daun kering di tanah.
“Se-Mi ah.. kau dimana?” ia berteriak mencari Se-Mi dengan kedua tangan yang seperti ditelungkupkan dikanan-kiri bibirnya seolah sebagai pengeras suara. Ia terengah, degupnya jantungnya menderu. “Odhiya Se-Mi ah??”
Kini Ia berlari dan dengan memanggil nama Se-Mi denga menengok ke sekitarnya. Tanpa sadar ia menyandung sebuah akar pohon yang melintang di tanah. Ia terjatuh dan telapak tangannya menindih batu kerikil yang cukup tajam, yang membuat goresan luka di tangannya.
Tes..tes..
Darahnya menetes beberapa kali meskipun tak begitu deras. Ia agak meringis sedikit kesakitan. Xiumin menghisap darahnya dan meludahkannya, untuk mengurangi darah yang menetes.
“Ihh..darah tak enak..” Ia sedikit mengkerut setelah menghisap darah di tangannya. Kini ia mulai kembali berjalan dengan sebelah tangannya memegang bagian tangannya yang terluka.
Seekor burung bertengger disalah satu cabang ranting yang cukup tinggi. Bburng yang tak terlalu besar dan tak terlalu kecil.
“Itu burung Mocking Jay” Ia mengingat bakat Mocking Jay yang bisa berteriak mengikuti suara orang yang berteriak. Xiumin mulai beranang-ancang dan menarik napas dalam dan mulai berteriak.
Ahkkk...Aaaaaa.......
Burung tersebut juga berteriak mengikuti suara Xiumin tapi dengan frekuensi yang begitu keras.
“Se-Mi ah semoga kau tahu pesanku”

ˆ―ˆ
                Se-Mi masih terus berlari mengikuti suara burung tersebut. Matanya mulai menyayu dan pandangannya sedikit blur, ia berlari dan seperti melihat bayangan seseorang yang berposisi membelakanginya. Matanya yang meblur dan fisiknya yang tak kuat, tiba-tiba tubuhnya melemas dan pandangannya mulai gelap dengan perlahan.
Se-Mi agak berdesis “Tolong”
Brug
Se-Mi jatuh dan pingsan tak jauh dari orang itu. Orang itu berbalik karena mendengar sesuatu yang ada di belakanganya. Orang tersebut terbelalak karena melihat Se-Mi berada hanya 10 meter di belakangnya dalam keadaan pingsan. Orang tersebut tak lain adalah Xiumin yang tadi memberikan sinyal suara. Ia langsung berlari ke arah Se-Mi yang pingsan. Ia berusaha memposisikan Se-Mi dalam pangkuannya dan memegang keningnya. Keningnya begitu panas, tapi tangan Se-Mi begitu dingin. Xiumin menggosokkan kedua tangannya ke tangan Se-Mi yang sangat dingin, berharap untuk menghangatkannya. Pakaian Se-Mi juga tipis tanpa jaket, Xiumin melepaskan mantel yang ia gunakan dan memakaikannya di tubuh Se-Mi. Xiumin berusaha membangunkan Se-Mi dengan memangil namanya dan sedikit mengoyak-oyak pipinya.
“Se-Mi ah, bangunlah. Se-Mi ah ayo bangunlah.” Se-Mi tak kunjung bangun, ia terus membeku diposisinya yang semula dengan mata terpejam rapat dengan bibir yang agak membiru dan wajah pucat.
Xiumin memposisikan sebelah tangan Se-Mi berada di pundaknya dan Xiumin berusaha untuk menggendongnya. Ia berusaha untuk berdiri dengan kedua tangan dalam keadaan menggendong Se-Mi. Sangat berat memang, tapi xiumin tetap berusaha berjalan mengikuti jalan awal yang ia lewati. Tak lama kemudian mata Se-Mi yang semula berat kini mulai terbuka perlahan, ia merasa sedikit hangat. Matanya melihat sosok Xiumin yang menggendongnya, ia mulai bersuara.
“Xiumin ah..”  suara Se-Mi yang begitu lirih membuat Xiumin menoleh ke arahnya dengan wajah yang agak terkejut.
“Kau tak apa-apa?” tanya Xiumin dengan menghentikan langkahnya.
“Turunkan aku, aku sudah lebih baik” Xiumin pun menurunkannya perlahan, dan membopongnya untuk berjalan.   
Setelah beberapa meter mereka berjalan menyusuri hutan, Se-Mi mulai merasa sedikit sesak. Genggaman tangan Xiumin yang begitu erat di pundak Se-Mi membuatnya sedikit sesak.
“Xiumin-ah.. bisakah kau sedikit merenggangkan genggamanmu di pundakku?” tanya Se-Mi sambil mendongak ke arah Xiumin.
Xiumin tersontak dan dengan refleks langsung merenggangkannya “Mian, aku takut kau jatuh pingsan jadi aku memegangmu terlalu erat.” Ucap Xiumin dengan malu.
Se-Mi menengok ke arah pundak kanannya yang tadi digenggam erat Xiumin. “Mwo..? lenganku banyak darah” Se-Mi langsung mengecek tangan Xiumin. “ Tanganmu berdarah, waeyo?”
“Aku tak sengaja terjatuh dan tanganku menindih kerikil tajam, sudahlah tak perlu dicemaskan. Ini hanya luka kecil” Ucap Xiumin dengan logat santai, seakan tak terjadi apa-apa.
Se-Mi menyobek pakaiannya bangian bawah dan membalutkannya di luka tangan Xiumin “Tapi jika terinfeksi bisa sangat bahaya kau tahu. Pasti karena kau berlarian mencariku di hutan.”
Xiumin hanya sedikit tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal “Hehehe, Gomawo.”
“Seharusnya aku yang mengucapkannya, jika tak ada kau aku bisa mati kedinginan di dalam hutan. Kajja palliwa kita pulang, kita harus mengubati lukamu.”
Xiumin kembali memegang pundak Se-Mi untuk berjalan “Ayo” sambil menatap Se-Mi sekilah.
Se-Mi hanya sedikit  memamerkan senyumannya.
ˆ―ˆ
“Hmm dimana ya sepedanya? Aku lupa letaknya. Kau duduklah di batu ini dulu, oke” Ucap Xiumin, lalu ia berlari mencari sepeda yang ia gunakan untuk menaiki gunung dan menuju hutan.
“Aha.. itu dia, akhirnya ketemu juga” ia menegakkan sepeda itu yang semula tersungkur di tanah begitu saja. Ia menuntun sepedanya pada Se-Mi yang tak seberapa jauh jaraknya.
“Mian membuatmu agak menunggu, ayo naiklah di boncengan” ucap Xiumin sambil menjagrak sepedanya dan membopong Se-Mi untuk naik di boncengannya.
“Ini kan sepedaku? Bagaimana kau bisa memakainya?” ucap Se-Mi sambil dibopong ke sepeda.
Xiumin menaiki sepeda dan mengayuhnya “Ceritanya panjang, semua berawal ketika aku ingin berkunjung ke rumahmu untuk mengembalikan bukumu yang tertinggal di bangkumu”

