Rabu, 07 Januari 2015

Salvation Chapter 7



[AUTHOR]
Laras Kkamjong

[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc

[GENRE]
Romance, Fluff, Sad, Friendship,mystery

[RATING]
T

[DISCLAIMER]
Luhan dan Sehun milik Tuhan dan mak bapaknya, dan cast-cast OC milik imajinasi aku. Please always comment after read.

Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran

COPAS CANTUMIN NAMA

Happy reading guys :-)





Jariku yang pegal setelah menulis seklebat curahan hatiku ini mulai kuregangkan. Pandanganku yang tadi cerah kini mulai terlihat sedikit buram, diriku yang kantuk tak bisa menahan uap yang ingin keluar dari mulutku. Aku mulai menyusurkan kepalaku di atas meja, sambil memandangi keluar jendela dan semilir angin.


Hyorin POV End
Dirinya yang semula dengan kesadaran tinggi, perlahan mulai berkurang dan tertidur karena hembusan angin.

     Pagi yang cerah 20 April 2011, hangat mentari mulai menyentuh tubuh Hyorin meskipun angin berhembus cukup kencang. Matanya yang terlelap dengan badan membungkuk menelungkup di atas meja mulai merasa tidak nyaman. Ia sedikit menggerakkan jemari mungilnya dan membuka mata. Sinar matahari yang ada di hadapannya langsung meluncur masuk ke matanya yang baru terbuka.
“Aghkk...” ia merasa silau karena sinar yang begitu terang. Ia mulai menegakkan tubuhnya yang kaku dan menguap sangat lebar.
Ia meregang “Awwhhh” ia mendesah. Tubuhnya sakit karena salah tidur.
Jam dinding berbentuk hexagonal berwarna putih, menunjukkan jarumnya pada angka 06.53 KST.
Hyorin yang bersemangat hari itu bergegas untuk memulai hari yang menentukan masa depannya. Ia mengambil kuncir yang ada di kotak dan menguncir rambutnya yang tergerai, dan pergi ke kamar mandi.
―͡  
     Sambil menatap bayangannya yang memakai seragam di dalam cermin, ia tersenyum untuk menyemangati dirinya. Ia sedikit membetulkan dasinya.
“Hyorin.. HWAITING....” sembari mengepalkan tangan kanannya.
Ia mengambil tas ranselnya, dan pergi dari kamarnya.
“Appa... ayo berangkat” sambil membuka kamar orang tuanya.
Pagi itu Hyorin berangkat dengan semangat yang membara, seperti bersin yang terpatik sebuah api. Ia membopong tasnya dan memasuki mobil hitam milik Appanya, Ia duduk di jok sebelah jok appanya. Dengan sebaris senyum yang terus berderet di pipi manisnya, nampak sekali moodnya yang sedang baik.
Let’s go Appa..” sambil menunjukkan tangannya ke depan seperti memberi aba-aba. Benda beroda empat itu kini melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah Hyorin.

     Hyorin memberikan kecupan pada Appanya sebelum keluar dari mobil dan meminta doa dari Appanya. Ia keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ke arah mobil,
“Dahh Appa..”
Sambil mengepalkan tangannya ke atas “Hwaiting Hyorin.” Semangat dari Appanya.

Ia berbalik dan tersenyum menyeringai dengan berjalan penuh percaya diri ke dalam sekolah. Terlihat seorang namja yang melambaikan tangannya ke arah Hyorin, tentu saja itu Luhan. Ia berlari kecil ke arah Hyorin dengan membawa sesuatu di tangan kanannya. Hyorin mentautkan alisnya bingung melihat benda yang ada di tangan Luhan.
“Untuk siapa?” Tanya Hyorin sambil menunjuk benda di tangan Luhan.
Luhan mengangkat benda itu tepat ke depan muka Hyorin  “Untukmu.” Sontak Hyorin terbelalak dan memundurkan kepalanya beberapa senti seperti kura-kura.
Semula matanya terbelalak kini matanya berubah membentuk eyesmile manis dan membentuk bulan sabit di bibir mungilnya “Jeongmal? Ahh gomawo... kau manis sekali Luge.” Sambil menyahut benda yang ada di depan wajahnya.
“Cokelat itu aku beli kemarin, yah iseng-iseng aku belikan untukmu.” Sambil memegang tengkuknya dan memainkan kakinya.
Tiba-tiba Hyorin menggandengkan lengan kanannya ke leher Luhan dan langsung menariknya ke kelas, “Kajja kita ke kelas, aku sudah siap bertempur hari ini. Sekali lagi gomawo ne.” Mereka beranjak dari tempat mereka berdiri dan berjalan ke kelas.

