(AUTHOR)
Laras Kkamjong
(CAST)
Se-Mi, Kyungsoo, Xiumin
(GENRE)
Friendship, Mistery, Romance
(RATE)
13+
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS
CANTUMIN NAMA
Happy
reading Chingu :-)
Komen sangat dihargai, Don't Be SILENT READER
Yesterday:
“Aku
bisa membawamu ke sana” suara misterius berucap di belakang Se Mi.
Krek..
Suara
bajunya yang sobek karena tersangkut kursi ketika berdiri.
“Siapa itu?” tak ada siapa-siapa di belakangnya,
seketika itu berdiri bulu romanya.
Se
Mi langsung mengambil benda terdekat yang ada di sampingnya, buku kamus tebal
untuk melindungi dirinya.
“Aku di
sini” sebuah suara misterius yang berbisik di telinga kanan, sontak membuatnya
kaget dan terjatuh.
Bruk..
“Awh..”
Se Mi mendesah. Ia mengelus kepalanya yang kesakitan. Tiba-tiba ada sebuah
uluran tangan di hadapannya “Woa.. siapa kau?” kagetnya.
Orang
misterius itu hanya sedikit tersenyum, dengan wajah pucatnya ia berdiri tepat
di depan Se Mi dengan satu tangannya yang mengulurkan bantuan. Dengan sedikit
takut Se Mi menerima uluran tangan itu.
Se Mi
berdiri dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari orang misterius itu. Pria pucat
dengan rambut sedikit cepak.
“Tanganmu..
dingin sekali, jangan-jangan kau pencuri ya? TOLO–pria itu langsung menutup
bibir Se Mi dengan tangannya yang dingin. Se Mi terdiam dalam bekapannya, wajah
mereka hanya berjarak 1 jengkal tangan. Se Mi merasakan getaran yang lain,
jantungnya merasakan hingga berdegup kencang.
Dengan
wajah pucat dan datar ia berkata “Tolong, jangan berisik. Aku hanya ingin
berteman” dengan pelan ia melepaskan bekapannya.
Untuk
menghilangkan rasa aneh, ia berlagak konyol “enggg....tidak, aku tidak percaya,
TOLO– cup... pria misterius itu mencium sekilas pipi Se Mi. Dadanya yang semula
berdegup kencang kini pecah seketika karena kecupan hangat pria tersebut.
“Apa
kau bisa diam sekarang?” tanyanya datar dengan wajah dingin dan pucat.
Se Mi
hanya diam terpaku dengan pelan-pelan berjalan ke meja belajarnya dan duduk. Ia
hanya memegang pipinya yang memerah.
“Um..
untuk apa kau ke sini? Siapa sebenarnya dirimu?” dengan perasaan sedikit kesal dan aneh.
Pria
itu duduk di ujung kasur Se Mi dan berkata “Aku pernah tinggal di sini.”
“Kau...
wajahmu, badanmu pucat dan dingin sekali. Apa kau sakit?” Se Mi berdiri dan
mengambil syal putih yang ia temukan tadi. Se Mi mengalungkannya di leher pria
itu.
“Siapa
namamu?” tanya Se Mi
“Aku Do
Kyung Soo, kau Se Mi bukan?” ucapnya datar sambil menatap ke luar jendela.
Se Mi
kembali ke tempat duduknya ia kembali memandangi gunung hijau itu. Tapi
seklebat setelah itu sebuah perasaan muncul dari benak Se Mi “Ini semua, tadi De Javu dari mimpiku
kemarin” Se Mi langsung membalikkan tubuh dan Kyungsoo sudah tidak ada di
kamarnya.
Syal
putih yang ia berikan pada Kyungsoo sudah tergeletak di atas kasur Se Mi. Angin
dingin mulai berhembus melalui jendela yang terbuka. Se Mi menutup perlahan
jendela dan pergi menuruni tangga mencari Kyungsoo.
“Kyung
Soo kau kemana?” teriaknya keras-keras. Tak ada siapa-siapa di rumahnya.
Se Mi
akhirnya duduk menyerah untuk menemukan KyungSoo yang hilang begitu saja. Suasana
yang sepi tak sengaja membuatnya tertidur bersandar di kursi.