FLASHBACK Xiumin POV
                Aku begitu menggigil menungguimu di depan rumah, aku terus menekan tombol bel dan memanggil namamu, tapi tak ada seorang pun yang menjawab. Dengan rasa penasaran dan sedikit lancang, aku masuk ke dalam rumahmu. Suasana sepi begitu menyelimuti rumahmu, hanya suara cerek di atas kompor yang terus berdenging. Setelah beberapa lama tak ada yang mematikan kompor akhirnya aku berlari menuju dapur dan mematikan kompornya dan mengecek isi cerek yang ternyata sudah kosong. Hal itu menjelaskan bahwa sudah cukup lama tak ada orang di rumah.
                Aku memanggil-manggil namamu, mencari di seluruh penjuru ruang dan sudut rumahmu di lantai 1, tak lama sebuah telepon berdering. Aku mengangkatnya, yang ternyata adalah ibumu, aku begitu gugup menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang meluncur dari seberang telepon. Tapi aku terus saja mengucapkan jawaban bohong, padahal aku ingin menanyakan keberadaanmu. 
Akhirnya step tantangan 1 selesai yaitu telepon dari ibumu. Diriku sudah merasakan ada hal yang tidak beres. Step 2 aku melangkahkan kembali diriku untuk mencarimu di lantai 2, mataku langsung tertuju pada kamar yang bertuliskan Se-Mi’. Begitu aku memasukinya Lukisan yang tertuliskan‘Dream Will Comes True <3 ^o^’, gunung indah biru yang di kelilingi pemandangan hijau juga tertera di atas kertas lukisan langsung menarik perhatianku. Awalnya aku hanya melihatnya sebagai lukisan biasa, tapi aku merasa pernah melihat lukisan tersebut. Aku berpikir keras sambil melihat ke luar jendela kamarmu yang terbuka dan mengingat, yang ternyata lukisan itu adalah gunung pemandangan yang terhampar di luar jendela kamarmu.......
Flashback END
Mereka terus bercerita satu-sama lain dengan meninggalkan kenangan baru di antara mereka yang begitu menarik. Sisi Misteri di rumah Se-Mi masih belum pernah terungkap. Sosok Xiumin yang begitu kutu buku juga ikut terseret dalam cerita misteri yang pernah Se-Mi alami. Akhirnya ia tahu mengapa Se-Mi bisa sampai ke dalam hutan tersebut.
Kyungsoo yang selalu menghampiri Se-Mi secara tiba-tiba kini tak pernah muncul, hanya tertinggal sebuah syal yang dulu pernah Se-Mi pakaikan pada Kyungsoo. Syal yang akhirnya Se-Mi buang bersama kaos yang pernah Kyungsoo pakai. Se-Mi kini memulai hidup barunya dengan sahabat barunya Xiumin, yang menolong hidupnya.
Kisahnya hanya diketahui oleh Xiumin seorang saja, tak pernah ada orang lain yang tahu kisah mereka berdua dengan rumah Se-Mi yang sebelumnya penuh misteri.

THE END

 



0 komentar:

Posting Komentar