―͡   —

     Sebuah aula besar dengan murid-murid yang sudah duduk dengan rapi dan barisan wali murid juga ada di barisan belakang. Seluruh murid mengenakan pakaian rapi dengan almamater mereka. Mimbar besar sudah ada di hadapan mereka, dan pengumuman tentang nilai tertinggi dan perpisahan sekolah akan di mulai. Tahun ini murid Incheon High School 100% lulus, dan tahun ini sekolah mereka mendapat rata-rata kelulusan tertinggi no 3 di Korea Selatan, sebuah kebanggaan tersendiri untuk mereka. Kini kepala sekolah Kwon Soo Jung mulai menaiki mimbar dengan membawa catatan kecil di tangannya. Ia mulai menyuarakan pidatonya di atas mimbar dengan gagah dan jas biru tua yang Ia kenakan.
“... Selamat untuk kalian yang sudah bisa lulus dari sekolah tercinta ini, baik saya akan langsung membacakan 3 siswa dengan nilai tertinggi selama semester ini, di mohon untuk maju setelah saya membacanya... ̶

Hyorin’s POV

     Jantungku mulai menderu cepat ketika pengumuman ini di bacakan oleh kepala sekolah. Aku sangat berharap aku bisa menjadi salah satu dari 3 siswa itu. “Give me lucky chance today God..” sembari menghembus nafas berat dari hidungnya.
“... Selamat untuk kalian yang sudah bisa lulus dari sekolah tercinta ini, baik saya akan langsung membacakan 3 siswa dengan nilai tertinggi selama semester ini, di mohon untuk maju setelah saya membacanya... ̶
Aku mulai gelisah, aku menggigit bibir bawahku. Aku sangat berharap, tapi aku tidak boleh terlalu berharap. Yang penting aku sudah berjuang keras selama ini.

Kepala sekolah mulai melanjutkan kembali ucapannya “Untuk urutan ke-3 dengan rata-rata nilai 9,44 diraih oleh.... siswa kelas 12.5 Kim Taehyung ̶

Glupp

Aku menelan ludahku dalam-dalam, “kesempatan sudah hilang 33,3%..” batinnya sambil bertepuk tangan mengikuti yang lainnya.
Aku memejamkan mataku rapat dan mendengar pengumuman selanjutnya.
“Dengan urutan ke-2 dengan rata-rata nilai 9,46 diraih oleh siswi kelas 12.1 Goo Jae Kyung... ̶
Hufff
Aku membuka mataku dan bertepuk tangan “Hanya satu kesempatan lagi.. baiklah sepertinya bukan aku, urutan satu sepertinya tak mungkin.” ujarku dalam hati.
Aku menggigit bibirku ketika Kepala Sekolah mulai bersuara lagi, sontak nafasku terhenti ketika Ia mulai bersuara “Dannn urutan pertama dengan rata-rata 9,51 diraih oleh siswi kelas 12.1 Park Hyorinn... ̶ 

Seketika itu aku menghembuskan nafas, setelah beberapa saat aku menahan nafas. Aku benar-benar tak percaya, apa itu aku?? Benarkah?? Luhan yang duduk di sebelahku mulai menyadarkanku, Ia mulai menggoyangkan pundakku dan berseru “Hyorin.. kau berhasil, ayo ppali majulah.” Ia mendorongku dan menunjukkan deretan giginya.


