[AUTHOR]
Laras Kkamjong
[CAST]
Park Hyorin, Sehun, Luhan, Eunjung, etc
[GENRE]
Romance, Sad, Friendship,mystery
[RATING]
T
Maaf jika ada kesamaan, tapi ini murni karya saya.
Maafkan jika ada typo bertebaran
COPAS
CANTUMIN NAMA
Happy
reading guys :-)
Seluruh murid segera menghambur keluar kelas saat jam pulang sekolah
berbunyi. Namja itu masih membereskan buku-bukunya yang ada di atas meja. Salah
temannya masih menungguinya sambil duduk di atas meja yang ada di depan sambil
menatap malas karena temannya yang sangat lama. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya.
“Kau ini lama sekali Sehun” ucap Kai yang duduk di atas meja.
Sehun masih membereskan tasnya “Pulanglah saja dulu jika kau tak mau
menungguku, lagi pula aku bisa pulang sendiri tanpamu.” Ucapnya datar tanpa
menunjukan ekpresi pada Kai sama sekali.
Kai menyorot Sehun dengan tatapan seolah sebal. Ia mendengus kesal, dan
memutar bola matanya malas.
Sehun mencangklong tasnya dan berjalan keluar dengan Kai yang mengikuti di
belakangnya.
“Kai, ayo kita ke klub malam ini. Aku bosan dengan semua pelajaran ini.”
Ajak Sehun. Berjalan menuju pertokoan yang ada di dekat sekolahnya, tempat
mobilnya terparkir.
Kai menengok sejenak pada Sehun “Tak biasanya kau mengajakku ke klub,
biasanya aku yang mengajakmu”
“Hemm.. aku bosan, sekarang yeojachinguku sedang di Incheon”
“Jadi kau ingin lihat yang bening-bening?” tanya Kai sambil menyipitkan
matanya penuh selidik.
Sehun me-smirkkan bibirnya kecil “Tidak juga, aku hanya ingin
bersenang-senang” Ujar Sehun. Membuka knop pintu mobilnya
“Baiklah” ucap Kai, sambil membuka pintu yang ada di sebelah pengemudi.
―͡ —
Luhan
sedang berlatih di sebuah lapangan futsal indoor yang ada di sekolahnya. Ia
menggiring bola itu dengan lihai, kakinya yang lincah membawa bola itu
mengikutinya menuju sebuah gawang putih yang siap di jebolnya. Temannya
berteriak “Umpan ke aku” Luhan tidak memperdulikan dan terus menggiring bola
itu dan menembak dengan tembakan yang cukup jauh dan menyudut, dan GOLL. Luhan
menjebol gawang itu sendiri.
Luhan berjalan ke arah pinggir lapangan yang bercat hijau. Bangku penonton hanya sedikit terbaris di sana.
Salah satu tangan Xiumin merangkul pundak Luhan “Kerja bagus kawan, tapi
lain kali jika aku bilang oper, kau operkan padaku” ucapnya sambil melemparkan
senyum.
“Tapi tadi tembakanku benar-benar bagus bukan?” Tanya Luhan sambil
mengambil botol minum yang ada di tas hitam miliknya.
“Daebak.” Sambil menyinggungkan smirk kecilnya.
Luhan duduk di bangku yang terbuat dari keramik itu dan meminum minumannya
untuk menghilangkan dahaga yang ia rasa setelah bermain bola. Kakinya yang
tegang dan lelah ia luruskan. Xiumin yang duduk di sebelahnya terus menatap ke
arah lapangan melihat teman lainnya sedang berlatih.
“Ayo” ajak Luhan pada Xiumin, sambil mengulurkan tangannya untuk kembali ke
tengah lapangan.
Luhan berlari ke tengah lapangan dan memainkan kedua kakinya dangan lincah
sambil memainkan benda bulat putih hitam yang sekarang ada dikendali
giringannya. “Xiu” Luhan mengoper pada Xiumin, dan gol.
