(AUTHOR)
Laras Kkamjong
(CAST)
Se-Mi, Kyungsoo, Xiumin
(GENRE)
Friendship, Mistery, Romance
(RATE)
13+
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini
murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading Chingu :-)
Komen sangat dihargai, Don't Be SILENT READER
Yesterday:
“Aku sudah
berjanji padamu, ayo kita ke sana, sebelum senja tiba.” Se Mi terbelalak
mendengar ucapan Kyungsoo, bibirnya membentuk huruf ‘O’ karena kaget.
“Kau
bersungguh-sungguh?”
“Iya”
Sambil menunjukkan senyumnya ke dalam pandangan Se Mi.
“Bisakah
kau memejamkan matamu?” ujar Kyungsoo pada Se Mi.
Se Mi
mengangguk “Baiklah” ia mulai memejamkan kedua matanya.
Kyungsoo,
namja itu melepaskan bajunya. Ia lalu melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Se
Mi, sayap putih yang sangat besar dan lembut terkibar di antara punggung
Kyungsoo. Se Mi membalas pelukan Kyungsoo, Tapi Se Mi dapat merasakan sesuatu
yang aneh pada punggung namja itu. Sesuatu yang begitu lembut. Meski begitu ia
tetap memejamkan kedua matanya.
Kyungsoo
mengepakkan sayap gagahnya menuju langit. Angin dingin, matahari yang keemasan
nampak indah menghiasi langit yang mulai men-jingga. Rambut coklat Kyungsoo
bertabur dihempas angin. Se Mi yang berada dalam pelukan Kyungsoo kini mulai
merasakan dinginnya angin. Se Mi mencoba mengintip sedikit untuk melihat apa
yang terjadi. Kini ia bisa mengintip, ia dalam pelukan Kyungsoo yang memiliki
sayap indah di punggungnya. Perasaan Se Mi begitu berdebar dan bahagia. Namja
itu tidak terlalu atletis tetapi ia begitu tampan dan gagah. Langit begitu
indah dalam jarak dekat. Tanah begitu jauh sehingga semuanya terlihat seperti
mainan karena ukurannya terlihat begitu kecil dari langit. Ia tersenyum dan
memejamkan kembali kedua matanya. Kini ia tahu siapa Kyungsoo. Kyungsoo adalah
Malaikat yang dikirim Tuhan untuknya.
ˆ―ˆ
Ting
Tong...
Dari kejauhan terlihat seorang namja
berkulit putih itu berdiri tepat di depan pagar rumah Se Mi yang berwarna
kecoklatan. Rumah yang tampak begitu sepi, tetapi pintu rumahnya masih terbuka
meskipun pagarnya tertutup. Jendela yang ada di lantai 2 juga terbuka lebar,
gerai tirai bertebaran menampakkan setengah kainnya keluar jendela yang
tertipup angin. Namja itu sedikit menggigil karena angin dingin yang berhembus.
Sesekali ia menghangatkan tangannya dengan nafasnya sendiri.
“Se
Mi-ah...”
Tidak
ada yang menyahut dari dalam rumah, hanya seekor kucing yang sekedar lewat
mengeong padanya.
“Se
Mi-ah” kali ini ia sedikit berteriak. Ia juga menekan bel rumah beberapa kali.
Karena
khawatir ada sesuatu yang terjadi akhirnya ia membuka pintu pagarnya sendiri
dan mencoba memasuki rumah Se Mi sendirian. Meskipun dalam benaknya itu
bukanlah hal yang sopan.
Kini ia
mengangkat kakinya untuk memasuki pintu rumah. Sepi tidak ada suara kecuali
suara cerek yang mendenging di atas kompor. Namja itu hanya terdiam di dalam
ruang tamu, tapi setelah beberapa menit masih tidak ada yang mematikan kompor.
Dia sedikit berlari ke arah suara cerek dan segera mematikan kompor. Ia mencoba
menengok isi cerek. Sudah habis, airnya sudah habis karena terlalu lama di
rebus.
“Hah?
Habis. Siapa yang merebus?” Ia menegok seluruh sudut “Sepi..”
“Se
Mi-ah... kau dirumah?” ia berteriak sambil mencari Se Mi dari dalam rumah.
