(AUTHOR)
Laras Kkamjong
(CAST)
Se-Mi, Kyungsoo, Xiumin
(GENRE)
Friendship, Mistery, Romance
(RATE)
13+
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS
CANTUMIN NAMA
Happy
reading Chingu :-)
Komen sangat dihargai, Don't Be SILENT READER
Seorang gadis cantik dengan
rambut sebahu itu terus tertawa di bangku belakang mobil, sambil terus
menceritakan cerita-cerita lucu saat di sekolah barunya.
“Ayah
tahu, teman yang baru aku kenal 2 hari yang lalu, Xiumin. Dia di kerjain habis-habisan
oleh geng kelas sebelah. Ia di masukan ke mmmppstt.. –Ucapnya menahan tawa–
dalam toilet wanita. Boahahaha” ucapnya yang tidak bisa menahan tawa.
“Wajahnya
benar-benar lucu, hahaha. dasar laki-laki polos” timpal gadis itu lagi sambil
terus memegangi perutnya.
“Kau
ini sama saja seperti dulu menertawakan teman yang tertindas, sesekali kau
harus membantunya. Arachi?” ucap bapak-bapak itu.
“Ne..ne
arraseo” ucap gadis itu menghentikan tawanya.
Tak
lama kemudian mobil itu kini berhenti tepat di depan halaman rumah yang cukup
besar dan terpencil. Di sebuah distrik di kota Nayin perbatasan antara utara
Korea dan tenggara Rusia. Rumah yang di beli dari pelelangan bank dengan harga
yang cukup murah.
Rumput-rumput
yang ada di pekarangannya pun masih menjulang tinggi, karena mereka belum
sempat untuk mengurus pekarangan.
“Ayah
aku ke kamar dulu ya” ucap Park Se Mi, gadis cantik itu. Sambil menuruni mobil
yang ditumpanginya.
“Jangan
lupa makan malam” ucap ayah Se Mi. Yang masih di depan kursi kemudi.
“Oke
ayah” ucap Se Mi sambil mengedipkan sebelah mata pada ayahnya.
Se Mi
berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua tepat di ujung lorong rumah
setelah menaiki tangga.
Se Mi
baru saja pindah ke rumah ini 3 hari yang lalu, rumah bergaya klasik dengan
ukuran yang cukup besar. Rumah yang jauh
dari keramaian kota, dengan pemandangan indah yang mengitarinya.
Ia
membuka kamarnya perlahan dan memencet tombol lampu yang ada di sebelah pintu
kamar, sekejap kamar menjadi terang benderang.
“Ahh,
kasurku yang empuk” sambil berlari menuju kasur dan menjatuhkan tubuhnya ke
atas benda empuk itu.
Dia
berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna mocca. Ia
menarik napas panjang dan tersenyum sendiri sembari mengingat masa lalu bersama
teman-teman dekatnya. Masa lalu yang begitu indah dan tak akan pernah ia
lupakan.
Semilir
angin yang melewati jendela kamar menemani dirinya yang melamun memikirkan masa
lalunya, membuat matanya semakin berat, dan akhirnya terlelap.
ˆ―ˆ
Pemandangan gunung tinggi nan
hijau yang berada di balik jendela kamar Park Se Mi memang benar-benar indah.
Se Mi yang duduk di meja belajar DENGAN menghadap jendela terus memandangi
sambil terpaku. Pemandangan itu semakin membuatnya berangan-angan untuk meraih
tempat itu.
“Hmpp
tempat yang benar-benar indah” gumamnya sambil menyandarkan kepala di tangan
kanannya.
“Apa aku
bisa ke sana tanpa mendakinya? seandainya saja aku bisa terbang” sambil
mengernyit-kernyitkan dahinya memandangi indahnya gunung itu.
“Aku
bisa membawamu ke sana” suara misterius berucap di belakang Se Mi.
Se Mi
langsung membalikkan kursinya dan berdiri
Krek..
Suara
bajunya yang sobek karena tersangkut kursi ketika berdiri.
“Siapa
itu?” tak ada siapa-siapa di belakangnya, seketika bulu romanya berdiri. Se Mi
langsung mengambil benda terdekat yang ada di sampingnya, buku kamus tebal
untuk melindungi dirinya.
“SIAPA
KAU? KELUAR!” sambil membawa buku itu di tangan kanannya untuk berjaga-jaga,
dengan mata penuh curiga ia menoleh ke kanan dan kiri, tapi tak ada
siapa-siapa.