Lagi-lagi dengan bantuan Luhan, Xiumin berhasil mencetak angka.
―͡ —
“Kau sudah lama di Incheon?” tanya Eunjung pada Hyorin sambil memotong
pancakenya yang tinggal secuil.
“Ya, aku sudah 7 tahun lebih berada di Incheon. Kau sendiri?” tanya Hyorin
pada Eunjung.
Eunjung menelan pancakenya “Umm aku hanya mengunjungi halmeoniku yang
sedang sakit, aku tinggal di Seoul”
“semoga halmoeni-mu cepat sembuh”
“Terima kasih, oh iya berapa nomor ponselmu?”
“Aku?”
“Iya kau, kau punya ponsel bukan?”ucap Eunjung sambil mengeluarkan
ponselnya dari tas putih yang ada di atas meja.
“Owh iya, mana?” ucap Hyo dan mulai memencet tombol-tombol touch
screen yang ada di ponsel Eunjung.
Eunjung menerima ponselnya dari Hyorin yang sudah terisi dengan nomor
teleponnya “Oke, aku akan menelponmu jika aku sudah di Seoul”
“Pasti sangat menyenangkan tinggal di Seoul” ucap Hyorin sambil memandang
ke luar jendela restoran.
“Ya. Memang kenapa kau bicara seperti itu? Apa kau punya kenangan di
Seoul?”
Hyorin memandang wajah Eunjung “Banyak”
“Apa kau bisa ceritakan sedikit padaku?”
“Umm.. ya aku sudah tinggal di Seoul dari lahir sampai akhirnya aku pindah
di Incheon 8 tahun yang lalu. Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin pindah
dari Seoul” sambil menyeruput minumannya yang manis.
“Lalu? Ada apa kau tidak ingin pindah dari Seoul”
“Yah, aku punya Little prince di sana”
“Maksudmu kau jatuh cinta pada seseorang”
“Ya aku sangat menyayanginya, sahabat kecilku yang bisa jadi juga aku
cintai― ucap Hyorin yang matanya mulai berkaca-kaca dan memalingkan muka dari
Eunjung—
“Aku pindah dari Seoul di saat dia masih terbaring di rumah sakit”
Eunjung memegang tangan Hyorin “Maafkan aku membuatmu mengungkitnya”
“Dan semua itu karnaku, karna aku yang tidak berhati-hati sehingga
membuatnya terluka. Aku merasa begitu bersalah padanya.”
“Aku yakin Little Prince-mu itu mencintaimu juga, dia pasti
bahagia pernah bertemu orang sepertimu” ucap Eunjung sambil mengusap air mata
Hyorin yang menetes.
Hyorin mengusap air matanya dan tersenyum pada Eunjung “Ah aku ini terlalu
mendramatisir keadaan, lagi pula itu masa lalu”
“Tapi Hyo, apa kau masih mencintainya?”
“Sejujurnya iya”
“Kau harus mengejarnya Hyo, yang namanya cinta itu tidak bisa hanya dengan
menunggu.”
“Kau benar, aku harus mengejarnya. Sebenarnya aku sudah merencanakan
sesuatu”
Mata Eunjung membulat “Rencana?? Apa?”
“Yah aku ingin mengejar beasiswa ke Seoul, karena sekolahku sedang
mengadakan beasiswa ke Seoul. Dan itu harus dilakukan dengan mengumpulkan nilai
setinggi-tingginya di semester ini”
“Semoga berhasil, kau pasti berhasil” ucap Eunjung menyemangati Hyorin.
“Umm.. kenapa aku jadi curhat padamu” ucap Hyorin malu. Menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
“Ah.. tidak apa-apa, kita kan sama-sama perempuan”
“Oh iya bagaimana kisah cintamu?”
“Aku? Kisah cintaku?” ucap Eunjung sambil menunjuk dirinya sendiri. Hyorin
mengangguk.
Eunjung menyeruput coklat panasnya yang mulai dingin “Ya aku punya
namjachingu di Seoul”
“Bagaimana dia?” tanya Hyorin, yang sudah memasang kuping lebar-lebar.