Tilililit...
Tilililit....
Telepon
rumah berbunyi, Namja itu segera mengangkatnya.
“Yoboseyo.. Se Mi-ah” terdengar suara
seorang perempuan dari seberang telepon.
“Yoboseyo..
umm saya teman Se Mi, Xiumin..” ucap namja itu sedikit tergagap.
“Owh.. dimana Se Mi..?” Tanya perempuan
itu yang notaben-nya adalah ibu Se Mi.
Namja
itu sedikit bingung untuk menjawabnya, “Owh.. Se Mi masih di kamar kecil”
“Owh Xiumin sampaikan pada Se Mi, ibunya
pulang malam sekali. Jadi suruh dia tidur lebih awal tidak usah menunggu ibu
dan ayahnya.”
“Baik
.. saya akan menyampaikannya” Ucap Xiumin
“Ada acara apa ke rumah Se Mi? Xiumin”
pertanyaan itu akhirnya membuat Xiumin agak gelagapan untuk menjawabnya.
Xiumin
manggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, Ia mencoba mencari alasan “O..
Oh.. kita ada kerja kelompok”
“Baiklah, jaga Se Mi eoh?”
“Tentu..
Anyeong” Ucap Xiumin
“Anyeong”
Xiumin
segera menutup teleponnya. Ia menghembuskan nafas lega karena akhirnya bisa
berhenti berbicara bohong dari ibunya Se Mi. Ia segera mencari kamar Se Mi. Ia
mencari-cari Se Mi, ia merasa ada yang tidak beres dengan Se Mi.
Ia
mencari seluruh kamar yang ada di lantai bawah. Tapi tidak ada tanda-tanda
bahwa kamar yang sudah ia periksa adalah kamar Se Mi. Ia berjalan menuju lantai
2, lorongnya sedikit remang.
Xiumin
menemukan sebuah pintu dengan keadaan sedikit terbuka. Pintu yang tertempel
sebuah papan kecil bertuliskan ‘Se-Mi’. Ia segera berjalan untuk
memasukinya. Terlihat ia sedang melihat-lihat keadaan kamar Se Mi. Sehelai
pakaian juga tergolek di atas kasur, pakaian putih berlengan panjang yang
bertuliskan ‘Cheonsa’ (Malaikat),
pakaian yang tadi sempat dipakai Kyungsoo.
“Kenapa
ia meninggalkan rumah dalam keadaan terbuka? Aneh” Ia sedikit berpikir sambil
memondar-mandirkan tubuhnya. Ia juga menggigit jarinya, kebiasaannya saat
berfikir. Sampai akhirnya sebuah lukisan karya tangan Se Mi yang tertempel di
tembok membuyarkan pikirannya. Lukisan yang di gambar Se Mi saat jam kosong
dikelas 2 hari yang lalu. Lukisan yang tertuliskan‘Dream Will Comes True
<3 ^o^’, gunung indah biru yang di kelilingi
pemandangan hijau juga tertera di atas kertas lukisan itu.
“Lukisan
ini begitu indah” ia meraba lukisan itu perlahan dan memperhatikannya.
Xiumin
menunduk dan memejamkan matanya sejenak, tetapi tangannya masih memegang
lukisan tersebut “Apa aku pernah melihatnya sebelum ini? Tidak asing bagiku” ia
berlalu dan menengok ke luar jendela yang terbuka lebar.
“Tapi
di mana?” ia berpikir keras sambil menatap kosong ke dalam pemandangan yang
terhampar di luar. “Aha itu dia... itu.. gunung itu, ya lukisan itu adalah
pemandangan ini” sambil menunjuk gunung yang ada di luar jendela.
“Untuk
apa dia melukisnya?” ia menanyakan pertanyaan yang mengiang di kepalanya. Lalu
ia menaikkan pundaknya dan memiringkan sebelah bibirnya seakan menjawab sendiri
“Tak tahu” .
Ia
berjalan menuju meja belajar dan menemukan sebuah buku bermodel vintage. Ia membuka pita yang terlilit
di buku itu dan membuka simpulnya, sampulnya telah terbuka dan tertulis di
lembar pertama “Hi, Welcome in My Diary :* ”
“Haha,
tulisan gadis ini begitu kekanak-kanakan” ia tersenyum melihat tulisan Se Mi
yang seperti gadis cilik. Ia membuka selembar-demi lembar halaman buku vintage Se Mi.