̶

Author’s POV

     Hyorin memeluk Luhan erat sambil membawa buket bunga yang ada di tangannya. Kini mereka sudah lulus dari SMA, dan harus meneruskan masa depan mereka yang sudah menanti di depan. Hyorin melepaskan pelukannya sejenak dan kembali memeluk Luhan erat. Suasana saat itu sangat ramai dengan wali murid dan murid yang ada. Terlihat guratan bahagia di wajah mereka.
“Aku sangat senang Luhan, hiks hiks..” Hyorin memeluk Luhan dan menangis.
Luhan sedikit mentautkan alisnya “Kenapa kau harus menangis?” Ujarnya yang mendengar isakan Hyorin yang memeluknya.

“Aku senang sekaligus sedih, aku akan meninggalkanmu dan pergi ke Seoul ̶
“Sudahlah  ̶ Luhan melepas pelukannya

Luhan memegang kedua pundak Hyorin “Kita masih bisa sms, telephone, email, dan yang lainnya. Kau harus senang, ini adalah impianmu, aku sangat mendukungmu dari sini. Kalau kau sudah sukses jangan lupa untuk terus menghubungiku eoh..” Ucapnya sambil mencubit hidung Hyorin yang merah.

Hyorin mengangguk mantab “Kau adalah sahabat terbaikku, aku takkan melupakanmu. Kau hal terbaik di hidupku, terima kasih untuk semuanya. Kau harus berjanji sekali-sekali ke Seoul, dan aku janji akan pulang ke Incheon jika aku libur. Hehe..” sambil menunjukkan deretan giginya dan tawa bodohnya.

Luhan membuang muka “Cihh, wajahmu benar-benar terlihat bodoh. Tapi kau bisa mendapat peringkat 1.” Mengacak rambut Hyorin.

“Ayo kita pulang dan merayakan kelulusan kita di kedai ramen kesukaanmu waktu itu.. aku yang akan mentraktir.” Ucap Hyorin memberi V sign pada Luhan.

“Baiklah ayo!”


―͡   —

Hyorin’s POV

     Udara siang yang cerah kuhirup dalam-dalam, begitu hangat. Aku mengurai senyum di bibirku, melihat suasana baru yang pernah kurasakan dulu. Seorang yeoja di sebelahku menoleh ke arahku sejenak dan mengajakku ke ruang tunggu sejenak. Kota Seoul memang agak berbeda dari kotaku sebelumnya, Incheon. Pertemuanku kemarin di Incheon bersama Luhan di kedai ramen, kini benar-benar membuatku rindu akan kehadirannya. Gurat senyumnya, gaya bicaranya, caranya memanggilku, ya semuanya, aku merindukan sahabatku yang satu itu. Aku mulai membuka ponsel yang dari tadi ku genggam, dan mulai mengetikan beberapa kata.

To: Luge

Aku sudah sampai di Seoul.. :)

Aku mulai membuka mulutku untuk memulai pembicaraan pada yeoja yang duduk di sebelahku. Yeoja dengan rambut tergerai panjang kecoklatan, tangannya masih memegang gagang koper silvernya.
“Eunjung, kau tadi bilang jika kau akan di jemput. Mana mereka?” Tanyaku pada Eunjung.

Eunjung menoleh ke arahku “Owh itu, iya sebentar lagi dia datang.” Dengan menunjukkan senyumnya padaku.

Suasana bandara di Seoul siang ini cukup ramai, dengan suara pesawat yang take off atau pun landing. Sementara itu masih juga ada orang yang mengumpat-umpat tak jauh dari tempatku duduk, sepertinya dia ketinggalan pesawat. Yah begitulah Seoul, tak semuanya baik. Aku membuka ponselku yang berdering, sebuah pesan masuk dari Luhan.

Selamat menempuh hidup baru di Seoul,
faighting Hyorin-ah... ^,^

Aku terkekeh kecil membaca pesannya.
“Siapa?” tanya Eunjung dengan berusaha melihat ponsel yang ada di tanganku.

Aku hanya tersenyum “Sahabatku...”

-
Ditempat lain

Author’s POV

     Sehun sudah sampai dengan Kai di bandara dengan mobil putihnya. Suasana begitu ramai. Sehun dan Kai menuju ke ruang tunggu untuk menjemput Eunjung. Mereka berjalan dengan santai dan mengobrol ketika berjalan. Tapi dari arah berlawanan ada seseorang yang berjalan dengan terbirit-birit dengan membawa mokacino di tangannya. Tak sengaja orang tersebut menabrak Sehun yang saat itu sedang asik mengobrol dengan Kai. Dan dalam sekejab baju sehun yang semula abu-abu kini menjadi kecoklatan karena tumpahan mokacino. Orang tersebut membungkuk beberapa kali pada Sehun dan meminta maaf. Tapi karena orang itu terburu-buru, dia harus segera naik ke pesawat, dia meninggalkan Sehun dan hanya mengucap kata maaf.