“Dia namja yang baik, dia itu juga seperti Little Princemu yang
juga bisa membuatmu jatuh cinta padanya, dia sama bisa membuatku jatuh cinta
padanya. Dengan personalitinya yang ramah”
Hyorin yang menjadi pendengar setia hanya mengangguk paham dengan muka Dork ala
Hyorin. Matanya yang coklat tak pernah lepas memandang Eunjung yang bercerita.
“Kalian sudah lama berpacaran?”
“Sudah 1 tahun” Ujar Eunjung tersenyum pada Hyorin sambil meyesap muniman
yang ada di hadapannya.
Hyorin dan Eunjung saling menceritakan satu sama lain, meskipun mereka baru
mengenal satu sama lain. Tapi mereka begitu akrab. Deru tawa satu sama lain,
tergurat di wajah mereka.
―͡ —
Sebuah
lampu kerlap-kerlip dengan suasana yang remang-remang mulai dimasuki kedua
namja itu. Bau minuman seolah menyatu dengan udara di dalam ruangan itu. Mereka mendesak melewati kerumunan di lantai
dansa yang sedang menari di sana-sini menuju sebuah meja dengan kursi bundar
kecil yang terjejer rapi. Mereka memesan sebuah minuman pada bar tender itu.
“Vodka, jangan lupa dengan es” ucap Kai pada bar tender. Memandangi lantai
dansa yang dipenuhi dengan wanita berpakaian mini yang menari.
“Aku segelas scotch” ucap Sehun. Ia memandangi Kai yang meminum minumannya
sambil terus memandangi wanita-wanita seksi itu.
“Kau tidak ingin berkenalan dari salah satu mereka?” ucap Kai sambil
menunjukkan dagunya pada wanita-wanita yang ada di lantai dansa.
“Apa yang akan kau berikan padaku?” tanya Sehun sambil menyeruput scotch
yang ada di gelas bening itu.
“Aku akan mengerjakan seluruh tugasmu selama seminggu,”
“OK baiklah” ucap Sehun yang mulai berdiri dari kursinya.
“Eits.. tunggu dulu tapi jika kau tidak berhasil. Kau harus mengerjakan
seluruh tugasku selama seminggu”
“Deal” Sehun mulai melenggang percaya diri menuju lantai dansa dengan bekal
ketampanan yang ia miliki.
“Boleh kenalan?” tanya Sehun sambil menyodorkan tangannya (*Tahu kan maksud
author)
Wanita itu menoleh pada Sehun. Dia langsung memberikan tangannya.
Plak..
Sehun mendapat tamparan dari perempuan itu. Kai yang melihati Sehun dari
tadi hanya tertawa kecut pada Sehun.
Sehun kembali ke tempat duduknya dengan memegangi pipinya yang sedikit
sakit itu.
“Hanya itu kemampuanmu, gadungan sekali. Ingat perjanjian kita. Lihat jika
aku beraksi” Ucap Kai. Berjalan menuju lantai dansa yang dipenuhi wanita-wanita
cantik dengan pakaian mini.
“Hai cantik” ucap Kai sambil mengelus pundak kanan perempuan itu.
“Boleh kenalan?” ucap Kai sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Hai, aku Hyuna” ucap wanita itu sambil mendesah di telinga kiri Kai.
“Aku Kai, senang berkenalan denganmu cantik” ucap Kai sambil mengedipkan
sebelah matanya dan kembali ke tempat duduknya, di bar minuman.
Sehun yang melihat hanya berkacak pinggang sebelah dengan tatapan sinis
pada Kai.
“Kau lihat, aku berhasil berkenalan dengan wanita cantik itu” ucap Kai
dengan smirk-nya.
