Author
Laras Anindita
Cast
Moon Ga Young
Kai
Jung Soo Jung
Genre
Romance, Friedship, Family, School Life.
Rating
14+
Disclaimer
Ini FF asli buatan aku sendiri dan ga ngejiplak, ya maaf kalo ada kesamaan nama #namanya udah jadi trendsetter. Maaf kalo ada typo bertebaran, maklum saya manusia biasa. jangan bosen-bosen buat baca. Part selanjutnya bakal aq share lagi sampe nunggu target viewer.
PLAGIATOR GO AWAY
Copas izin dulu ma Author...
Comment sangat dihargai dan diharapkan
DON'T BE SILENT READER guys
*HAPPY READING*
“Sayang.. ibu tahu kebiasaanmu, tidurlah
sekarang. Malam hampir berlalu, matamu tlah lelah.
Saranghae Moon Ga Young”
Ga Young selalu mendapat voice note itu tiap
malam dari ibunya.
Entah apa yang merasuki Ga Young
kini, Ia masih saja merasa ada yang mengganjal di benaknya. Kai, pria pengecut
itu begitu membuat Ga Young penasaran. Kai tak pernah menghubunginya
setelah kejadian itu.
Ga Young me-stop mp3 nya dan mulai
menyelimuti sekujur tubuhnya dan beranjak untuk tidur.
^-
Suasana
ramai di taman kota Seoul begitu terasa, terutama ketika terlihat beberapa
gerumbul orang sedang menyaksikan permainan gitar seorang seniman jalanan atau
biasa orang sebut “Pengamen?” yahh begitulah mereka memanggil seniman
jalanan-sedikit kurang pantas- tapi dia bermain gitar dengan sangat bagus.
Jari-jemarinya begitu lihai memainkan senar gitar acoustic yang ada di pangkuannya kini, ia juga bersenandung dengan suaranya yang merdu. Moon Ga Young, gadis itu yang kebetulan berada di taman mendengar samar-samar suara gitar, Ia begitu penasaran sampai-sampai Ga Young berusaha berjalan mendekati arah suara gitar itu. Ga Young terhenti karena terhalang tubuh orang lain yang juga ikut menonton permainan gitar itu.
Ia mendengarkan lagu itu dan sedikit mengetuk-ngetukkan sepatunya mengikuti irama lagu itu, meskipun Ia tak melihat pemainnya. Ia sedikit tersenyum mendengar alunan merdu itu. Entah mengapa akhir-akhir ini Ia mulai sering tersenyum kembali, kembali seperti Ga Young yang dulu lagi, meski belum sepenuhnya.
Jari-jemarinya begitu lihai memainkan senar gitar acoustic yang ada di pangkuannya kini, ia juga bersenandung dengan suaranya yang merdu. Moon Ga Young, gadis itu yang kebetulan berada di taman mendengar samar-samar suara gitar, Ia begitu penasaran sampai-sampai Ga Young berusaha berjalan mendekati arah suara gitar itu. Ga Young terhenti karena terhalang tubuh orang lain yang juga ikut menonton permainan gitar itu.
Ia mendengarkan lagu itu dan sedikit mengetuk-ngetukkan sepatunya mengikuti irama lagu itu, meskipun Ia tak melihat pemainnya. Ia sedikit tersenyum mendengar alunan merdu itu. Entah mengapa akhir-akhir ini Ia mulai sering tersenyum kembali, kembali seperti Ga Young yang dulu lagi, meski belum sepenuhnya.
Jrengg...
Permainan gitar itu berhenti dan mendapat
tepuk tangan dari beberapa penonton di situ, termasuk Ga Young. Beberapa
penonton juga memberikan uang mereka ke dalam kotak gitar yang ada di depan
pengamen itu. Setelah seluruh penonton itu pergi, barulah Ga Young memberikan
uangnya. Pengamen itu tiba-tiba
“Hei Nona..”
Ga Young tetap saja membalikkan badannya dan
berjalan untuk beranjak pergi, tetapi pengamen itu tetap memanggil Ga Young
dengan sebutan ‘Nona’, pengamen itu kemudian berdiri dan memegang pundak Ga
Young. Ga Young sedikit tersentak karena tiba-tiba ada seseorang menyapanya.
“Nona?” Tanya pengamen itu.
“Ne? Aku?” tanya Ga Young bingung dan
membalikkan badannya ke arah suara pengamen tadi.
“Kau tak mengingatku? Kau nona yang waktu itu
menangis tersedu-sedu bukan?” tanya pengamen itu, ya dia adalah orang yang
sewaktu itu menolong Ga Young.
“A..-ah n-ne...” jawab Ga Young sedikit
terbata dan mengusap tengkuknya yang tidak gatal dengan cengiran sedikit bodoh
karena malu. “Waeyo?” sahut Ga Young lagi.
Tiba-tiba namja itu mengulurkan tangannya
“Kita belum berkenalan waktu itu, perkenalkan aku Changmin” ucap namja itu yang
ternyata bernama Changmin, dia mengurai dengan senyum sumringah di wajahnya.