Sehun sedikit mendengus sebal “Aiss, aku ke toilet dulu eoh. Kau jemput Eunjung saja, aku akan langsung menyusulmu ke mobil, tak usah di ruang tunggu.” Ucapnya sambil membersihkan pakaiannya dengan tisu dan berlalu dari hadapan Kai ̶  kendati Kai hanya mengangguk dan langsung ke arah ruang tunggu.

Di ruang tunggu

Hyorin’s POV

Aku terus bercerita satu sama lain dengan Eunjung. Dia benar-benar gadis yang baik. Kini aku hanya berdiam diri, menengok keadaan sekitarku. Ada yang tertidur di kursi tunggu, ada yang meminum kopi di tangannya, tetapi mataku tertuju pada seorang namja yang melangkah kearahku dan Eunjung, berjalan semakin dekat dan dekat. Saat itu juga aku mulai sedikit bertanya-tanya, mungkin itu pacarnya Eunjung.

Aku menghela nafas panjang, dan mulai membuka ponselku. Melihat catatan mengenai alamat calon universitasku di Seoul. Aku hanya melihat penuh selidik, tanpa mengetahui di mana letak tempat tersebut. Aku sudah lupa dengan letak jalanan di Seoul. Mungkin aku juga harus mencari pekerjaan paruh waktu, untuk menambah biaya hidupku di Seoul. Ya biaya hidup di Seoul jauh lebih besar daripada di Incheon, karena kebanyakan harga di Seoul mahal-mahal. Aku kembali melirik namja itu yang ternyata sudah berada di depan Eunjung. Namja ini cukup tinggi dengan perwakan yang jangkung dan rambutnya yang hitam.

“Hai Eunjung” sapanya pada Eunjung dengan sedikit senyum di pipinya. Wajahnya tak terlalu tampan, lebih tampan Luhan ketimbang orang tersebut. 

Eunjung berdiri dan membalas sapaannya “Hai Kai, kau sendirian? ̶
Namja itu langsung menyahut begitu saja

“Owh dia sedang ke toilet, tadi pakaiannya ketumpahan kopi.” Eunjung hanya mengangguk padanya.

Ternyata namja itu namanya Kai, ya nama yang cukup keren. Gaya pakaiannya juga seperti orang yang sangat stylish.

“Hyorin, perkenalkan ini Kai. Kai perkenalkan ini Hyorin, temanku selama di Incheon.” Aku langsung berdiri dan memberinya salam.

“Hai Kai, aku Hyorin.” Dengan sedikit tersenyum padanya.  Aku memulainya untuk mengajak bersalaman.

“Hai Hyo, senang berkenalan.” Mengeluarkan tangannya dari kantung jaketnya dan membalas salamanku.

“Owh iya Hyo, kau mau kemana? Aku akan memberimu tumpangan.” ajak Eunjung padaku.

“Aahh ani, tak usah repot-repot. Aku akan pergi mencari universitasku.” Ucapku dengan senyum terbaikku.

“Memangnya universitasmu dimana?”

“Yonsei University.”

Kai tiba-tiba melongo “Wahh daebakk.. universitas itu sangat bagus kualitasnya di Seoul. Termasuk universitas favorit. Aku tahu jalan ke sana.”

“Ahh, tidak usah. Aku sudah banyak menyusahkan Eunjung.” Aku mengusap tengkukku karena sedikit malu.

Eunjung kini memegang tanganku “Baiklah aku tak akan memaksa, kalau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungiku. Aku pergi dulu eoh.” Ia berjalan pergi dan melambaikan tangannya padaku.

Setelah beberapa menit Eunjung pergi aku mulai berjalan menggeret koper hitam dan tas ransel yang ada di punggungku. Aku harus cepat mencari kontrakkan yang dekat dengan universitasku. Aku tidak ingin tidur di jalanan malam ini. Aku tak ingin mati menggigil karena udara malam yang dingin.