Sehun hanya menanggapi malas pada Kai “Yah, kau menang. Aku akan
melakukannya selama seminggu seperti perjanjian kita tadi”
―͡ —
Hyorin POV
Ini
adalah kali kedua terdapat bintang melayang di angkasa luar. Cahayanya yang
temeram berkedip genit ke arahku yang kala ini sedang merenung sendiri di balik
jendela kamarku yang terbuka. Angin berhembus lembut menerbangkan rambutku yang
tergerai.
Bintang yang berkelap-kelip kini di selimuti awan kelabu yang tertiup angin
di langit. Di malam yang sesunyi ini aku sendiri tanpa ada yang menemani. Ingin
kucurahkan puisi hatiku pada bintang. Tapi awan kelabu menutupinya. Aku bisa
melihat halamannya yang terang dengan bunga Mawar, anggrek, dan Tulip. Semua itu
adalah kesukaanku.
Kulipatkan kedua tanganku di atas meja belajar berwarna coklat yang bersih
dari kemelut buku-buku. Hanya diriku dan buku harianku. Kutumpahkan isi hatiku
pada sahabatku buku harian. Pena yang ada di tangan kananku mulai bergerak
mengikuti alur pikiranku. Boneka pink pemberian Sehun tetap kudekap di tangan
kiriku.
11 Desember 2013, 10:20 P.M.
Dear
my cute diary,
Malam
sunyi ini lagi-lagi kuisi dengan lamunan yang tak berguna ini. Seseorang yang
sama setiap malamnya yang selalu kulamunkan. Aku merindukannya, Oh Sehun my
Little Prince.
“Sehun
apa kau baik di sana?” ngiang pertanyaanku yang selalu sama tiap malamnya.
Diary,
apa kau berpikir sama denganku? Aku seperti perempuan yang terbodohi dengan
rasa cinta. Aku memiliki rasa mendalam padanya karena perasaan bersalahku dan
perhatiannya dulu yang selalu menjagaku. Dia menghapus air mataku ketika
menangis, dia menghiburku ketika aku bersedih, dia memelukku ketika aku
membutuhkannya. Senyum tulusnya selalu terbias di memoriku.
Kini
aku mendapatkan orang yang sama yang selalu menghiburku, seorang Luhan yang
tulus padaku. Aku adalah seorang Hyorin yang sebenarnya dalam kesepian, tetapi
Luhan datang yaitu seorang rembulan yang memantulkan cahaya indah matahari yang
bisa ku sebut Sehun. Rembulan membuatku terrlena sesaat akan seorang matahari.
Tapi ketika senja menepi akan digantikan dengan sebuah fajar, tetap saja diri
seorang Sehun akan kembali dalam benakku.
Terkadang
aku berharap aku adalah tokoh dari negeri dongeng yang akan selalu berakhir
bahagia. Sebenarnya semua ini terlihat begitu gila, semua yang kutuliskan,
semua yang kupikirkan, semua yang kuucapkan.
“I
can’t remove you. Who’s stuck in my heart”
Itu
kata yang pantas kuucapkan untuk seseorang itu.
“In
the past you always erase all of my tears, but now you’re depicting all
off tears in my cheek”
Dan
pada akhirnya aku tetap berharap bertemu dengannya Diary...
Jariku
yang pegal setelah menulis seklebat curahan hatiku ini mulai kuregangkan.
Pandanganku yang tadi cerah kini mulai terlihat sedikit buram, diriku yang
kantuk tak bisa menahan uap yang ingin keluar dari mulutku. Aku mulai
menyusurkan kepalaku di atas meja, sambil memandangi keluar jendela dan semilir
angin.
Hyorin POV End
Dinding dan ruangan di sekitarnya terasa Blur. Ia mencoba menguatkan pandangannya. Dirinya yang semula
dengan kesadaran tinggi, perlahan mulai berkurang dan tertidur karena hembusan
angin.
TO BE CONTINUE
"Dan Maaf ya reader kalo part selanjutnya lumayan lama nunggunya soalnya penulis lagi fokus belajar dan belum sempet nulis part selanjutnya... mian.."
0 komentar:
Posting Komentar