Ga Young hanya melamun sedang memikirkan
kejadian bodohnya yang lalu. “Nona? Hallo...?” sambar Changmin.
Tiba-tiba saja Ga Young kembali ke alam
sadarnya “O..-Owh ne aku Moon Ga Young.” dengan menunjukkan senyum simpulnya.
Tetapi Ga Young tak menyadari jika namja itu
sedang mengulurkan tangannya cukup lama. Namja itu hanya mengernyitkan dahi dan
berusaha menjabatkan tangannya pada Ga Young. Ga Young hanya
tersontak lalu tersenyum.
“Bangapsimnda..”
“Changkam-an, aku harus mengambil gitarku
dulu. Gidaryeo ne” Ucap Changmin yang tiba-tiba teringat pada gitar
kesayangannya yang Ia tinggal sendirian.
--
Mereka berdua berbicara satu sama lain cukup
lama kurang lebih 1 jam. Entah apa saja yang mereka obrolkan, tetapi sepertinya
cukup mengasyikkan. Sembari duduk di kursi kayu yang dinaungi pohon yang cukup
rindang. Angin sepoi berhembus, meski tidak terlalu kencang.
“Terima kasih sudah menolongku ne..” ucap Ga
Young yang menatap lurus ke depan. Ia memainkan jari jemarinya.
Changmin tersenyum pada yeoja yang ada di sebelahnya
itu “Ne. Sebearnya aku juga pernah merasa terpuruk sepertimu, ya karena
kehidupan ekonomiku yang begitu sulit dulunya.”
Changmin sedikit bercerita pada
Ga Young tentang kehidupannya yang tak jauh berbeda, meskipun permasalahannya
berbeda. “Tapi setidaknya kini aku sudah bangkit.”
Ga Young hanya tersenyum simpul “Apa sekarang
kita sudah berteman? Sepertinya kau pria yang sangat baik.” Ucap Ga Young
menoleh ke arah Changmin.
Changmin terbelalak ke arah Ga Young
“Ten..-tentu saja, sekarang kita teman.” Changmin tersenyum dan melilitkan
kelingkingnya pada kelingking Ga Young.
“Eoh.. Changmin-sshi apa pekerjaanmu hanya
sebagai guitaris jalanan?” tanya Ga Young datar.
Changmi bersandar, menyantaikan posisi
duduknya kembali “Owh itu, sebenarnya aku mengamen hanya pekerjaan iseng saja,
aku bisa dibilang bekerja di kafe.. ya maksudku bermain gitar dan bernyanyi di
kafe.” Jawab Changmin.
“Owhh, itu hal yang keren. Owh iya penyanyi
kafe –ini Ga Young memanggil Changmin dengan sebutan penyanyi kafe ̶ jam
berapa sekarang?”
Changmin mulai menengok jam tangan hitam di
pergelangan tangannya “Pukul 5..” jawabnya enteng.
Ga Young berdiri dari tempatnya “Aku pulang
dulu ne, terima kasih. Anyeonghaseyo.” Sambil membungkukkan badannya ke arah
Changmin dan berlalu untuk pergi.
“Owh ne cheonmayo, Aku antar saja.” Changmin
mencegah Ga Young dengan menggenggam lengannya.
Ga Young kembali berbalik dan mulai berucap
“Ah tidak usah repot-repot, aku sudah cukup berterima kasih.” sambil
menunjukkan senyum manisnya.
Changmin langsung menyambar tangan Ga Young
dan mengajaknya jalan “Ayo, aku tak akan tega meninggalkan perempuan pulang sendirian.
Rumahmu dimana?”
“Di jalan Pyeongdam.”
Changmin lalu menariknya naik ke atas bis “Ayo
hati-hati.”
^-
Setiap
aroma buku baru yang masih terlapisi plastik tercium dihidung mungil seorang
yeoja buta yang kini sudah ada di toko buku. Dia berusaha berhati-hati untuk
menghidari rak-rak buku yang ada agar tak tersenggol. Kemudian seorang pelayan
datang menghampirinya dan menawarkan bantuan.
“Owh, aku ingin buku berhuruf braile. Hmmm
tentang pengaktifan otak tengah?”
Pelayan tersebut memasang wajah sedikit
bingung “Hmmm maaf nona di toko kami tak ada buku berhuruf braile. Owh anda
mungkin bisa ke toko...
--
Yeoja ini kini sudah berada tepat di depan
alamat toko yang pelayan tadi berikan. Toko yang mendominasi warna merah muda
dan putih. Toko buku 3 lantai, dan suasana cukup ramai. Dengan mobil terpakir
di halaman parkirannya. Ia mulai masuk ke dalam toko, dengan barisan buku yang
tersusun rapi berderet dalam rak besar dan ada beberapa buku limited
edition yang terjejer di lemari kaca, dan harga yang tertera dengan
banderolan cukup mahal. Seorang pelayan lelaki menghampiri yeoja buta tersebut.
“Jogiyo, Bisa saya bantu?”
Ga Young yang mendengar langsung menoleh ke
arah suara berasal “Aku butuh buku berhuruf braile, apakah di sini ada?”
“Oh tentu saja, ikuti saya. Maaf permisi.”