Author’s POV

Sehun berjalan keluar dari toilet berjalan ke tempat parkir. Ia sudah mendapat pesan dari Kai agar sedikit lebih cepat. Ia berjalan ke arah pintu keluar. Di luar Hyorin sedang menunggu taksi yang akan mengantarnya. Sehun berjalan santai ke luar. Hyorin sekilah menengok ke arah Sehun yang sedang berjalan. Tapi hanya menengok sekilah, sekejab Ia kembali memfokuskan ke tempat yang tadi sempat Ia tengok. Tapi sudah penuh dengan gerombolan orang yang baru saja keluar bandara. Hyorin merasa seperti melihat seseorang yang mirip sekali dengan Sehun ketika kecil. Tapi Hyorin mulai menyangkal pikirannya. Kini taksi yang Ia tunggu sudah datang. Ia mulai memasukkan kopernya ke dalam bagasi, dan melangkah masuk ke dalam taksi. Ia mulai menyebutkan destinasinya ke Yonsei University pada sopir taksi tersebut.

--

Sehun mulai masuk ke dalam mobilnya, Ia sudah disambut oleh kecupan lembut dan hangat dari Eunjung di pipinya. Sehun hanya tersenyum, sedangkan Kai yang berada di balik bangku kemudi hanya mengintip dari kaca spion dan menggeleng. Ia mulai memutar kuncinya dan mesin mobil mulai menyala. Kai sedikit mendengus sebal melihat sahabatnya malah bermesraan di bangku belakang dengan pacarnya yang baru datang, sedangkan dirinya hanya bermesraan dengan kemudi mobil.

Begitu miris dan menyedihkan, jujur saja Kai memang belum memiliki pasangan. Sehun mulai menanyakan kabar Eunjung dan keadaan di Incheon.

Kai mulai menancapkan gasnya dan melaju ke arah destinasi selanjutnya tanpa basa-basi. Sehun dan Eunjung serta Kai, mereka berbincang-bincang selama perjalanan. Pepohonan tertanam rapi di pinggir jalanan Seoul. Trotoar terlihat cukup padat dengan beberapa kendaraan bermotor yang melintas di atasnya.


―͡   —


     Kini Hyorin sudah sampai di depan gerbang Yonsei University dengan membopong koper yang ada di tangannya. Ia mulai sedikit terperangah melihat bangunan yang begitu besar dengan desain yang mengesankan. Suasana di sana tidak terlalu ramai hanya ada beberapa mahasiswi yang berlalu lalang di dalamnya. Hyorin masih saja terkagum-kagum, sampai-sampai Ia menampar pipinya dengan tangannya sendiri, memastikan jika ini semua bukanlah mimpi di siang bolong. Ia sangat senang kini Ia sudah berada di kota kelahirannya. Meskipun Ia harus berjuang seorang diri saja. Tanpa bantuan dari siapapun di sampingnya.

Ia berjalan di pinggir trotoar sambil sesekali manik matanya melihat ke arah bangunan tersebut. Kini Ia harus segera mencari tempat tinggal terdekat dan murah. Beberapa pepohonan rindang mengiringinya selama berjalan di pinggir trotoar dengan pemandangan Yonsei University di sampingnya. Ia terlihat bahagia, dengan deretan senyum di bibirnya, manik matanya memancarkan cahaya kegirangan. Tapi ini semua barulah awal, Hyorin yang mulai beranjak dewasa tak akan tahu apa yang akan di hadapi selanjutnya.

―͡   —

      Hyorin menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan sprei biru muda itu. Pancar matanya sudah memancarkan rasa lelah, karena perjalanannya seharian. Sebuah rumah kontrakan dengan satu kamar dan beberapa ruangan lainnya, seperti rumah biasanya. Bedanya kini rumah yang di huni Hyorin jauh lebih kecil, dengan perabotan yang tak terlalu banyak di dalamnya. Kontrakan dengan harga yang cukup murah, dengan 1-2 tanaman yang tertanam di halamannya.