ˆ―ˆ
Se Mi merasakan kakinya menapak
pada tanah. Tangannya belum melepaskan Kyungsoo, tapi Kyungsoo melepasnya
perlahan. Ia mesih terus terpejam seperti kata Kyungsoo.
“Apa
aku boleh membuka mataku?” benak Se Mi sangat senang saat itu, ia sudah bisa
meraih apa yang dia inginkan.
“Kyungsoo?”
tak ada yang menyahut. Hanya suara dedaunan kering yang tersapu angin.
Kini
ia mulai takut “Kyungsoo!” Ia berteriak, tapi benar-benar tak ada yang
membalasnya. Kini ia membuka matanya. Sendiri tak ada siapapun, hanya pepohonan
yang tinggi dan serangga. Beberapa nyamuk mengerubunginya.
“Ih...”
ia mengarahkan tangannya kesana-kemari, mengusir nyamuk.
“Kyungsoo-ah...”
Ia berteriak sekencang-kencangnya. Sepi...
Agkkk..agkk...
Suara
gagak begitu membuat Se Mi kaget dan semakin takut. “Kyungsoo-ah..” ia semakin
memelankan suaranya.
Ia
menyusuri gunung itu sendirian, ia menghalau ranting-ranting yang ada. Beberapa
ranting yang terjuntai juga tak terasa telah menggores kulit mulusnya, dan
membuat sedikit luka di permukaannya.
“Awh..”
ia menengok ke arah tangannya.
Yeoja
itu sedikit menggigil, bibirnya sedikit membiru, begitu juga dengan ujung-ujung
jarinya yang membiru “Kenapa semua begitu terbalik dengan yang aku inginkan,
menyeramkan. Setidaknya aku dapat menghirup udara pegunungan yang begitu
dingin.” Sambil duduk di bawah pohon dengan mendekap kedua lututnya untuk
menghangatkan tubuhnya yang menggigil dan ketakutan.
ˆ―ˆ
Xiumin segera menutup diary dan
pergi untuk mencari Se Mi ke gunung indah yang ada di seberang itu. Ia segera
memakai jaket yang tadi ia kenakan. Ia menutup semua pintu. Namja itu menuju
halaman, sepeda berwarna putih juga terparkir di halaman. Ia mengambil sepeda.
“Mian,
aku meminjamnya dulu” Dengan nada sedikit gugup, tapi sudah tak ada waktu lagi.
Langit terang mulai memudar.
Sepeda
kayuh itu terus memutarkan rodanya cepat. Rambut coklat xiumin bertaburan
tersirat angin, matanya terus fokus menanjaki padang rumput yang hampir dekat
dengan gunung. Telapak tangannya yang menggenggam erat setir sepeda
lama-kelamaan berkeringat.
ˆ―ˆ
“Aku
tidak bisa diam saja di sini, aku harus mencari jalan keluar” Ia bangkit dari
duduknya sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Ia terus menggosokkan kedua tangannya yang
sedingin es. Ia berlari menyusuri tanah yang menurutnya adalah jalan pertolongan
(Bisa dibilang seperti jalan setapak). Berlari dan terus berlari, ia terus
melaju tanpa tahu arah. Nafasnya memburu seiring dengan derap kakinya yang
cepat. Kakinya yang semula cepat kini mulai melamban seiring tenaganya yang
mulai habis dan kedinginan. Dia membungkuk dan menunduk ke arah tanah dengan
kedua tangan yang berpangku pada kedua lututnya yang sedikit menekuk, ia mulai
mengatur nafasnya. Kepulan asap keluar dari bibirnya yang mulai sedikit
membiru. Ia mulai berdiri tegap dan merapikan rambutnya yang semulai terurai
dengan membentuknya seperti kuncir buntut kuda, tangan kirinya memegang
rambutnya yang masih dirapikan, sedangkan mulutnya menarik karet rambut yang
ada dipergelangan tangannya dan meregangkannya untuk dikuncirkan pada
rambutnya.
