Author : Laras Nindita
(@L_aninditarmy)
Cast : Park Yeri
Jeon Jungkook
Kim Taehyung
Duration : Chapter 1/3
Genre : Mistery, Friendship, School life, fantasy
Rating : PG 14+
Disclaimer : Di sini seluruh castnya hak cipta
milik Tuhan dan orang tuanya. Ceritanya pure dari pemikiranku sendiri. Maaf
kalo typo bertebaran. Maaf kalo ada kesamaan nama, cerita, adegan, atau apalah.
Jadi intinya semua ada hak cipta.
Anyeong haseyo!
Aku harap kalian suka BTS
version ini. Sebelumnya aku dah pernah share di wordpress BTS Fanfiction
Indonesia.
Happy
reading, hope u like it and comment juseyo!
Seorang gadis cantik dengan rambut orange
itu terus tertawa di bangku belakang mobil, sambil terus menceritakan
cerita-cerita lucu saat di sekolah barunya.
“Ayah
tahu, teman yang baru aku kenal 2 hari yang lalu, Taehyung. Dia di kerjain
habis-habisan oleh geng kelas sebelah. Ia di masukan ke mmmppstt.. –Ucapnya
menahan tawa– dalam toilet wanita. Boahahaha” ucapnya yang tidak bisa menahan
tawa.
“Wajahnya
benar-benar lucu, hahaha. Dasar laki-laki polos.” timpal gadis itu lagi sambil
terus memegangi perutnya.
“Kau
ini sama saja seperti dulu menertawakan teman yang tertindas, sesekali kau
harus membantunya. Arachi?” ucap bapak-bapak itu.
“Ne..ne
arraseo” ucap gadis itu menghentikan tawanya.
Tak
lama kemudian mobil itu kini berhenti tepat di depan halaman rumah yang cukup
besar dan terpencil. Di sebuah distrik di kota Nayin perbatasan antara utara
Korea dan tenggara Rusia. Rumah yang di beli dari pelelangan bank dengan harga
yang cukup murah.
Rumput-rumput
yang ada di pekarangannya pun masih menjulang tinggi, karena mereka belum
sempat untuk mengurus pekarangan.
“Ayah
aku ke kamar dulu ya” ucap Park Yeri, gadis cantik itu. Sambil menuruni mobil
yang ditumpanginya.
“Jangan
lupa makan malam” ucap ayah Yeri. Yang masih di depan kursi kemudi.
“Oke
ayah” ucap Yeri sambil mengedipkan sebelah mata pada ayahnya.
Yeri
berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua tepat di ujung lorong rumah
setelah menaiki tangga.
Yeri
baru saja pindah ke rumah ini 3 hari yang lalu, rumah bergaya klasik dengan
ukuran yang cukup besar. Rumah yang jauh
dari keramaian kota, dengan pemandangan indah yang mengitarinya.
Ia
membuka kamarnya perlahan dan memencet tombol lampu yang ada di sebelah pintu
kamar, sekejap kamar menjadi terang benderang.
“Ahh,
kasurku yang empuk” sambil berlari menuju kasur dan menjatuhkan tubuhnya ke
atas benda empuk itu.
Dia
berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna mocca. Ia
menarik napas panjang dan tersenyum sendiri sembari mengingat masa lalu bersama
teman-teman dekatnya. Masa lalu yang begitu indah dan tak akan pernah ia
lupakan.
Semilir
angin yang melewati jendela kamar menemani dirinya yang melamun memikirkan masa
lalunya, membuat matanya semakin berat, dan akhirnya terlelap.
ˆ―ˆ
Pemandangan gunung tinggi nan
hijau yang berada di balik jendela kamar Park Yeri memang benar-benar indah. Yeri
yang duduk di meja belajar dengan menghadap jendela terus memandangi sambil
terpaku. Pemandangan itu semakin membuatnya berangan-angan untuk meraih tempat
itu.
“Hmpp
tempat yang benar-benar indah.” gumamnya sambil menyandarkan kepala di tangan
kanannya.
“Apa
aku bisa ke sana tanpa mendakinya? seandainya saja aku bisa terbang” sambil
mengernyit-kernyitkan dahinya memandangi indahnya gunung itu.
“Aku
bisa membawamu ke sana” suara misterius berucap di belakang Yeri.
Yeri
langsung membalikkan kursinya dan berdiri
Krek..
Suara
bajunya yang sobek karena tersangkut kursi ketika berdiri.
“Siapa
itu?” tak ada siapa-siapa di belakangnya, seketika bulu romanya berdiri. Yeri
langsung mengambil benda terdekat yang ada di sampingnya, buku kamus tebal
untuk melindungi dirinya.