Suara
klakson mobil berbunyi di depan rumah Se Mi, sorotan cahaya lampu menusuk masuk
dari jendela ruang tamu membuat matanya silau. Ayah dan Ibu Se Mi sudah datang.
Mereka membawa 1 kantung kresek besar makanan ringan. Se Mi melonjak bangun dan
berlari keluar dengan kegirangan.
“Yey
ayah dan ibu pulang..makanan ini untukku?” tanya Se Mi sambil menunjuk kantung
kresek putih besar yang di bawa ibunya.
“Iya”
ucap ibu singkat.
“Ibu
tahu, tadi kakiku hampir copot karena berjalan kaki dari sekolah ke rumah. Tapi
karena ibu dan ayah sudah membelikanku makanan-makanan ini, ibu aku maafkan.”
dengan menunjukkan deretan giginya.
Se Mi
mengambil kantung kresek itu dan membawanya masuk ke dalam. Ia meletakkan
makanan-makanan itu di dalam kulkas. Dan
mengambil sebagian makanan itu ke dalam kamarnya.
ˆ―ˆ
Sinar mentari yang menembus
jendela kamarnya serasa mengetuk mata Se Mi untuk terbuka. Burung pipit di
ranting pohon pinus berkicau seraya membuat alarm di telinga Se Mi. Gadis itu
hanya membalikkan tubuhnya memunggungi sinar yang ada. Beberapa menit kemudian
ia bangun dari tidurnya dengan mata yang sangat sayu.
Ia
mengucek-ucek matanya seraya sekilas melihat jam dinding “Oh.. jam 07.10..–setelah
beberapa detik ia mulai tersadar– Hah?? Jam 07.10, dua puluh menit lagi jam
masuk kelas.” Se Mi segera menyingkirkan selimut yang ada di badannya dan
berlari ke kamar mandi.
5 menit kemudian..
“Kya.. 15
menit lagi...” Se Mi segera berganti pakaian dan mencangklong tas punggungnya
yang berwarna putih-pink.
Se Mi
segera keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar, ia berlari menuruni tangga
“Ibu.. Ayah..” sambil mencari orangtuanya di kamar.
“Aish...
mereka berangkat tanpaku.” Dengan cepat Se Mi keluar rumah dan mengunci semua
pintu dan menunggangi sepeda putihnya.
Di Sekolah..
Se Mi berlari secepat kilat
menuju kelasnya. Ia menyusuri lorong dengan keringat yang mengalir di pelipis
dan napas terengah. Rambutnya yang tergerai masih berantakan. Ia sampai di
depan kelas dengan keadaan yang cukup berantakan, pelan-pelan ia memasuki
kelas. Se Mi sudah tidak bisa berpikir kali ini, ia sangat kacau dan lelah.
“Selamat
pagi soesanime.” Ucap Se Mi dengan membungkukkan punggungnya.
Soesanime
itu menoleh pada Se Mi “Pagi Se Mi, kenapa kau terlambat?” tanya Soesanime Tae
Woo.
Mata
coklat Se Mi tak pernah lepas menatap lantai, ia takut menatap gurunya sendiri.
Se Mi
kembali membungkukan badannya “Mianhaeyo, aku terlambat bangun pagi.” Ujar Se
Mi sambil menggigit ujung bibirnya.
“Hanya
itu alasanmu? Sepele sekali. Baiklah kau harus membersihkan kamar mandi wanita
sampai bel istirahat berbunyi” Ucap Soesanime Tae Woo. Se Mi menoleh ke arah
soesanime Tae Woo, tatapannya yang tajam serasa menusuk harga diri Se Mi.
Se Mi
membungkuk dan pergi dari kelas suram itu, menuju toilet perempuan di ujung
koridor utama. Sambil menaik-turunkan dadanya yang kesal karena memikirkan
hukuman soesanime Tae Woo ia terus menggerutu di bibirnya yang manyun. Ia melankah lambat sekali menuju
kamar mandi, tapi akhirnya ia hampir di ruangan yang dicat biru dengan barisan
cermin di depan wastafel.