“Aku di
sini” sebuah suara misterius yang berbisik di telinga kanan, sontak membuatnya
kaget dan terjatuh.
Bruk..
“Awh..”
Se Mi mendesah. Ia mengelus kepalanya yang kesakitan dan mulai mengerjapkan
kedua bola matanya yang baru menangkap sinar lampu untuk beradaptasi.
Tiba-tiba
saja ia sudah berada di bawah kasur, dan ternyata semua itu hanya mimpi. Keningnya
masih berkeringat, dan mimpi itu benar-benar terlihat nyata. Ia mengambil napas
panjang dan menghilangkan seluruh rasa takutnya.
Tok..tok..tok..
“Se
Mi-ah ayo turun segera makan malam” ucap ibu Se Mi dari luar pintu kamar.
Se Mi
berusaha berdiri dengan perlahan dan menyeka keringatnya dengan tangan, “Iya
ibu” Se Mi berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Sambil
mengusap-usap mata “Ibu turun saja dulu, aku akan menyusul” ucapnya lalu
menutup pintu kamarnya pelan.
“Jangan
lama-lama” suara ibu Se Mi dari luar pintu.
“Oke fix”
ucap Se Mi sambil menguap lebar. Se Mi terdiam sejenak, mimpi itu berputar di
kepalanya.
Se Mi berjalan menuju jendela
kamarnya yang terbuka, ia menatap sejenak keluar jendela, pemandangan gunung
hijau itu memang benar-benar ada di sana di balik jendela kamarnya yang terbuka.
Angin beku berhembus melalui jendela yang seketika membuat bulu romanya
merajuk. Ia mengelus-elus pundaknya yang dingin dan segera menutup jendela 2
pintu itu.
Ia
menengok ke arah bagian bawah pakaian putih yang ia kenakan. Dan ternyata
sobekan itu masih ada di pakaiannya.
“Benarkah
ini bukan mimpi?” benak Se Mi saat
melihat bajunya, Ia langsung menoleh ke
seluruh sudut kamarnya. Suasana sepi dan ngeri mengelilinginya. Ia langsung
melangkah cepat untuk keluar dari kamarnya. Degup jantungnya berpacu kencang
dan napasnya terengah, ia berlari melewati lorong rumahnya dan menuruni tangga.
Hosh..hosh..hosh..
Suara
napas Se Mi saat sampai di meja makannya, ia segera menarik salah satu bangku
yang ada di situ. Ayahnya yang duduk di salah satu kursi meja makan hanya
bingung memandangi anaknya yang ngos-ngosan karena berlari menuju dapur.
“Ada
apa denganmu, datang-datang sudah engap-engapan. Ada apa?” tanya ayahnya sambil
menyodorkan segelas air mineral pada Se Mi. Se Mi langsung menegak habis
minuman itu.
“Parebwa!”
ucap ayahnya yang masih penasaran pada anaknya.
Se Mi
meletakkan gelas yang baru di minumnya di atas meja “Emp..em.. hanya ada cicak”
ucap Se Mi berbohong pada ayahnya.
“Hah
cicak? Sejak kapan kau takut pada cicak?” tanya ayahnya yang bingung dengan
jawaban Se Mi.
“Eh..
eh.. anu.. yey akhirnya ibu selesai memasak” ucap Se Mi mengalihkan pembicaraan.
Nyonya
Park meletakkan beberapa lauk pauk di atas mangkuk Se Mi dan tuan Park “Ayo
cepat habiskan dan makan yang banyak” ucap nyonya Park, ibu Se Mi.
“Oke
Mum I will eat a lot, it’s look very delicious” ucap Se Mi sambi mengambil
sendok dan mulai memakan makanannya.
ˆ―ˆ
Jumat pagi di sekolah dengan cuaca yang cukup
berangin hari ini membuat seluruh siswa mengenakan jacket. Se Mi berjalan
menyusuri lorong sekolah sendiri, rambut coklatnya yang indah sedang di kuncir
kuda dengan liontin berbentuk bunga yang terkalung di lehernya.
Teng..
Teng
Suara
lonceng masuk sekolah sudah berbunyi. Semua anak sudah berada di kelas
sekarang, seorang guru memasuki kelas sambil membawa tumpukan kertas di
tangannya.