Sambil memegang tangan Ga Young dan menuntun ke tempat buku berhuruf braile.
Sebuah meja berukuran 2x3m dan buku huruf
braile terletak di atasnya. Tanpa cover plastik dan ditaruh dengan posisi
spesial, yaitu dibiarkan terbuka.
Ga Young mencoba menyentuh buku tersebut. Dan
agak mengernyit bingung.
“Bukunya tak tercover dan terbuka? Apa ini
bekas?”
Pelayan tersebut tersenyum cruchy dengan
pertanyaan Ga Young “Tentu tidak, buku berhuruf braile haruf diperlakukan
khusus. Mereka tak dicover plastik karena bisa menekan buku tersebut, dan jika
tertekan bagian-bagian timbul pada huruf tersebut bisa tak timbul lagi. Intinya
kami meminimalisir yang namanya tekanan, agar hurufnya tetap timbul.”
Ga Young tersenyum malu dan kembali melontarkan
pertanyaannya “Hmmm, apa kategori judulnya sama semua?”
“Tidak, kami ada beberapa judul.”
Ga Young mulai mengangguk-angguk paham “Apakah
ada buku tentang psikologi atau tentang pengaktifan otak tengah?”
“Umm, disini kami hanya ada buku tentang motivasi,
dan beberapa tips-tips untuk tunanetra. Tapi ada satu buku tentang alat musik
piano.”
“Buku-buku braile kebanyakan tidak terlalu
tebal layaknya buku biasa. Paling tebal pun hanya 200/150 lembar.”
^-
Petikan-petikan
sebuah senar gitar yang mengalun merdu mengiringi seorang penyanyi perempuan
dengan suara indah di sampingnya. Sebuah penutupan yang sangat indah di langit
yang begitu temeram dan tenang dengan candle di tiap meja
dengan sepiring atau semangkuk makanan. Semua bertepuk tangan seusai mendengar
sebuah persembahan apik dari salah seorang penyanyi dan seorang gitaris yang
tampan tersebut.
Mereka mulai berdiri dan membungkuk pada
seluruh sorot mata yang menatap mereka di pagelaran yang tak megah di atas
panggung sederhana di dalam cafe. Mereka berjalan menuruni tangga dan menuju ke
ruangan karyawan untuk mengambil barang-barang mereka.
Sambil mengenakan jaket jeans nya dan
mencangklong tas pinggang coklat miliknya Ia mulai membungkuk pada kawan sepanggungnya
itu “Terima kasih atas kerja samanya Changmin-sshi.”
Pria itu membalas bungkukannya “Ne Cheonma,
nado Ghamsahamnida. Suaramu benar-benar daebak Wen.” Sambil membopong tas gitar
di pundaknya.
“Kalau begitu aku akan menemui manager dulu
ne. Aku duluan.” Lalu keluar ruangan dan menemui manager Choi.
Melambaikan tangannya “Baiklah.”
Kini tangannya mulai meringsut ke dalam saku
celananya mencari benda kotak miliknya. Dan melihat layar bercahaya itu
memunculkan sebuah pesan masuk.
From :
Yong Jae
Aku ada
job untukmu besok, di BurdenCoffee. Jam 6 kst eohh.
Jangan
telat, aku yakin bayaranmu 2x lipat.
Pria itu terlihat tersenyum membaca pesan
masuk tersebut, dan kembali memasukkan ponselnya. Dan berniat menemui manager
cafe sebelum pulang.
--
Dia mulai mengetuk dan membuka knop pintu.
Terlihat sesosok punggung pria sedang menatap jendela memunggunginya.
“Permisi Choi-sshi.” Masih dengan tubuh separuh masuk ke ruangan.
Manager tersadar dan
langsung berbalik “Ahhh ternyata kau Changmin, masuklah..” ucapnya begitu
ramah.
Manager cafe itu
sebenarnya adalah teman lama Changmin dulu, karena itu Changmin memanggilnya
Choi-sshi. Dan Changmin sudah satu tahun bekerja di kafe ini.
Changmin masuk dan
sedikit menganggukkan kepalanya membungkuk kecil.
“Ini bayaranmu untuk
hari ini Min-sshi.”
Changmin menerimanya
dengan wajah ramahnya “Ghamsahamnida, eum aku juga ingin minta cuti untuk besok
apakah bisa?”
Choi manager tiba-tiba
menepuk-nepuk pundak Changmin “Kau tidak perlu repot-repot ijin cuti Min-sshi,
karena mungkin aku tidak akan bisa lagi memberimu pekerjaan sesering
sebelumnya. Mungkin aku hanya akan mengundangmu untuk beberapa event saja,
tidak lagi 5 kali seminggu. Karena omset cafe sudah mulai meredup dan tak
seperti dulu.”
“Aaa.. ah tak apa choi-sshi.
Kalau begitu aku pulang dulu. Terima kasih untuk pekerjaannya Choi manager.”
Membungkuk dan mulai berlalu dari ruangan manager cafe.
--
Changmin mulai merogoh
kantungnya dan mencari kunci kost nya.
To be continued
0 komentar:
Posting Komentar