“Huft..
apa yang harus kubersihkan jika sudah sebersih ini, dasar guru aneh.” Sambil menyandarkan diri di tembok kamar
mandi.
Ia
melangkah malas untuk mengambi kain pel yang ada di sudut ruangan. Dan
membasuhnya dengan air karbol. Ia memaju-mundurkan gagang pel itu perlahan dari
satu sisi ke sisi lainnya. Setelah 20 menit ia menghabiskan waktu untuk
mengepel, akhirnya selesai. Keringat bening mulai menetes dari pori-pori
kulitnya.
Mengelap
keringat dengan punggung tangannya, “Se Mi Hwaiting” ucapnya menyemangati
dirinya seorang.
Se Mi
memasuki salah satu kamar mandi yang dibatasi oleh sekat-sekat. Bau pesing amoniak mulai tercium di batang
hidungnya.
Matanya
menekan dan menyudutkan penglihatannnya yang terpusat oleh kloset duduk
tertutup, sebuah benda seperti kumpulan benang hitam terjuntai di jepitan
kloset yang tertutup. Ia berjalan perlahan menuju kloset tersebut, jantungnya
mulai berdebar. Keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya. Tangan mungilnya perlahan meraih tutup
kloset.
Dag..
Kloset
terbuka, sebuah kepala orang berambut panjang yang berdarah-darah dengan
goresan-goresan benda tajam jelas tercetak di wajahnya.
“Waaaaaa...”
pekikan dan teriakan suara Se Mi yang berdengung di seluruh kamar mandi.
Sleb...
Se Mi
mulai menggidikkan kepalanya untuk menghapus bayang pikirannya, yang
benar-benar menakutkan, “Tidak..tidak..lupakan, dasar otak udang. Itu hanya di
film-film horror” pekiknya memberanikan diri.
Ia
membuka pintu kamar mandi, dan melihat kloset duduk yang tertutup. Ia mencoba
membuka perlahan. Keringat dingin mengucur dari dahinya. Heart attack mulai menyerangnya. “Beranikan diri, beranikan diri” dalam benak Se Mi.
Dag...
Tutup
kloset terbuka, hanya air yang tergenang di lubang wc. Nafas lega berhembus
dari mulutnya. Ia mengelap keringat dinginnya, “Dasar Se Mi paranoid” pekiknya.
Dep..
Sesuatu
meraih pundak kanannya, Se Mi terbelalak. Ia menoleh ke pundak kanannya, sebuah
tangan memegang pundaknya.
“Waaaaaaa...”
Ia ketakutan setengah mati, ia melompat-lompat kecil karena ketakutan.
Tiba-tiba
tangan itu membekap mulutnya, Se Mi berusaha berteriak tapi tidak bisa. Air
mata menitik di matanya, ia memukul-mukul tangan misterius itu.
Tangan
itu menariknya untuk membalikkan badan.
“Sstt...”
Bekapan
itu dilepas dari mulutnya.
Se Mi
terjatuh lemas ke lantai kamar mandi, tapi matanya masih terbuka sayu.
Tangannya masih gemetaran, keringat dingin mengucur deras dengan nafas memburu.
“Se Mi,
kau tidak apa-apa?” orang tersebut berjongkok menyetarakan tubunya dengan Se
Mi.
Tiba-tiba
Se Mi memeluk orang tersebut dan menangis.
Orang
tersebut terbelalak karena pelukan Se Mi “Maafkan aku mengagetkanmu, aku tidak
bermaksud.”
“Kau
tidak tahu berapa takutnya aku karenamu Xiumin” Se Mi masih terus menangis di
pelukan Xiumin
Xiumin
melepaskan pelukannya “Sudah sudah, aku diam-diam ke sini untuk memberikanmu
sebotol minuman.” Sambil menyodorkan botol tesebut dan senyum polosnya.
“Terima
kasih” ucap Se Mi mengambil botol tersebut.
Xiumin
mulai berdiri dari tempatnya semula dan memberi bantuan Se Mi untuk berdiri .
“Aku ke
kelas dulu” Xiumin mulai berbalik dan berjalan beberapa langkah, tetapi tangan
Se Mi menahannya
“Jangan,
aku takut sendirian di sini.” Ujarnya
sambil menggenggam erat pergelangan tangan Xiumin.