Ia menghela nafas panjang dan menatap langit-langit kamarnya, lalu memejamkan kedua manik matanya. Berusaha menjernihkan pikirannya dan memulihkan tenaga yang sudah terkuras banyak. Ia membawa boneka teddy bear pemberian Sehun di dekapannya.

Jam di ponsel Hyorin sudah menunjukkan angka 5.00 sore. Dalam sekejap Hyorin yang tadi masih tersadar kini tertidur pulas karena kelelahan.

Beberapa burung kecil bertengger di jendela kamar yang masih terbuka. Nampak langit yang mulai menjingga indah dengan semburat awan yang berwarna ungu dengan gradasi oren. Semilir angin berhembus melalui jendela kamar Hyorin dan menaburkan rambut Hyorin menjadi terhambur di depan wajahnya.

A couple hours later

Hyorin mulai merasa kedinginan dengan angin yang berhembus dari jendela kamarnya. Matanya mulai terbuka perlahan, tubuhnya sama sekali tak berubah dari posisi tidur sebelumnya, Ia tertidur terlalu nyenyak. Ia mulai mengucek sebelah matanya yang masih buram, dan mulai menopang tubuhnya untuk bangun dari tidurnya yang lelap. Ia berdiri dan berjalan lunglai ke arah jendela kamarnya yang sudah menampakkan pemandangan langit gelap di luarnya. Masih ada beberapa orang yang melintasi trotoar di depan rumahnya. Ia mulai menutup jendela kamar dan menarik gorden putih. Ia berjalan ke arah tas ranselnya dan mengambil air mineral yang ada di dalamya. Tenggorokkannya terasa sangat kering. Terasa sangat lega ketika air itu melewati kerongkongan Hyorin. Satu botol air mineral itu habis ditelan rasa hausnya.

Ia mengernyitkan dahinya seketika, perutnya berbunyi memanggil alarm kelaparan di dalamnya. Ia memegang perutnya, dan mulai berpikir untuk keluar mencari makanan.

Mengusap perutnya yang malang karena kelaparan “Tenang saja, aku akan memberikanmu makanan banyak malam ini, karena kau sudah kosong seharian.”  Ucapnya bergumam sendirian.

Ia mulai mengabrik kopernya dan memasukkan beberapa lembar pakaiannya ke dalam lemari lalu mengambil jaket abu-abunya. Tak lupa Ia membawa beberapa lembar won di kantungnya, dan tentu saja ponsel.

―͡   —

    
     Eunjung menggandeng lengan Sehun erat dan duduk berdampingan di sofa empuk milik Eunjung. Film action yang ada di hadapannya sedang berputar dengan menunjukkan aksi-aksi perkelahian yang menakjubkan. Sesekali aksi itu membuat Eunjung terkagum. Sehun yang ada di sebelahnya hanya sibuk memakan popcorn tanpa merespon film yang ada di hadapannya. Matanya menatap kosong tanpa pandangan berarti.

Dengan suasana yang cukup sepi di rumah Eunjung, hanya mereka berdua dan pembantunya. Orang tua Eunjung masih ada urusan kerja di luar pulau.

Otak Sehun masih memikirkan wajah seseorang dengan ukiran jelas di pikirannya. Ia masih penasaran dengan yeoja yang sempat Ia lihat di bandara tadi siang. Yeoja asing tapi dengan wajah yang menurutnya sangat familiar. Tapi tadi di bandara Ia hanya berlalu tanpa menghiraukan yeoja tersebut. Tangannya meraba-raba ke dalam kotak popcorn di pangkuannya. Kini pupil matanya bergerak turun menatap ke arah popcorn yang ada di pangkuannya. Ia kehabisan popcorn. Ia melihat malas ke dalam kotak itu dan mengintip ke dalamnya serta membalik-balikkan kotak tersebut, memastikan jika isinya sudah kosong. Ia mengendus malas, dan memiringkan bibirnya. Malam ini begitu membosankan menurutnya. Untuk pertama kalinya Sehun merasa bosan saat di samping Eunjung.

Sehun mulai membuka mulutnya dan menoleh ke arah Eunjung yang menyandar di pundaknya  


TO BE CONTINUE

0 komentar:

Posting Komentar