[AUTHOR]
Laras Kkamjong
[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc
[GENRE]
Romance, Fluff, Sad, Friendship,mystery
[RATING]
T
[DISCLAIMER]
Luhan dan Sehun milik Tuhan dan mak bapaknya, dan cast-cast OC milik imajinasi aku. Please always comment after read.
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS CANTUMIN NAMA
Happy reading guys :-)
Jariku
yang pegal setelah menulis seklebat curahan hatiku ini mulai kuregangkan.
Pandanganku yang tadi cerah kini mulai terlihat sedikit buram, diriku yang
kantuk tak bisa menahan uap yang ingin keluar dari mulutku. Aku mulai
menyusurkan kepalaku di atas meja, sambil memandangi keluar jendela dan semilir
angin.
Hyorin
POV End
Dirinya
yang semula dengan kesadaran tinggi, perlahan mulai berkurang dan tertidur
karena hembusan angin.
Pagi yang cerah 20 April 2011, hangat
mentari mulai menyentuh tubuh Hyorin meskipun angin berhembus cukup kencang.
Matanya yang terlelap dengan badan membungkuk menelungkup di atas meja mulai
merasa tidak nyaman. Ia sedikit menggerakkan jemari mungilnya dan membuka mata.
Sinar matahari yang ada di hadapannya langsung meluncur masuk ke matanya yang
baru terbuka.
“Aghkk...”
ia merasa silau karena sinar yang begitu terang. Ia mulai menegakkan tubuhnya
yang kaku dan menguap sangat lebar.
Ia
meregang “Awwhhh” ia mendesah. Tubuhnya sakit karena salah tidur.
Jam
dinding berbentuk hexagonal berwarna putih, menunjukkan jarumnya pada angka
06.53 KST.
Hyorin
yang bersemangat hari itu bergegas untuk memulai hari yang menentukan masa
depannya. Ia mengambil kuncir yang ada di kotak dan menguncir rambutnya yang
tergerai, dan pergi ke kamar mandi.
―͡
Sambil menatap bayangannya yang memakai
seragam di dalam cermin, ia tersenyum untuk menyemangati dirinya. Ia sedikit
membetulkan dasinya.
“Hyorin..
HWAITING....” sembari mengepalkan tangan kanannya.
Ia
mengambil tas ranselnya, dan pergi dari kamarnya.
“Appa...
ayo berangkat” sambil membuka kamar orang tuanya.
Pagi
itu Hyorin berangkat dengan semangat yang membara, seperti bersin yang terpatik
sebuah api. Ia membopong tasnya dan memasuki mobil hitam milik Appanya, Ia
duduk di jok sebelah jok appanya. Dengan sebaris senyum yang terus berderet di
pipi manisnya, nampak sekali moodnya yang sedang baik.
“Let’s go Appa..” sambil menunjukkan
tangannya ke depan seperti memberi aba-aba. Benda beroda empat itu kini melaju
dengan kecepatan sedang menuju sekolah Hyorin.
Hyorin memberikan kecupan pada Appanya
sebelum keluar dari mobil dan meminta doa dari Appanya. Ia keluar dari mobil
dan melambaikan tangannya ke arah mobil,
“Dahh
Appa..”
Sambil
mengepalkan tangannya ke atas “Hwaiting Hyorin.” Semangat dari Appanya.
Ia
berbalik dan tersenyum menyeringai dengan berjalan penuh percaya diri ke dalam
sekolah. Terlihat seorang namja yang melambaikan tangannya ke arah Hyorin,
tentu saja itu Luhan. Ia berlari kecil ke arah Hyorin dengan membawa sesuatu di
tangan kanannya. Hyorin mentautkan alisnya bingung melihat benda yang ada di
tangan Luhan.
“Untuk
siapa?” Tanya Hyorin sambil menunjuk benda di tangan Luhan.
Luhan
mengangkat benda itu tepat ke depan muka Hyorin
“Untukmu.” Sontak Hyorin terbelalak dan memundurkan kepalanya beberapa
senti seperti kura-kura.
Semula
matanya terbelalak kini matanya berubah membentuk eyesmile manis dan membentuk bulan sabit di bibir mungilnya
“Jeongmal? Ahh gomawo... kau manis sekali Luge.” Sambil menyahut benda yang ada
di depan wajahnya.