“Selamat
pagi anak-anak” ucap soesanime Yo Rinai, menyapa murid-murid yang ada di kelas.
“Pagi Soesanime..”
Soesanime
Yo Rinai keturunan Jepang itu mulai membagikan kertas-kertas putih yang berisi
soal-soal biologi.
“seperti
janji saya 2 hari yang lalu, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian.
Sekarang silahkan kalian kerjakan. Saya ke belakang dulu. Jangan menyontek”
suara soesanime Yo Rinai yang panjang lebar itu.
Se Mi
tersenyum melihat soal-soal itu, dia begitu percaya diri melihat
barisan-barisan soal biologi. Tangannya mulai mengalunkan jawaban-jawaban yang
ada di pikirannya.
Beberapa
jam kemudian...
“Baik,
silahkan dikumpulkan. Sebelum pulang sekolah saya akan membagikan hasilnya”
suara lembut dari soesanime Yo Rinai.
Bayangannya
mulai hilang dari mata murid-murid saat keluar kelas dengan membawa kertas
ulangan.
Se Mi
menoleh pada suatu suara yang memanggilnya “Ada apa?” tanyanya saat menoleh ke
bangku belakang.
“Apa?”
tanya murid yang di toleh Se Mi.
“Kau
memanggilku bukan? ‘Se Mi’ itu yang kau katakan tadi saat memanggilku.” tanya
Se Mi.
Temannya
hanya bingung dengan ucapan Se Mi “Aku? Aku tidak memanggilmu, kau salah dengar.”
Se Mi kembali ke posisi duduknya semula dengan menggaruk-garuk kepalanya.
“Lalu
siapa yang memanggilku?? Aneh.” gumamnya bingung
“Ahh..masa
bodoh.” melanjutkan kegiatan menggambarnya.
Jam
terakhir sekolah..
Soesaniem Yo Rinai yang duduk di
kursinya, melihat-lihat sekilas hasil ulangan muridnya. Wajahnya tertegun
melihat satu nilai yang ada di tangannya, lalu ia segera merapikan kembali tumpukan-tumpukan
itu.
“Baik
sekarang semua sudah di kelas. Ulangan kali ini saya tertegun dengan satu nilai
siswa baru yang ada di kelas kita, Park Se Mi. Se Mi silahkan maju.” ucap
soesanime Yo Rinai.
Se Mi
berlenggang dengan percaya diri dengan senyum terbaris di bibirnya. Ia
melangkah mantap dan mengambil kertas itu “Gomawo.” sambil membungkukkan
badannya.
“Saya
kecewa padamu Se Mi, kau mendapat nilai terjelek.” sekilah itu juga mood Se Mi
yang bermula ada di langit kini sudah jatuh ke tanah, bukan saja di tanah tapi
tertelan perut bumi yang panas.
Bibirnya
menganga dan matanya terbelalak melihat kertas ulangan itu. Ia menelan kelenjar
saliva dan rasa malunya dalam-dalam.
Ia
melenggang malu menuju bangkunya. Salah satu murid di situ berdesis saat Se Mi
lewat “Hahaha, dasar otak udang.” Se Mi hanya melirik dan menoleh kasar
padanya. Se Mi duduk dengan perasaan yang sangat dongkol, wajahnya yang semula
lurus kini sudah lecek karena nilai buruk rupanya.
Satu
persatu murid kelas 11.2 itu dipanggil dan yang terakhir Xiumin, si pria polos
tapi kutu buku. Dan satu hal lagi, ia juga mendapatkan nilai sempurna pada
ulangan biologi kali ini. Wajah putih dengan mata unik dan kacamata dengan kerah
baju yang terkancing benar-benar menapakkan wajah culunnya.
Teng..teng..
Bel
pulang berdengung di telinga. Satu persatu seluruh siswa keluar dari kelas.
Hanya tinggal Se Mi seorang, ia masih menggenggam kertas ulangannya. Ia mulai
membopong tas di punggungnya dan berjalan keluar kelas.
Ia
menatap kertas ulangannya “Aish.. nilai apa ini hanya 50, benar-benar.....” ia
meremas-remas kertas ulangannya dan melemparnya sembarangan.
“Aw..”
sayup-sayup suara terdengar. Se Mi menoleh ke arah suara itu.
“Xiumin..?
apa kertasku mengenaimu?” tanya Se Mi sambil berjalan beberapa langkah ke arah Xiumin
yang tidak terlalu jauh dari tempatnya.