Kini
ia benar-benar ingin menemukan jalan keluar, “Se-Mi hwaiting” sembari
menganggukkan kepalanya dengan mantap. Langit biru yang mulai meredup tak
mematahkan gadis pemberani itu untuk mengalahkan hutan rimbun tersebut. Kini ia
mulai berpikir apa yang harus ia lakukan. Alisnya mengkerut dengan menggigiti
bibir bawahnya dengan keras tak terasa darah segar keluar dari bibir pinknya.
Tes..
Darah
itu menetesi blouse pink yang ia kenakan, bahkan ia tidak merasakan bibirnya
yang telah berdarah karena ia gigiti. Ia berfikir keras. Namun tiba-tiba
terdengar suara burung, suara ini bukan suara burung biasa. “Burung ini.. Mocking Jay” ia berlari menuju arah
suara burung itu. Kata eommanya, dulu ketika eommanya tersesat di dalam hutan
yang lebat, kakekknya mencari eomma nya dengan berteriak dan burung Mocking Jay akan bersuara seperti suara
yang kakeknya keluarkan, dan eommanya mengikuti suara tersebut dan ternyata
kakeknya ada di dekat sumber suara burung Mocking
Jay tersebut.
Ia
terus berlari mengikuti suara burung Mocking
Jay tersebut, keringat dingin mulai menetes di pelipisnya. Pandangannya
mulai meredup, tapi ia menggelengkan kepalanya dan tetap terus berlari
mengikuti suara.
ˆ―ˆ
Xiumin sudah sampai didepan
hutan, saking lebatnya bahkan sepeda pun tak bisa lewat. Xiumin lansung
meletakkan sepedanya dan berlari ke dalam hutan. Ia berlari dan berlari mencari
jejak Se-Mi. Ia berlari dengan sesekali menggosok kedua tangannya yang dingin,
wajahnya mulai memerah seolah suhu bertambah dingin. Bibirnya mengepulkan uap
putih di udara. Sesekali ia berhenti untuk melihat kadaan sekitar. Xiumin
menengok keseluruh arah, ia hanya melihat pohon, beberapa serangga, dan daun
kering di tanah.
“Se-Mi
ah.. kau dimana?” ia berteriak mencari Se-Mi dengan kedua tangan yang seperti
ditelungkupkan dikanan-kiri bibirnya seolah sebagai pengeras suara. Ia
terengah, degupnya jantungnya menderu. “Odhiya Se-Mi ah??”
Kini
Ia berlari dan dengan memanggil nama Se-Mi denga menengok ke sekitarnya. Tanpa
sadar ia menyandung sebuah akar pohon yang melintang di tanah. Ia terjatuh dan
telapak tangannya menindih batu kerikil yang cukup tajam, yang membuat goresan
luka di tangannya.
Tes..tes..
Darahnya
menetes beberapa kali meskipun tak begitu deras. Ia agak meringis sedikit
kesakitan. Xiumin menghisap darahnya dan meludahkannya, untuk mengurangi darah
yang menetes.
“Ihh..darah
tak enak..” Ia sedikit mengkerut setelah menghisap darah di tangannya. Kini ia
mulai kembali berjalan dengan sebelah tangannya memegang bagian tangannya yang
terluka.
Seekor
burung bertengger disalah satu cabang ranting yang cukup tinggi. Bburng yang
tak terlalu besar dan tak terlalu kecil.
“Itu
burung Mocking Jay” Ia mengingat
bakat Mocking Jay yang bisa berteriak
mengikuti suara orang yang berteriak. Xiumin mulai beranang-ancang dan menarik
napas dalam dan mulai berteriak.
Ahkkk...Aaaaaa.......
Burung
tersebut juga berteriak mengikuti suara Xiumin tapi dengan frekuensi yang
begitu keras.
“Se-Mi
ah semoga kau tahu pesanku”
ˆ―ˆ
Se-Mi masih terus berlari
mengikuti suara burung tersebut. Matanya mulai menyayu dan pandangannya sedikit
blur, ia berlari dan seperti melihat
bayangan seseorang yang berposisi membelakanginya. Matanya yang meblur dan fisiknya yang tak kuat,
tiba-tiba tubuhnya melemas dan pandangannya mulai gelap dengan perlahan.