“Cokelat
itu aku beli kemarin, yah iseng-iseng aku belikan untukmu.” Sambil memegang
tengkuknya dan memainkan kakinya.
Tiba-tiba
Hyorin menggandengkan lengan kanannya ke leher Luhan dan langsung menariknya ke
kelas, “Kajja kita ke kelas, aku sudah siap bertempur hari ini. Sekali lagi
gomawo ne.” Mereka beranjak dari tempat mereka berdiri dan berjalan ke kelas.
―͡ —
Sebuah aula besar dengan murid-murid yang
sudah duduk dengan rapi dan barisan wali murid juga ada di barisan belakang.
Seluruh murid mengenakan pakaian rapi dengan almamater mereka. Mimbar besar
sudah ada di hadapan mereka, dan pengumuman tentang nilai tertinggi dan
perpisahan sekolah akan di mulai. Tahun ini murid Incheon High School 100%
lulus, dan tahun ini sekolah mereka mendapat rata-rata kelulusan tertinggi no 3
di Korea Selatan, sebuah kebanggaan tersendiri untuk mereka. Kini kepala sekolah
Kwon Soo Jung mulai menaiki mimbar dengan membawa catatan kecil di tangannya.
Ia mulai menyuarakan pidatonya di atas mimbar dengan gagah dan jas biru tua
yang Ia kenakan.
“...
Selamat untuk kalian yang sudah bisa lulus dari sekolah tercinta ini, baik saya
akan langsung membacakan 3 siswa dengan nilai tertinggi selama semester ini, di
mohon untuk maju setelah saya membacanya... ̶
Hyorin’s
POV
Jantungku mulai menderu cepat ketika
pengumuman ini di bacakan oleh kepala sekolah. Aku sangat berharap aku bisa menjadi
salah satu dari 3 siswa itu. “Give me
lucky chance today God..” sembari menghembus nafas berat dari hidungnya.
“...
Selamat untuk kalian yang sudah bisa lulus dari sekolah tercinta ini, baik saya
akan langsung membacakan 3 siswa dengan nilai tertinggi selama semester ini, di
mohon untuk maju setelah saya membacanya... ̶
Aku
mulai gelisah, aku menggigit bibir bawahku. Aku sangat berharap, tapi aku tidak
boleh terlalu berharap. Yang penting aku sudah berjuang keras selama ini.
Kepala
sekolah mulai melanjutkan kembali ucapannya “Untuk urutan ke-3 dengan rata-rata
nilai 9,44 diraih oleh.... siswa kelas 12.5 Kim Taehyung ̶
Glupp
Aku
menelan ludahku dalam-dalam, “kesempatan
sudah hilang 33,3%..” batinnya sambil bertepuk tangan mengikuti yang
lainnya.
Aku
memejamkan mataku rapat dan mendengar pengumuman selanjutnya.
“Dengan
urutan ke-2 dengan rata-rata nilai 9,46 diraih oleh siswi kelas 12.1 Goo Jae
Kyung... ̶
Hufff
Aku
membuka mataku dan bertepuk tangan “Hanya
satu kesempatan lagi.. baiklah sepertinya bukan aku, urutan satu sepertinya tak
mungkin.” ujarku dalam hati.
Aku
menggigit bibirku ketika Kepala Sekolah mulai bersuara lagi, sontak nafasku
terhenti ketika Ia mulai bersuara “Dannn urutan pertama dengan rata-rata 9,51
diraih oleh siswi kelas 12.1 Park Hyorinn... ̶
Seketika
itu aku menghembuskan nafas, setelah beberapa saat aku menahan nafas. Aku
benar-benar tak percaya, apa itu aku?? Benarkah?? Luhan yang duduk di sebelahku
mulai menyadarkanku, Ia mulai menggoyangkan pundakku dan berseru “Hyorin.. kau
berhasil, ayo ppali majulah.” Ia mendorongku dan menunjukkan deretan giginya.
̶
Author’s
POV
Hyorin memeluk Luhan erat sambil membawa buket
bunga yang ada di tangannya. Kini mereka sudah lulus dari SMA, dan harus
meneruskan masa depan mereka yang sudah menanti di depan. Hyorin melepaskan
pelukannya sejenak dan kembali memeluk Luhan erat. Suasana saat itu sangat
ramai dengan wali murid dan murid yang ada. Terlihat guratan bahagia di wajah
mereka.