“Iya,
hanya sedikit” jawab Xiumin dengan membenahi kacamatanya yang terjatuh karena
terkena lemparan kertas Se Mi.
“Maaf
ya, aku tidak sengaja. Kacamatamu tidak apa-apa kan?” tanyanya yang penasaran.
Tisu
yang ada tangannya langsung diberikan pada Xiumin, “Untuk kacamatamu” sambil
menyodorkannya dan langsung pergi dari tempat Xiumin berdiri.
“Gomawo
Se Mi” ucap Xiumin sambil berteriak. Se Mi hanya menoleh sekilas dan memberikan
senyum kecil pada Xiumin.
Se Mi
yang berjalan menuju gerbang bergumam kecil pada dirinya “Mengapa aku baik
padanya??” ucapnya bingung. Di gerbang sekolah Se Mi mengeluarkan ponsel yang
ada di sakunya. Ia mulai memencet touchscreen dan menelpon ibunya.
“Yoboseyo,
ibu aku sudah pulang. bisakah ibu menjemputku?” tanyanya sambil memindahkan
posisi ponselnya ke telinga sebelahnya.
“Mian sayang ibu sedang tidak bisa
menjemputmu
“Apa?
Ibu tega sekali, itu kan jauh.. jebal jemput aku.” ucap Se Mi memohon pada
ibunya.
“Besok atau lusa ibu baru bisa menjemputmu,
ibu ada kerja sampai pukul 10
“Baiklah..”
Peep....
Se Mi
langsung mematikan ponselnya karena kesal. Mukanya mulai bersungut kesal seperti
tadi. Ia berjalan pasrah menuju rumahnya, cuaca yang agak berangin dan langit
yang mulai gelap membuatnya sedikit canggung berjalan pulang sendirian. Untuk
menghilangkan rasa takutnya ia sedikit bersenandung dengan lagu-lagu
favoritnya.
Setelah
kurang lebih satu kilometer ia berjalan, ia berhenti sejenak di bawah pohon
dengan lampu yang cukup terang dan ayunan lapuk yang tergantung di cabang
ranting. Se Mi duduk dan memijat kakinya yang agak pegal. Se Mi berdiri dan mendongak
ke arah cabang ranting yang agak pendek. Ia menemukan sesuatu, ia mencoba
meraih dan mengambilnya.
“Apa
ini?” tanyanya sambil membersihkan benda itu.
“Syal?
Milik siapa? Sepertinya bagus” Se Mi pergi dari pohon itu dengan membawa syal
yang ia temukan. Syal berwarna putih dengan sedikit kerlip.
Se Mi mengeluarkan sebuah kunci
dari kantung tasnya. Kunci gembok pagar dan pintu rumahnya. Ia membuka knop
pintu rumahnya perlahan, sunyi dan gelap, tak ada siapa-siapa di rumah. Gadis
itu meletakkan sepatu di raknya, ia mulai berjalan masuk.
“Aku
pulang..” ucapnya sambil memegang syal di tangan kanannya.
Se Mi
menyalakan seluruh lampu rumahnya karena langit sudah menghitam. Ia menaiki
tangga rumahnya, berjalan menyusuri lorong yang tidak seberapa panjang dan
akhirnya sampai di depan pintu kayu yang bertuliskan ‘Se-Mi’. Ia masuk dan menyalakan alat penerang
kamarnya. Ia mengganti pakaian dan duduk di meja belajar yang menghadap
jendela. Pemandangan yang indah membuat hatinya dingin.
Pemandangan
itu semakin membuatnya berangan-angan untuk meraihnya.
“Hmpp
tempat yang benar-benar indah” gumamnya sambil menyandarkan kepala di tangan
kanannya.
“Apa
aku bisa ke sana tanpa mendakinya? seandainya saja aku bisa terbang” sambil
mengernyit-kernyitkan dahinya memandangi indahnya gunung itu.
“Aku
bisa membawamu ke sana” suara misterius berucap di belakang Se Mi.
Se Mi
langsung membalikkan kursinya dan berdiri
Krek..
Suara
bajunya yang sobek karena tersangkut kursi ketika berdiri.
“Siapa itu?” tak ada siapa-siapa di belakangnya,
seketika itu berdiri bulu romanya.
^TO BE CONTINUE ^
0 komentar:
Posting Komentar