Se-Mi
agak berdesis “Tolong”
Brug
Se-Mi
jatuh dan pingsan tak jauh dari orang itu. Orang itu berbalik karena mendengar
sesuatu yang ada di belakanganya. Orang tersebut terbelalak karena melihat
Se-Mi berada hanya 10 meter di belakangnya dalam keadaan pingsan. Orang
tersebut tak lain adalah Xiumin yang tadi memberikan sinyal suara. Ia langsung
berlari ke arah Se-Mi yang pingsan. Ia berusaha memposisikan Se-Mi dalam pangkuannya
dan memegang keningnya. Keningnya begitu panas, tapi tangan Se-Mi begitu
dingin. Xiumin menggosokkan kedua tangannya ke tangan Se-Mi yang sangat dingin,
berharap untuk menghangatkannya. Pakaian Se-Mi juga tipis tanpa jaket, Xiumin
melepaskan mantel yang ia gunakan dan memakaikannya di tubuh Se-Mi. Xiumin
berusaha membangunkan Se-Mi dengan memangil namanya dan sedikit mengoyak-oyak
pipinya.
“Se-Mi
ah, bangunlah. Se-Mi ah ayo bangunlah.” Se-Mi tak kunjung bangun, ia terus
membeku diposisinya yang semula dengan mata terpejam rapat dengan bibir yang
agak membiru dan wajah pucat.
Xiumin
memposisikan sebelah tangan Se-Mi berada di pundaknya dan Xiumin berusaha untuk
menggendongnya. Ia berusaha untuk berdiri dengan kedua tangan dalam keadaan
menggendong Se-Mi. Sangat berat memang, tapi xiumin tetap berusaha berjalan
mengikuti jalan awal yang ia lewati. Tak lama kemudian mata Se-Mi yang semula
berat kini mulai terbuka perlahan, ia merasa sedikit hangat. Matanya melihat
sosok Xiumin yang menggendongnya, ia mulai bersuara.
“Xiumin
ah..” suara Se-Mi yang begitu lirih
membuat Xiumin menoleh ke arahnya dengan wajah yang agak terkejut.
“Kau
tak apa-apa?” tanya Xiumin dengan menghentikan langkahnya.
“Turunkan
aku, aku sudah lebih baik” Xiumin pun menurunkannya perlahan, dan membopongnya
untuk berjalan.
Setelah
beberapa meter mereka berjalan menyusuri hutan, Se-Mi mulai merasa sedikit sesak.
Genggaman tangan Xiumin yang begitu erat di pundak Se-Mi membuatnya sedikit
sesak.
“Xiumin-ah..
bisakah kau sedikit merenggangkan genggamanmu di pundakku?” tanya Se-Mi sambil
mendongak ke arah Xiumin.
Xiumin
tersontak dan dengan refleks langsung merenggangkannya “Mian, aku takut kau
jatuh pingsan jadi aku memegangmu terlalu erat.” Ucap Xiumin dengan malu.
Se-Mi
menengok ke arah pundak kanannya yang tadi digenggam erat Xiumin. “Mwo..?
lenganku banyak darah” Se-Mi langsung mengecek tangan Xiumin. “ Tanganmu
berdarah, waeyo?”
“Aku
tak sengaja terjatuh dan tanganku menindih kerikil tajam, sudahlah tak perlu
dicemaskan. Ini hanya luka kecil” Ucap Xiumin dengan logat santai, seakan tak
terjadi apa-apa.
Se-Mi
menyobek pakaiannya bangian bawah dan membalutkannya di luka tangan Xiumin
“Tapi jika terinfeksi bisa sangat bahaya kau tahu. Pasti karena kau berlarian
mencariku di hutan.”
Xiumin
hanya sedikit tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak
gatal “Hehehe, Gomawo.”
“Seharusnya
aku yang mengucapkannya, jika tak ada kau aku bisa mati kedinginan di dalam
hutan. Kajja palliwa kita pulang, kita harus mengubati lukamu.”
Xiumin
kembali memegang pundak Se-Mi untuk berjalan “Ayo” sambil menatap Se-Mi
sekilah.
Se-Mi
hanya sedikit memamerkan senyumannya.