“Tapi
jika kita ketahuan berdua bersama di kamar mandi perempuan kita akan mendapat
hukuman, apa kau tidak lelah dihukum?” Ucap Xiumin mengingatkan.
“Ten..tentu
saja aku sangat lelah”
“Umm,
aku ada ide”
ˆ―
Dengan langkah berat Xiumin
berjalan menuju kelasnya. Dengan wajah polos dan khawatir Ia memasuki kelas
dengan susah payah.
“Se Mi
pingsan..”Ucapnya dengan wajah khawatir. Dalam keadaan menggendong Se Mi ia
menuju bangku kelasnya.
Seluruh
siswa bahkan soesanime Tae Woo mendekatinya.
“Ada
apa?” tanya soesanime Tae Woo pada Xiumin
“Dia
pingsan karena kelelahan mungkin” ucapnya sambil mendudukan Se Mi yang masih
terpejam. Xiumin memegang kepala Se Mi agar tidak jatuh dari kursi dan
menyandarkan di badannya.
Soesanime
tampak khawatir dan mulai panik “Bawa dia ke UKS saja”
“Baiklah
soesanime” ucap Xiumin.
Beberapa
murid membantu Xiumin untuk membopong Se Mi ke UKS.
ˆ―
Seluruh murid yang membantu
Xiumin sudah kembali ke kelas, sedangkan soesanime Tae Woo memberikan pesan
pada Xiumin.
“Xiumin
kau yang menjaganya ya, soesanime akan mengajar kembali di kelas” pesannya.
Xiumin
membungkuk “Baik Soesanime”.
Soesanime
Tae Woo keluar dari ruang UKS dan kembali ke dalam kelas. Xiumin dan Se Mi tinggalah
berdua di dalam UKS.
Xiumin
menggoyang-goyangkan tangan Se Mi “Se Mi-ah bangun, kau..”
Se Mi
membuka sebelah matanya “Apa semua sudah keluar?” lalu membuka kedua matanya.
“Iya”
Xiumin menunduk.
“Kita
berhasil, tapi kenapa kau seperti itu?” tanya Se Mi, bangkit dari tidurnya.
“Aku
merasa bersalah, sudah membohongi mereka semua”
“Sudahlah..
tidak apa-apa, lagi pula tadi aku memang kurang enak badan. Kau tidak
sepenuhnya berbohong” Se Mi menepuk pundak Xiumin yang sedang duduk di kursi
sebelahnya.
“Baiklah”
Xiumin hanya mengangguk lesu.
ˆ―
Se Mi, gadis cantik itu sedang
meremas lemon dan menuangkan ke dalam gelas. Beberapa batu es juga ia
cemplungkan ke dalamnya. Ia juga merebus air yang cukup banyak sore itu,
secerek penuh. Lalu, Ia membawa es lemonnya ke kamar. Derap kakinya terdengar
ketika menaiki tangga keramik. Pakaian blouse pink dengan celana pendek putih
sangat cute ia kenakan sore itu. Baru
saja beberapa langkah ia menaiki anak tangga dengan tangan kirinya yang
memegang ponsel dan tangan kanan memegan es lemon, matanya tak pernah lepas
dari layar ponsel, tiba-tiba ada sepasang kaki di hadapannya. Ia mulai menelusuri
kaki itu sampai kepala.
Se Mi
mendongak “Hah.. KyungSoo kau mengagetkanku saja”
“Ayo ke
kamarku” Se Mi langsung menyambar tangan KyungSoo “Aishh.. dingin sekali” Se Mi
sedikit mengerut, tetapi langsung memberikan senyumnya pada Kyungsoo. Se Mi
begitu bersemangat dengan setengah berlari menaiki tangga, sampai-sampai ia
kehilangan keseimbangan dan jatuh. Kyungsoo ada di belakangnya, ia langsung
menangkap tubuh Se Mi dalam dekapannya. Minuman lemon yang dibawa Se Mi tumpah
di pakaian Kyungsoo.