“SIAPA
KAU? KELUAR!” sambil membawa buku itu di tangan kanannya untuk berjaga-jaga,
dengan mata penuh curiga ia menoleh ke kanan dan kiri, tapi tak ada
siapa-siapa.
“Aku di
sini” sebuah suara misterius yang berbisik di telinga kanan, sontak membuatnya
kaget dan terjatuh.
Bruk..
“Awh..”
Yeri mendesah. Ia mengelus kepalanya yang kesakitan dan mulai mengerjapkan
kedua bola matanya yang baru menangkap sinar lampu untuk beradaptasi.
Tiba-tiba
saja ia sudah berada di bawah kasur, dan ternyata semua itu hanya mimpi.
Keningnya masih berkeringat, dan mimpi itu benar-benar terlihat nyata. Ia
mengambil napas panjang dan menghilangkan seluruh rasa takutnya.
Tok..tok..tok..
“Yeri
-ah ayo turun segera makan malam.” ucap ibu Yeri dari luar pintu kamar.
Yeri
berusaha berdiri dengan perlahan dan menyeka keringatnya dengan tangan, “Iya
ibu” Yeri berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Sambil
mengusap-usap mata “Ibu turun saja dulu, aku akan menyusul.” ucapnya lalu
menutup pintu kamarnya pelan.
“Jangan
lama-lama!” suara ibu Yeri dari luar pintu.
“Oke. ”
ucap Yeri sambil menguap lebar. Yeri terdiam sejenak, mimpi itu berputar di
kepalanya.
Yeri berjalan menuju jendela
kamarnya yang terbuka, ia menatap sejenak keluar jendela, pemandangan gunung
hijau itu memang benar-benar ada di sana di balik jendela kamarnya yang
terbuka. Angin beku berhembus melalui jendela yang seketika membuat bulu
romanya merajuk. Ia mengelus-elus pundaknya yang dingin dan segera menutup
jendela 2 pintu itu.
Ia
menengok ke arah bagian bawah pakaian putih yang ia kenakan. Dan ternyata
sobekan itu masih ada di pakaiannya.
“Benarkah
ini bukan mimpi?” benak Yeri saat
melihat bajunya, Ia langsung menoleh ke
seluruh sudut kamarnya. Suasana sepi dan ngeri mengelilinginya. Ia langsung
melangkah cepat untuk keluar dari kamarnya. Degup jantungnya berpacu kencang
dan napasnya terengah, ia berlari melewati lorong rumahnya dan menuruni
tangga.
Hosh..hosh..hosh..
Suara
napas Yeri saat sampai di meja makannya, ia segera menarik salah satu bangku
yang ada di situ. Ayahnya yang duduk di salah satu kursi meja makan hanya
bingung memandangi anaknya yang ngos-ngosan karena berlari menuju dapur.
“Ada
apa denganmu, datang-datang sudah engap-engapan. Ada apa?” tanya ayahnya sambil
menyodorkan segelas air mineral pada Yeri. Yeri langsung menegak habis minuman
itu.
“Parebwa!”
ucap ayahnya yang masih penasaran pada anaknya.
Yeri
meletakkan gelas yang baru di minumnya di atas meja “Emp..em.. hanya ada cicak”
ucap Yeri berbohong pada ayahnya.
“Hah
cicak? Sejak kapan kau takut pada cicak?” tanya ayahnya yang bingung dengan
jawaban Yeri.
“Eh..
eh.. itu.. yey akhirnya ibu selesai memasak!” ucap Yeri mengalihkan
pembicaraan.
Nyonya
Park meletakkan beberapa lauk pauk di atas mangkuk Yeri dan tuan Park “Ayo
cepat habiskan dan makan yang banyak” ucap nyonya Park, ibu Yeri.
“Oke Mum
I will eat a lot, it’s look very delicious” ucap Yeri sambi mengambil sendok
dan mulai memakan makanannya.
ˆ―ˆ
Jumat pagi di sekolah dengan cuaca yang cukup
berangin hari ini membuat seluruh siswa mengenakan jacket. Yeri berjalan
menyusuri lorong sekolah sendiri, rambut orangenya yang indah sedang di kuncir
kuda dengan liontin berbentuk bunga yang terkalung di lehernya.
Teng..
Teng
Suara
lonceng masuk sekolah sudah berbunyi. Semua anak sudah berada di kelas
sekarang, seorang guru memasuki kelas sambil membawa tumpukan kertas di
tangannya.