“Aku
sangat senang Luhan, hiks hiks..” Hyorin memeluk Luhan dan menangis.
Luhan
sedikit mentautkan alisnya “Kenapa kau harus menangis?” Ujarnya yang mendengar
isakan Hyorin yang memeluknya.
“Aku
senang sekaligus sedih, aku akan meninggalkanmu dan pergi ke Seoul ̶
“Sudahlah
̶ Luhan melepas pelukannya
Luhan
memegang kedua pundak Hyorin “Kita masih bisa sms, telephone, email, dan yang
lainnya. Kau harus senang, ini adalah impianmu, aku sangat mendukungmu dari
sini. Kalau kau sudah sukses jangan lupa untuk terus menghubungiku eoh..”
Ucapnya sambil mencubit hidung Hyorin yang merah.
Hyorin
mengangguk mantab “Kau adalah sahabat terbaikku, aku takkan melupakanmu. Kau
hal terbaik di hidupku, terima kasih untuk semuanya. Kau harus berjanji
sekali-sekali ke Seoul, dan aku janji akan pulang ke Incheon jika aku libur.
Hehe..” sambil menunjukkan deretan giginya dan tawa bodohnya.
Luhan
membuang muka “Cihh, wajahmu benar-benar terlihat bodoh. Tapi kau bisa mendapat
peringkat 1.” Mengacak rambut Hyorin.
“Ayo
kita pulang dan merayakan kelulusan kita di kedai ramen kesukaanmu waktu itu..
aku yang akan mentraktir.” Ucap Hyorin memberi V sign pada Luhan.
“Baiklah
ayo!”
―͡ —
Hyorin’s
POV
Udara siang yang cerah kuhirup dalam-dalam,
begitu hangat. Aku mengurai senyum di bibirku, melihat suasana baru yang pernah
kurasakan dulu. Seorang yeoja di sebelahku menoleh ke arahku sejenak dan
mengajakku ke ruang tunggu sejenak. Kota Seoul memang agak berbeda dari kotaku
sebelumnya, Incheon. Pertemuanku kemarin di Incheon bersama Luhan di kedai
ramen, kini benar-benar membuatku rindu akan kehadirannya. Gurat senyumnya,
gaya bicaranya, caranya memanggilku, ya semuanya, aku merindukan sahabatku yang
satu itu. Aku mulai membuka ponsel yang dari tadi ku genggam, dan mulai
mengetikan beberapa kata.
To:
Luge
Aku
sudah sampai di Seoul.. :)
Aku
mulai membuka mulutku untuk memulai pembicaraan pada yeoja yang duduk di
sebelahku. Yeoja dengan rambut tergerai panjang kecoklatan, tangannya masih
memegang gagang koper silvernya.
“Eunjung,
kau tadi bilang jika kau akan di jemput. Mana mereka?” Tanyaku pada Eunjung.
Eunjung
menoleh ke arahku “Owh itu, iya sebentar lagi dia datang.” Dengan menunjukkan
senyumnya padaku.
Suasana
bandara di Seoul siang ini cukup ramai, dengan suara pesawat yang take off atau pun landing. Sementara itu masih juga ada orang yang mengumpat-umpat
tak jauh dari tempatku duduk, sepertinya dia ketinggalan pesawat. Yah begitulah
Seoul, tak semuanya baik. Aku membuka ponselku yang berdering, sebuah pesan
masuk dari Luhan.
Selamat
menempuh hidup baru di Seoul,
faighting
Hyorin-ah... ^,^
Aku
terkekeh kecil membaca pesannya.
“Siapa?”
tanya Eunjung dengan berusaha melihat ponsel yang ada di tanganku.
Aku
hanya tersenyum “Sahabatku...”
-
Ditempat
lain
Author’s
POV
Sehun sudah sampai dengan Kai di bandara
dengan mobil putihnya. Suasana begitu ramai. Sehun dan Kai menuju ke ruang
tunggu untuk menjemput Eunjung. Mereka berjalan dengan santai dan mengobrol
ketika berjalan. Tapi dari arah berlawanan ada seseorang yang berjalan dengan
terbirit-birit dengan membawa mokacino di tangannya. Tak sengaja orang tersebut
menabrak Sehun yang saat itu sedang asik mengobrol dengan Kai. Dan dalam
sekejab baju sehun yang semula abu-abu kini menjadi kecoklatan karena tumpahan
mokacino. Orang tersebut membungkuk beberapa kali pada Sehun dan meminta maaf.