Se Mi
segera bangkit dari pelukan Kyungsoo“Hah.. lemonku tumpah, Mianhae Kyungsoo” Se
Mi terus mengelap pakaian Kyungsoo dengan lengan baju yang ia kenakan.
“Sudahlah”
Kyungsoo memegang tangan Se Mi dan sedikit menyingkirkannya.
Se Mi
membungkuk “Jeongmal mianhae”Kyungsoo sedikit menyunggingkan senyum.
“Ah..
kau harus mengganti pakaianmu yang basah” Sambil memegang pakaian Kyungsoo
sekilas.
Kyungsoo
menatap Se Mi bingung dan sedikit berkerut seakan berpikir ‘betapa innocent-nya gadis ini’ “Apa kau
benar-benar??..” sambil memutar bola matanya.
Se Mi tersenyum
sedikit aneh “Hehe mianhae, kau pasti tak membawa pakaian. Hmmm sebentar” Se Mi
berusaha mengingat koleksi pakaian yang ia miliki, begitu banyak bahkan sampai
3 lemari. Bagaimana ia bisa mengingatnya jika pakaiannya saja sebanyak itu.
Tapi
ingatan tentang barang miliknya selalu tajam “Aha.. aku ingat, musim dingin
lalu saudara laki-lakiku yang berasal
dari Jepang mampir ke Korea dan menginap di rumahku yang lama, dan seingatku
salah satu pakaiannya ada yang tertinggal, Kajja” Se Mi menariknya menuju kamar.
ˆ―
Se Mi terus saja mengacak 2
lemari miliknya dengan terus berkutat mencari pakaian tersebut. Ia membuka lipatan demi lipatan, ia juga
mencari seluruh pakaian yang di gantung. Lalu sekilat ingatan tiba-tiba
menghampirinya, 2 hari yang lalu saat ia mencari pakaian ia menemukan pakaian
saudaranya yang sudah lama, di lemarinya yang berwarna coklat muda. Pakaian
berlengan panjang seperti sweater tapi tidak begitu tebal, berwarna putih
bertuliskan ‘Cheonsa’ (Malaikat)
dengan Font color hitam. Ia segera
menuju lemari coklat miliknya. Pakaian itu ada di tumpukan paling atas di antara
lipatan pakaian yang ada.
Se Mi
segera mengambil dan mencoba mencocokannya dengan tubuh KyungSoo dengan
menempelkan pada badannya “Ini sepertinya cocok denganmu, mungkin lengannya
sedikit kepanjangan untukmu” karena bahu Kyungsoo yang begitu bagus( kau tahu
maksud author bukan) jadi lengan baju itu sedikit lebih panjang.
Kyungsoo
menengok ke arah pakaian yang ditempelkan tepat di depan tubuhnya, lalu ia
menoleh ke arah Se Mi dan sedikit memberikan kode dengan matanya yang melirik
keluar kamar.
“Apa
maksudmu?” tanya Se Mi dengan menaikan alisnya.
Kyungsoo
Menghembuskan nafas berat dan memberitahunya “Bisakah kau keluar sebentar, kau
ingin melihatku berganti pakaian?”
PLEK..
Se Mi
menepuk dahinya dengan telapak tangan “Oh iya mian aku lupa.” Se Mi berbalik
dari arah sebelumnya dan melangkah keluar kamar. Baru saja beberapa langkah
hampir mencapai pintu kamar lalu ia berbalik lagi “Oh Iya, jangan menghilang
secara tiba-tiba lagi, arachi?” sambil menunjukkan telunjuknya ke arah
Kyungsoo.
Kyungsoo
segera menghampiri Se Mi dan membalikkan tubuh Se Mi ke arah sebaliknya dan
mendorongnya keluar kamar dengan susah payah. Ia menutup pintu kamar.
“Jangan
menghilang secara tiba-tiba, arachi?” ucap Se Mi dengan sedikit berteriak dari
balik pintu kamar. KyungSoo ada di dalam kamar hanya tersenyum mendengar ucapan
Se Mi yang begitu takut jika ia pergi.