“Selamat
pagi anak-anak” ucap sensei Yo Rinai, menyapa murid-murid yang ada di kelas.
“Pagi Sensei..”
Soesanime
Yo Rinai keturunan Jepang itu mulai membagikan kertas-kertas putih yang berisi
soal-soal bahasa jepang.
“seperti
janji saya 2 hari yang lalu, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian.
Sekarang silahkan kalian kerjakan. Saya ke belakang dulu. Jangan menyontek”
suara sensei Yo Rinai yang panjang lebar itu.
Yeri
tersenyum melihat soal-soal itu, dia begitu percaya diri melihat
barisan-barisan soal bahasa jepang. Tangannya mulai mengalunkan jawaban-jawaban
yang ada di pikirannya.
Beberapa
jam kemudian...
“Baik,
silahkan dikumpulkan. Sebelum pulang sekolah saya akan membagikan hasilnya.”
suara lembut dari sensei Yo Rinai.
Bayangannya
mulai hilang dari mata murid-murid saat keluar kelas dengan membawa kertas
ulangan.
Yeri
menoleh pada suatu suara yang memanggilnya “Ada apa?” tanyanya saat menoleh ke
bangku belakang.
“Apa?”
tanya murid yang di toleh Yeri.
“Kau
memanggilku bukan? ‘Yeri’ itu yang kau katakan tadi saat memanggilku.” tanya Yeri.
Temannya
hanya bingung dengan ucapan Yeri “Aku? Aku tidak memanggilmu, kau salah dengar.”
Yeri kembali ke posisi duduknya semula dengan menggaruk-garuk kepalanya.
“Lalu
siapa yang memanggilku?? Aneh.” gumamnya bingung
“Ahh..masa
bodoh.” melanjutkan kegiatan menggambarnya.
Jam
terakhir sekolah..
Sensei Yo Rinai yang duduk di
kursinya, melihat-lihat sekilas hasil ulangan muridnya. Wajahnya tertegun
melihat satu nilai yang ada di tangannya, lalu ia segera merapikan kembali
tumpukan-tumpukan itu.
“Baik
sekarang semua sudah di kelas. Ulangan kali ini saya tertegun dengan satu nilai
siswa baru yang ada di kelas kita, Park Yeri. Yeri silahkan maju.” ucap sensei
Yo Rinai.
Yeri
berlenggang dengan percaya diri dengan senyum terbaris di bibirnya. Ia
melangkah mantap dan mengambil kertas itu “Arigatou gozaimasu.” sambil
membungkukkan badannya.
“Saya
kecewa padamu Yeri, kau mendapat nilai terjelek.” sekilah itu juga mood Yeri
yang bermula ada di langit kini sudah jatuh ke tanah, bukan saja di tanah tapi
tertelan perut bumi yang panas.
Bibirnya
menganga dan matanya terbelalak melihat kertas ulangan itu. Ia menelan kelenjar
saliva dan rasa malunya dalam-dalam.
Ia
melenggang malu menuju bangkunya. Salah satu murid di situ berdesis saat Yeri
lewat “Hahaha, dasar otak udang.” Yeri hanya melirik sinis dan menoleh kasar
padanya. Yeri duduk dengan perasaan yang sangat dongkol, wajahnya yang semula
lurus kini sudah lecek karena nilai buruk rupanya.
Satu
persatu murid kelas 11.2 itu dipanggil dan yang terakhir Taehyung, si pria
polos tapi kutu buku. Dan satu hal lagi, ia juga mendapatkan nilai sempurna
pada ulangan bahasa jepang kali ini. Wajah putih dengan senyum manis dan
kacamata dengan kerah baju yang terkancing benar-benar menapakkan wajah
culunnya.
Teng..teng..
Bel
pulang berdengung di telinga. Satu persatu seluruh siswa keluar dari kelas.
Hanya tinggal Yeri seorang, ia masih menggenggam kertas ulangannya. Ia mulai
membopong tas di punggungnya dan berjalan keluar kelas.
Ia
menatap kertas ulangannya “Aish.. nilai apa ini hanya 50, benar-benar.....” ia
meremas-remas kertas ulangannya dan melemparnya sembarangan.
“Aw..”
sayup-sayup suara terdengar. Yeri menoleh ke arah suara itu.
“Taehyung..?
apa kertasku mengenaimu?” tanya Yeri sambil berjalan beberapa langkah ke arah Taehyung
yang tidak terlalu jauh dari tempatnya.
“Iya,
hanya sedikit” jawab Taehyung dengan membenahi kacamatanya yang terjatuh karena
terkena lemparan kertas Yeri.