Tapi karena orang itu terburu-buru, dia harus segera naik ke pesawat, dia
meninggalkan Sehun dan hanya mengucap kata maaf.
Sehun
sedikit mendengus sebal “Aiss, aku ke toilet dulu eoh. Kau jemput Eunjung saja,
aku akan langsung menyusulmu ke mobil, tak usah di ruang tunggu.” Ucapnya
sambil membersihkan pakaiannya dengan tisu dan berlalu dari hadapan Kai ̶ kendati Kai hanya mengangguk dan langsung ke
arah ruang tunggu.
Di
ruang tunggu
Hyorin’s
POV
Aku
terus bercerita satu sama lain dengan Eunjung. Dia benar-benar gadis yang baik.
Kini aku hanya berdiam diri, menengok keadaan sekitarku. Ada yang tertidur di
kursi tunggu, ada yang meminum kopi di tangannya, tetapi mataku tertuju pada
seorang namja yang melangkah kearahku dan Eunjung, berjalan semakin dekat dan
dekat. Saat itu juga aku mulai sedikit bertanya-tanya, mungkin itu pacarnya Eunjung.
Aku
menghela nafas panjang, dan mulai membuka ponselku. Melihat catatan mengenai
alamat calon universitasku di Seoul. Aku hanya melihat penuh selidik, tanpa
mengetahui di mana letak tempat tersebut. Aku sudah lupa dengan letak jalanan
di Seoul. Mungkin aku juga harus mencari pekerjaan paruh waktu, untuk menambah
biaya hidupku di Seoul. Ya biaya hidup di Seoul jauh lebih besar daripada di
Incheon, karena kebanyakan harga di Seoul mahal-mahal. Aku kembali melirik
namja itu yang ternyata sudah berada di depan Eunjung. Namja ini cukup tinggi
dengan perwakan yang jangkung dan rambutnya yang hitam.
“Hai
Eunjung” sapanya pada Eunjung dengan sedikit senyum di pipinya. Wajahnya tak
terlalu tampan, lebih tampan Luhan ketimbang orang tersebut.
Eunjung
berdiri dan membalas sapaannya “Hai Kai, kau sendirian? ̶
Namja
itu langsung menyahut begitu saja
“Owh
dia sedang ke toilet, tadi pakaiannya ketumpahan kopi.” Eunjung hanya
mengangguk padanya.
Ternyata
namja itu namanya Kai, ya nama yang cukup keren. Gaya pakaiannya juga seperti
orang yang sangat stylish.
“Hyorin,
perkenalkan ini Kai. Kai perkenalkan ini Hyorin, temanku selama di Incheon.”
Aku langsung berdiri dan memberinya salam.
“Hai
Kai, aku Hyorin.” Dengan sedikit tersenyum padanya. Aku memulainya untuk mengajak bersalaman.
“Hai
Hyo, senang berkenalan.” Mengeluarkan tangannya dari kantung jaketnya dan
membalas salamanku.
“Owh
iya Hyo, kau mau kemana? Aku akan memberimu tumpangan.” ajak Eunjung padaku.
“Aahh
ani, tak usah repot-repot. Aku akan pergi mencari universitasku.” Ucapku dengan
senyum terbaikku.
“Memangnya
universitasmu dimana?”
“Yonsei
University.”
Kai
tiba-tiba melongo “Wahh daebakk.. universitas itu sangat bagus kualitasnya di
Seoul. Termasuk universitas favorit. Aku tahu jalan ke sana.”
“Ahh,
tidak usah. Aku sudah banyak menyusahkan Eunjung.” Aku mengusap tengkukku
karena sedikit malu.
Eunjung
kini memegang tanganku “Baiklah aku tak akan memaksa, kalau kau membutuhkan
sesuatu, kau bisa menghubungiku. Aku pergi dulu eoh.” Ia berjalan pergi dan
melambaikan tangannya padaku.