ˆ―
Se Mi duduk bersandar di kursi belajar
miliknya, ia terus bercerita pada Kyungsoo, yang terus menjadi pendengar setia
Se Mi. Tapi wajah Kyungsoo benar-benar tanpa ekspresi, seperti tidak merespon,
padahal yang ia terus mendengarkan cerita ocehan yeoja itu. Namja dingin tanpa
ekspresi itu hanya berdiri dan bersandar pada tembok yang tak jauh dari kursi
tempat Se Mi duduk.
“KyungSoo,
kau.. –Se Mi menghentikan ucapannya sejenak yang masih tersendat di tenggorokan
dan berusaha mengutarakannya.
“Kau..,yang
sebenarnya, apa?” Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Se Mi yang tadi
begitu susah untuk dikeluarkan.
Kyungsoo
yang sedari tadi menatap lantai langsung menoleh ke arah Se Mi “Kau ingin
tahu?”
Se Mi
langsung menggidikkan kepalanya “Ah.. ani..ani, tidak usah.. pertanyaanku
benar-benar konyol” Se Mi mengulas senyum miliknya.
Kyungsoo
langsung berjalan ke arah Se Mi duduk, Ia memegang kedua pundak yeoja itu
dengan kedua tangannya dan mencoba mengangkatnya untuk berdiri di hadapannya.
Ia menatap lekat wajah Se Mi, matanya begitu indah untuk dilihat, coklat bening
dengan kilau tulus yang terpancar. Se Mi hanya terpaku dan nafasnya terasa
berhenti di tenggorokan, degup jantungnya berpacu cepat. Se Mi dapat melihat
mata bulat dengan pupil berwarna hitam yang dipenuhi kesedihan, tapi dibalik itu
seperti ada pancaran malaikat dalam matanya. Tiba-tiba tangan Kyungsoo menarik
tubuh Se Mi dalam pelukannya. Kyungsoo dapat merasakan pelukan hangat. Ia
begitu merindukan pelukan itu. Se Mi hanya bisa terdiam dalam rengkuhan namja
itu. Ia terbelalak karena perlakuan namja itu. Namja yang ia pikir begitu
dingin, tetapi ternyata ada sisi kehangatan di dalamnya. Se Mi akhirnya
membalas pelukan Kyungsoo dengan melingkarkan kedua tangannya.
Se Mi segera melepaskan pelukan
itu, ia tahu bahwa Kyungsoo hanya namja yang begitu kesepian. Yang
dibutuhkannya hanyalah seorang teman yang selalu bisa berada di sisinya. Se Mi
, yeoja itu teringat dengan mimpinya yang ingin terbang menuju gunung yang ada
di pemandangan dibalik jendela kamarnya. Ia memegang tangan Kyungsoo begitu
dingin.
Ia
terus menggosok-gosokkan tangan kyungsoo dengan kedua tangannya, sesekali ia
menghangatkannya dengan nafas yang keluar dari mulutnya “Tanganmu begitu
dingin” ucap Se Mi sambil terus menghangatkan, ia hanya tersenyum melihat wajah
Kyungsoo.
Kyungsoo
menarik tangannya dari genggaman tangan Se Mi yang dari tadi menghangatkan
tangannya “Tidak usah, itu tidak akan berhasil. Dari dulu aku memang seperti
ini”
“Mimpimu..”
ucap Kyungsoo sedikit terhenti.
Se Mi
menaikkan alisnya, “Mimpiku? Ke sana?” sambil menunjuk gunung yang ada di balik
jendela kamarnya.
Kyungsoo
hanya mengangguk pelan. Ia tersenyum tipis. Namja itu menggandeng tangan Se Mi.
“Aku
sudah berjanji padamu, ayo kita ke sana, sebelum senja tiba.” Se Mi terbelalak
mendengar ucapan Kyungsoo, bibirnya membentuk huruf ‘O’ karena kaget.
“Kau
bersungguh-sungguh?”
“Iya”
Sambil menunjukkan senyumnya ke dalam pandangan Se Mi.
“Bisakah
kau memejamkan matamu?” ujar Kyungsoo pada Se Mi.
Se Mi
mengangguk “Baiklah” ia mulai memejamkan kedua matanya.
Kyungsoo, namja itu melepaskan kaos bajunya (Don't be mesum).
_TO BE CONTINUE_
0 komentar:
Posting Komentar