“Maaf
ya, aku tidak sengaja. Kacamatamu tidak apa-apa kan?” tanyanya yang penasaran.
Tisu
yang ada tangannya langsung diberikan pada Taehyung, “Untuk kacamatamu..”
sambil menyodorkannya dan langsung pergi dari tempat Taehyung berdiri.
“Gomawo
Yeri” ucap Taehyung sambil berteriak. Yeri hanya menoleh sekilas dan memberikan
senyum kecil pada Taehyung.
Yeri
yang berjalan menuju gerbang bergumam kecil pada dirinya “Mengapa aku baik
padanya??” ucapnya bingung. Di gerbang sekolah Yeri mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya. Ia
mulai memencet touchscreen dan menelpon ibunya.
“Yoboseyo,
ibu aku sudah pulang. bisakah ibu menjemputku?” tanyanya sambil memindahkan
posisi ponselnya ke telinga sebelahnya.
“Mian sayang ibu sedang tidak bisa
menjemputmu
“Apa?
Ibu tega sekali, itu kan jauh.. jebal jemput aku.” ucap Yeri memohon pada
ibunya.
“Besok atau lusa ibu baru bisa menjemputmu,
ibu ada kerja sampai pukul 10
“Baiklah..”
Peep....
Yeri
langsung mematikan ponselnya karena kesal. Mukanya mulai bersungut kesal seperti
tadi. Ia berjalan pasrah menuju rumahnya, cuaca yang agak berangin dan langit
yang mulai gelap membuatnya sedikit canggung berjalan pulang sendirian. Untuk
menghilangkan rasa takutnya ia sedikit bersenandung dengan lagu-lagu
favoritnya.
Setelah kurang lebih satu kilometer ia
berjalan, ia berhenti sejenak di bawah pohon dengan lampu yang cukup terang dan
ayunan lapuk yang tergantung di cabang ranting. Yeri duduk dan memijat kakinya
yang agak pegal. Yeri berdiri dan mendongak ke arah cabang ranting yang agak
pendek. Ia menemukan sesuatu, ia mencoba meraih dan mengambilnya.
“Apa
ini?” tanyanya sambil membersihkan benda itu.
“Syal?
Milik siapa? Sepertinya bagus.” Yeri pergi dari pohon itu dengan membawa syal
yang ia temukan. Syal berwarna putih dengan sedikit kerlip.
Yeri mengeluarkan sebuah kunci
dari kantung tasnya. Kunci gembok pagar dan pintu rumahnya. Ia membuka knop
pintu rumahnya perlahan, sunyi dan gelap, tak ada siapa-siapa di rumah. Gadis
itu meletakkan sepatu di raknya, ia mulai berjalan masuk.
“Aku
pulang..” ucapnya sambil memegang syal di tangan kanannya.
Yeri
menyalakan seluruh lampu rumahnya karena langit sudah menghitam. Ia menaiki
tangga rumahnya, berjalan menyusuri lorong yang tidak seberapa panjang dan
akhirnya sampai di depan pintu kayu yang bertuliskan ‘Yeri’. Ia masuk dan menyalakan alat
penerang kamarnya. Ia mengganti pakaian dan duduk di meja belajar yang
menghadap jendela. Pemandangan yang indah membuat hatinya dingin.
Pemandangan
itu semakin membuatnya berangan-angan untuk meraihnya.
“Hmpp
tempat yang benar-benar indah.” gumamnya sambil menyandarkan kepala di tangan
kanannya.
“Apa
aku bisa ke sana tanpa mendakinya? seandainya saja aku bisa terbang.” sambil
mengernyit-kernyitkan dahinya memandangi indahnya gunung itu.
“Aku
bisa membawamu ke sana.” suara misterius berucap di belakang Yeri.
Yeri
langsung membalikkan kursinya dan berdiri
Krek..
Suara
bajunya yang sobek karena tersangkut kursi ketika berdiri.
“Siapa
itu?” tak ada siapa-siapa di belakangnya, seketika itu berdiri bulu romanya. Yeri
langsung mengambil benda terdekat yang ada di sampingnya, buku kamus tebal
untuk melindungi dirinya.
“Aku di
sini” sebuah suara misterius yang berbisik di telinga kanan, sontak membuatnya
kaget dan terjatuh.
Bruk..
“Awh..”
Yeri mendesah. Ia mengelus kepalanya yang kesakitan. Tiba-tiba ada sebuah
uluran tangan di hadapannya “Woa.. siapa kau?” kagetnya.
0 komentar:
Posting Komentar