Setelah
beberapa menit Eunjung pergi aku mulai berjalan menggeret koper hitam dan tas
ransel yang ada di punggungku. Aku harus cepat mencari kontrakkan yang dekat
dengan universitasku. Aku tidak ingin tidur di jalanan malam ini. Aku tak ingin
mati menggigil karena udara malam yang dingin.
Author’s
POV
Sehun
berjalan keluar dari toilet berjalan ke tempat parkir. Ia sudah mendapat pesan
dari Kai agar sedikit lebih cepat. Ia berjalan ke arah pintu keluar. Di luar
Hyorin sedang menunggu taksi yang akan mengantarnya. Sehun berjalan santai ke
luar. Hyorin sekilah menengok ke arah Sehun yang sedang berjalan. Tapi hanya
menengok sekilah, sekejab Ia kembali memfokuskan ke tempat yang tadi sempat Ia
tengok. Tapi sudah penuh dengan gerombolan orang yang baru saja keluar bandara.
Hyorin merasa seperti melihat seseorang yang mirip sekali dengan Sehun ketika
kecil. Tapi Hyorin mulai menyangkal pikirannya. Kini taksi yang Ia tunggu sudah
datang. Ia mulai memasukkan kopernya ke dalam bagasi, dan melangkah masuk ke
dalam taksi. Ia mulai menyebutkan destinasinya ke Yonsei University pada sopir
taksi tersebut.
--
Sehun
mulai masuk ke dalam mobilnya, Ia sudah disambut oleh kecupan lembut dan hangat
dari Eunjung di pipinya. Sehun hanya tersenyum, sedangkan Kai yang berada di
balik bangku kemudi hanya mengintip dari kaca spion dan menggeleng. Ia mulai
memutar kuncinya dan mesin mobil mulai menyala. Kai sedikit mendengus sebal
melihat sahabatnya malah bermesraan di bangku belakang dengan pacarnya yang
baru datang, sedangkan dirinya hanya bermesraan dengan kemudi mobil.
Begitu
miris dan menyedihkan, jujur saja Kai memang belum memiliki pasangan. Sehun
mulai menanyakan kabar Eunjung dan keadaan di Incheon.
Kai
mulai menancapkan gasnya dan melaju ke arah destinasi selanjutnya tanpa
basa-basi. Sehun dan Eunjung serta Kai, mereka berbincang-bincang selama
perjalanan. Pepohonan tertanam rapi di pinggir jalanan Seoul. Trotoar terlihat
cukup padat dengan beberapa kendaraan bermotor yang melintas di atasnya.
―͡ —
Kini Hyorin sudah sampai di depan gerbang
Yonsei University dengan membopong koper yang ada di tangannya. Ia mulai
sedikit terperangah melihat bangunan yang begitu besar dengan desain yang
mengesankan. Suasana di sana tidak terlalu ramai hanya ada beberapa mahasiswi
yang berlalu lalang di dalamnya. Hyorin masih saja terkagum-kagum,
sampai-sampai Ia menampar pipinya dengan tangannya sendiri, memastikan jika ini
semua bukanlah mimpi di siang bolong. Ia sangat senang kini Ia sudah berada di
kota kelahirannya. Meskipun Ia harus berjuang seorang diri saja. Tanpa bantuan
dari siapapun di sampingnya.
Ia
berjalan di pinggir trotoar sambil sesekali manik matanya melihat ke arah
bangunan tersebut. Kini Ia harus segera mencari tempat tinggal terdekat dan
murah. Beberapa pepohonan rindang mengiringinya selama berjalan di pinggir
trotoar dengan pemandangan Yonsei University di sampingnya. Ia terlihat
bahagia, dengan deretan senyum di bibirnya, manik matanya memancarkan cahaya
kegirangan. Tapi ini semua barulah awal, Hyorin yang mulai beranjak dewasa tak
akan tahu apa yang akan di hadapi selanjutnya.
―͡ —
Hyorin menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan
sprei biru muda itu. Pancar matanya sudah memancarkan rasa lelah, karena
perjalanannya seharian. Sebuah rumah kontrakan dengan satu kamar dan beberapa
ruangan lainnya, seperti rumah biasanya. Bedanya kini rumah yang di huni Hyorin
jauh lebih kecil, dengan perabotan yang tak terlalu banyak di dalamnya.
Kontrakan dengan harga yang cukup murah, dengan 1-2 tanaman yang tertanam di
halamannya.