ˆ―ˆ
“Hmm
dimana ya sepedanya? Aku lupa letaknya. Kau duduklah di batu ini dulu, oke”
Ucap Xiumin, lalu ia berlari mencari sepeda yang ia gunakan untuk menaiki
gunung dan menuju hutan.
“Aha..
itu dia, akhirnya ketemu juga” ia menegakkan sepeda itu yang semula tersungkur
di tanah begitu saja. Ia menuntun sepedanya pada Se-Mi yang tak seberapa jauh
jaraknya.
“Mian
membuatmu agak menunggu, ayo naiklah di boncengan” ucap Xiumin sambil menjagrak
sepedanya dan membopong Se-Mi untuk naik di boncengannya.
“Ini
kan sepedaku? Bagaimana kau bisa memakainya?” ucap Se-Mi sambil dibopong ke
sepeda.
Xiumin
menaiki sepeda dan mengayuhnya “Ceritanya panjang, semua berawal ketika aku
ingin berkunjung ke rumahmu untuk mengembalikan bukumu yang tertinggal di
bangkumu”
FLASHBACK
Xiumin POV
Aku begitu menggigil menungguimu
di depan rumah, aku terus menekan tombol bel dan memanggil namamu, tapi tak ada
seorang pun yang menjawab. Dengan rasa penasaran dan sedikit lancang, aku masuk
ke dalam rumahmu. Suasana sepi begitu menyelimuti rumahmu, hanya suara cerek di
atas kompor yang terus berdenging. Setelah beberapa lama tak ada yang mematikan
kompor akhirnya aku berlari menuju dapur dan mematikan kompornya dan mengecek
isi cerek yang ternyata sudah kosong. Hal itu menjelaskan bahwa sudah cukup
lama tak ada orang di rumah.
Aku memanggil-manggil namamu,
mencari di seluruh penjuru ruang dan sudut rumahmu di lantai 1, tak lama sebuah
telepon berdering. Aku mengangkatnya, yang ternyata adalah ibumu, aku begitu
gugup menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang meluncur dari seberang telepon.
Tapi aku terus saja mengucapkan jawaban bohong, padahal aku ingin menanyakan
keberadaanmu.
Akhirnya
step tantangan
1 selesai yaitu telepon dari ibumu. Diriku sudah merasakan ada hal yang tidak
beres. Step 2 aku melangkahkan kembali diriku untuk mencarimu di lantai 2,
mataku langsung tertuju pada kamar yang bertuliskan ‘Se-Mi’. Begitu aku
memasukinya Lukisan yang tertuliskan‘Dream Will Comes True
<3 ^o^’, gunung indah biru yang di kelilingi pemandangan
hijau juga tertera di atas kertas lukisan langsung menarik perhatianku. Awalnya
aku hanya melihatnya sebagai lukisan biasa, tapi aku merasa pernah melihat
lukisan tersebut. Aku berpikir keras sambil melihat ke luar jendela kamarmu
yang terbuka dan mengingat, yang ternyata lukisan itu adalah gunung pemandangan
yang terhampar di luar jendela kamarmu.......
Flashback
END
Mereka
terus bercerita satu-sama lain dengan meninggalkan kenangan baru di antara
mereka yang begitu menarik. Sisi Misteri di rumah Se-Mi masih belum pernah
terungkap. Sosok Xiumin yang begitu kutu buku juga ikut terseret dalam cerita
misteri yang pernah Se-Mi alami. Akhirnya ia tahu mengapa Se-Mi bisa sampai ke
dalam hutan tersebut.
Kyungsoo
yang selalu menghampiri Se-Mi secara tiba-tiba kini tak pernah muncul, hanya
tertinggal sebuah syal yang dulu pernah Se-Mi pakaikan pada Kyungsoo. Syal yang
akhirnya Se-Mi buang bersama kaos yang pernah Kyungsoo pakai. Se-Mi kini
memulai hidup barunya dengan sahabat barunya Xiumin, yang menolong hidupnya.
Kisahnya
hanya diketahui oleh Xiumin seorang saja, tak pernah ada orang lain yang tahu
kisah mereka berdua dengan rumah Se-Mi yang sebelumnya penuh misteri.
0 komentar:
Posting Komentar