Ia
menghela nafas panjang dan menatap langit-langit kamarnya, lalu memejamkan
kedua manik matanya. Berusaha menjernihkan pikirannya dan memulihkan tenaga
yang sudah terkuras banyak. Ia membawa boneka teddy bear pemberian Sehun di dekapannya.
Jam
di ponsel Hyorin sudah menunjukkan angka 5.00 sore. Dalam sekejap Hyorin yang
tadi masih tersadar kini tertidur pulas karena kelelahan.
Beberapa
burung kecil bertengger di jendela kamar yang masih terbuka. Nampak langit yang
mulai menjingga indah dengan semburat awan yang berwarna ungu dengan gradasi
oren. Semilir angin berhembus melalui jendela kamar Hyorin dan menaburkan
rambut Hyorin menjadi terhambur di depan wajahnya.
A
couple hours later
Hyorin
mulai merasa kedinginan dengan angin yang berhembus dari jendela kamarnya.
Matanya mulai terbuka perlahan, tubuhnya sama sekali tak berubah dari posisi
tidur sebelumnya, Ia tertidur terlalu nyenyak. Ia mulai mengucek sebelah
matanya yang masih buram, dan mulai menopang tubuhnya untuk bangun dari
tidurnya yang lelap. Ia berdiri dan berjalan lunglai ke arah jendela kamarnya yang
sudah menampakkan pemandangan langit gelap di luarnya. Masih ada beberapa orang
yang melintasi trotoar di depan rumahnya. Ia mulai menutup jendela kamar dan
menarik gorden putih. Ia berjalan ke arah tas ranselnya dan mengambil air
mineral yang ada di dalamya. Tenggorokkannya terasa sangat kering. Terasa
sangat lega ketika air itu melewati kerongkongan Hyorin. Satu botol air mineral
itu habis ditelan rasa hausnya.
Ia
mengernyitkan dahinya seketika, perutnya berbunyi memanggil alarm kelaparan di
dalamnya. Ia memegang perutnya, dan mulai berpikir untuk keluar mencari
makanan.
Mengusap
perutnya yang malang karena kelaparan “Tenang saja, aku akan memberikanmu
makanan banyak malam ini, karena kau sudah kosong seharian.” Ucapnya bergumam sendirian.
Ia
mulai mengabrik kopernya dan memasukkan beberapa lembar pakaiannya ke dalam
lemari lalu mengambil jaket abu-abunya. Tak lupa Ia membawa beberapa lembar won
di kantungnya, dan tentu saja ponsel.
―͡ —
Eunjung menggandeng lengan Sehun erat dan
duduk berdampingan di sofa empuk milik Eunjung. Film action yang ada di
hadapannya sedang berputar dengan menunjukkan aksi-aksi perkelahian yang
menakjubkan. Sesekali aksi itu membuat Eunjung terkagum. Sehun yang ada di
sebelahnya hanya sibuk memakan popcorn tanpa merespon film yang ada di
hadapannya. Matanya menatap kosong tanpa pandangan berarti.
Dengan
suasana yang cukup sepi di rumah Eunjung, hanya mereka berdua dan pembantunya.
Orang tua Eunjung masih ada urusan kerja di luar pulau.
Otak
Sehun masih memikirkan wajah seseorang dengan ukiran jelas di pikirannya. Ia
masih penasaran dengan yeoja yang sempat Ia lihat di bandara tadi siang. Yeoja
asing tapi dengan wajah yang menurutnya sangat familiar. Tapi tadi di bandara
Ia hanya berlalu tanpa menghiraukan yeoja tersebut. Tangannya meraba-raba ke
dalam kotak popcorn di pangkuannya. Kini pupil matanya bergerak turun menatap
ke arah popcorn yang ada di pangkuannya. Ia kehabisan popcorn. Ia melihat malas
ke dalam kotak itu dan mengintip ke dalamnya serta membalik-balikkan kotak
tersebut, memastikan jika isinya sudah kosong. Ia mengendus malas, dan
memiringkan bibirnya. Malam ini begitu membosankan menurutnya. Untuk pertama
kalinya Sehun merasa bosan saat di samping Eunjung.
Sehun
mulai membuka mulutnya dan menoleh ke arah Eunjung yang menyandar di
pundaknya
TO BE CONTINUE
0 komentar:
Posting Komentar